Trump Ancam Negara yang Tak Beritikad Baik dalam Negosiasi Tarif: Retribusi Impor Bakal Naik Tajam

Jakarta, 19 Mei 2025 – Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump kembali menegaskan sikap tegasnya terhadap negara-negara yang dianggap tidak beritikad baik dalam negosiasi tarif impor. Ancaman kenaikan tarif secara signifikan, bahkan hingga kembali ke level awal yang diberlakukan pada 2 April lalu, dilayangkan kepada para mitra dagang AS yang dinilai mengulur-ulur waktu atau tidak menunjukkan komitmen nyata dalam perundingan. Pernyataan keras ini disampaikan melalui Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, yang menggarisbawahi tekad pemerintahan Trump untuk melindungi kepentingan ekonomi domestik.

Meskipun Bessent enggan merinci secara spesifik kriteria “itikad baik” yang dimaksudkan Trump, pernyataan tersebut mengisyaratkan ketidakpuasan pemerintah AS terhadap progres negosiasi yang dinilai lamban dan kurang memuaskan. Ancaman ini menjadi babak terbaru dalam drama perang dagang yang telah berlangsung bertahun-tahun, menunjukkan betapa fluktuatif dan tak terduga kebijakan ekonomi Trump. Keputusan ini juga menimbulkan ketidakpastian bagi pelaku bisnis global yang selama ini bergantung pada stabilitas hubungan perdagangan bilateral dengan AS.

Sebelumnya, pada 9 April 2025, Trump sempat menunjukkan sedikit kelonggaran dengan menurunkan tarif impor sejumlah barang menjadi 10% selama 90 hari. Langkah ini diinterpretasikan sebagai upaya untuk memberikan ruang bagi negosiator menyelesaikan perundingan dengan negara-negara mitra dagang. Namun, penurunan tarif tersebut, khususnya untuk barang-barang impor dari Tiongkok yang diturunkan menjadi 30%, tampaknya merupakan strategi taktis semata, bukan indikasi perubahan fundamental dalam pendekatan kebijakan perdagangan AS.

Bessent, dalam pernyataannya yang dikutip dari Reuters, menekankan bahwa pemerintah AS saat ini fokus pada 18 hubungan perdagangan bilateral yang dianggap paling krusial. Ia menegaskan bahwa keberhasilan dan kecepatan tercapainya kesepakatan dagang sangat bergantung pada itikad baik negara-negara mitra. “Ini berarti mereka tidak bernegosiasi dengan itikad baik. Mereka akan menerima surat yang mengatakan, ‘Ini tarifnya.’ Jadi saya berharap semua orang akan datang dan bernegosiasi dengan itikad baik,” tegas Bessent.

Ancaman kenaikan tarif kembali ke level 2 April 2025, yang tersirat dalam pernyataan Bessent, mengindikasikan potensi dampak ekonomi yang signifikan bagi negara-negara yang terkena dampak. Kenaikan tarif tersebut akan meningkatkan biaya impor, yang pada akhirnya dapat berdampak pada harga barang di pasar domestik negara-negara tersebut, mengurangi daya saing produk ekspor mereka di pasar AS, dan berpotensi memicu inflasi.

Trump Ancam Negara yang Tak Beritikad Baik dalam Negosiasi Tarif: Retribusi Impor Bakal Naik Tajam

Ketidakjelasan definisi “itikad baik” dalam konteks negosiasi ini menimbulkan kekhawatiran akan potensi arbitrernya. Kurangnya transparansi dan kriteria yang jelas dapat menciptakan ketidakpastian dan menimbulkan kecurigaan di kalangan mitra dagang AS. Hal ini dapat menghambat proses negosiasi dan bahkan memperburuk ketegangan hubungan bilateral.

Lebih lanjut, Bessent menyinggung kemungkinan adanya perjanjian dagang regional yang akan diprioritaskan. “Perasaan saya yang lain adalah bahwa kami akan melakukan banyak transaksi regional – ini adalah tarif untuk Amerika Tengah. Ini adalah tarif untuk bagian Afrika ini,” tambahnya. Pernyataan ini menunjukkan bahwa pemerintahan Trump mungkin akan mengalihkan fokusnya pada perjanjian bilateral atau regional yang dianggap lebih mudah dicapai dan menguntungkan AS, alih-alih mengejar perjanjian multilateral yang lebih kompleks dan membutuhkan konsensus yang lebih luas.

Strategi "negosiasi dengan ancaman" yang diadopsi oleh Trump ini menimbulkan pertanyaan mengenai efektivitasnya dalam jangka panjang. Meskipun pendekatan keras ini mungkin memberikan tekanan jangka pendek pada negara-negara mitra dagang, hal ini juga berpotensi merusak kepercayaan dan hubungan diplomatik yang penting untuk kerjasama ekonomi jangka panjang. Ketidakpastian yang ditimbulkan oleh kebijakan yang fluktuatif ini dapat menghambat investasi asing dan pertumbuhan ekonomi global.

Ancaman kenaikan tarif ini juga memicu spekulasi mengenai target negara-negara yang akan terkena dampak. Meskipun Bessent tidak menyebutkan secara spesifik negara-negara tersebut, pernyataan ini jelas merupakan peringatan keras bagi semua negara mitra dagang AS yang sedang bernegosiasi. Ketidakpastian ini menambah kompleksitas situasi dan menimbulkan kekhawatiran akan potensi eskalasi perang dagang.

Kesimpulannya, pernyataan Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, mengungkapkan pendekatan yang tegas dan berisiko tinggi dari pemerintahan Trump dalam negosiasi tarif. Ancaman kenaikan tarif yang signifikan, dikombinasikan dengan ketidakjelasan kriteria “itikad baik”, menciptakan ketidakpastian yang besar bagi pelaku ekonomi global. Strategi ini, meskipun bertujuan untuk melindungi kepentingan ekonomi AS, berpotensi menimbulkan konsekuensi negatif jangka panjang bagi hubungan perdagangan internasional dan pertumbuhan ekonomi global. Perkembangan selanjutnya dalam negosiasi ini akan menentukan dampak jangka panjang dari pendekatan keras yang diadopsi oleh pemerintahan Trump. Dunia menunggu dengan cemas untuk melihat bagaimana drama perang dagang ini akan berakhir.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *