Jakarta, 4 Maret 2025 – Pemerintah gencar mendorong swasembada susu nasional melalui program impor sapi perah skala besar. Langkah ini ditandai dengan kedatangan 3.000 ekor sapi perah impor dari Australia, yang dibenarkan oleh Wakil Menteri Pertanian (Wamentan), Sudaryono. Kehadiran sapi-sapi tersebut merupakan bagian dari investasi sektor peternakan yang tengah digalakkan pemerintah. Program ini diharapkan mampu meningkatkan produksi susu dalam negeri dan mendukung Program Makan Bergizi Gratis (MBG).
"Informasi yang saya terima, sudah ada sekitar 3.000 sapi perah impor yang masuk. Asalnya dari Australia," ungkap Wamentan Sudaryono saat ditemui di Kompleks Istana Kepresidenan, Senin malam (3/3/2025). Ia menambahkan bahwa impor dari Brasil juga tengah dipersiapkan dan tinggal menunggu proses administrasi.
Target ambisius telah dicanangkan pemerintah, yakni impor sebanyak 200.000 ekor sapi perah sepanjang tahun ini. Komitmen pemerintah untuk memberikan dukungan penuh kepada investor, mulai dari urusan perizinan hingga penyediaan lahan peternakan, menjadi kunci keberhasilan program ini. Pemerintah juga berupaya melibatkan peternak dan pabrik susu lokal yang telah ada untuk berpartisipasi dalam MBG. Hal ini diharapkan dapat menarik minat investor untuk berinvestasi lebih besar di sektor peternakan sapi perah.
"Kita harus mendorong industri susu yang sudah ada agar bisa mendapatkan porsi di Program Makan Bergizi Gratis. Peternakan yang sudah ada di Baturaden, Bogor, Puncak, misalnya, bisa memasok susu untuk program ini," jelas Sudaryono. Ia menambahkan bahwa keterlibatan industri lokal dalam MBG akan meningkatkan permintaan susu, sehingga akan menjadi daya tarik bagi investor untuk mengimpor sapi dan membangun peternakan baru.
Data dari Kementerian Pertanian (Kementan) menunjukkan antusiasme tinggi dari pelaku usaha dalam mendukung program ini. Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Dirjen PKH) Kementan, Agung Suganda, mengungkapkan bahwa sebanyak 211 perusahaan telah berkomitmen untuk mengimpor sapi perah dan sapi pedaging. Dari jumlah tersebut, 141 perusahaan fokus pada impor sapi perah, sementara 70 perusahaan lainnya akan mengimpor sapi pedaging. Informasi ini disampaikan Agung Suganda seusai mengikuti Focus Group Discussion (FGD) dengan Kementerian/Lembaga terkait Investasi Pengembangan Sapi Perah dan Sapi Pedaging di Hotel Bidakara, Jakarta, Rabu (11/12/2024).
Impor sapi dalam jumlah besar ini bukan semata-mata untuk memenuhi kebutuhan konsumsi langsung. Lebih jauh, impor ini merupakan strategi jangka panjang untuk meningkatkan produksi susu dan daging sapi dalam negeri. Tujuan utamanya adalah untuk mengurangi bahkan menghilangkan ketergantungan Indonesia pada impor susu dan daging sapi dari negara lain.
Agung Suganda memaparkan target ambisius impor sapi perah dan pedaging dalam lima tahun ke depan, yaitu sebanyak 2 juta ekor. Rinciannya, 1,2 juta ekor sapi perah dari 141 investor dan 800 ribu ekor sapi pedaging dari 70 investor. Angka-angka ini menunjukkan komitmen besar pemerintah dan pelaku usaha untuk merevolusi sektor peternakan Indonesia.
Program impor sapi perah skala besar ini merupakan langkah strategis pemerintah dalam menghadapi tantangan ketahanan pangan nasional. Meningkatnya kebutuhan susu dan daging sapi seiring dengan pertumbuhan penduduk menuntut peningkatan produksi dalam negeri. Impor sapi, meskipun menimbulkan perdebatan di kalangan tertentu, dianggap sebagai solusi jangka pendek untuk memenuhi kebutuhan mendesak sekaligus sebagai pendorong bagi pengembangan industri peternakan dalam negeri yang berkelanjutan.
Keberhasilan program ini sangat bergantung pada beberapa faktor kunci. Pertama, efisiensi dan transparansi dalam proses impor, meliputi perizinan, karantina, dan distribusi sapi. Kedua, dukungan infrastruktur yang memadai, termasuk penyediaan lahan peternakan, fasilitas pengolahan susu, dan akses pasar yang luas. Ketiga, transfer teknologi dan pengetahuan kepada peternak lokal untuk meningkatkan kemampuan manajemen peternakan dan produktivitas. Keempat, pengawasan yang ketat untuk mencegah penyebaran penyakit hewan ternak.
Pemerintah perlu memastikan bahwa program impor ini tidak hanya berdampak positif pada peningkatan produksi susu dan daging sapi, tetapi juga memperhatikan aspek kesejahteraan peternak lokal. Program pendampingan dan pelatihan bagi peternak lokal sangat penting untuk memastikan mereka dapat bersaing dan memperoleh manfaat dari peningkatan industri peternakan. Selain itu, pemerintah juga perlu memastikan bahwa harga susu dan daging sapi tetap terjangkau bagi masyarakat luas.
Keberhasilan program impor sapi perah ini akan menjadi tonggak penting dalam upaya mewujudkan swasembada susu dan daging sapi di Indonesia. Namun, kesuksesan jangka panjang membutuhkan perencanaan yang matang, pelaksanaan yang efektif, dan monitoring yang berkelanjutan. Tantangan masih ada di depan mata, namun komitmen pemerintah dan pelaku usaha menjadi modal utama untuk mencapai tujuan mulia ini. Keberhasilan program ini akan memberikan dampak positif yang signifikan bagi perekonomian nasional dan peningkatan gizi masyarakat Indonesia.