Shanghai, Tiongkok – Le Chuanqu, seorang konsultan hubungan asmara dan keuangan yang dikenal dengan nama panggung "Ququ Big Woman," dijatuhi denda senilai 7,58 juta yuan (sekitar Rp 18,48 miliar dengan kurs Rp 16.800 per US$) oleh otoritas pajak Tiongkok atas tuduhan penggelapan pajak. Kasus ini mengungkap praktik penghindaran pajak yang dilakukan oleh figur publik yang memiliki jutaan pengikut di media sosial, dan menjadi salah satu dari lima kasus besar penggelapan pajak yang diumumkan oleh Administrasi Perpajakan Negara Tiongkok baru-baru ini.
Le Chuanqu, yang sebelumnya berprofesi sebagai penyanyi, membangun kerajaan bisnisnya dengan menawarkan konsultasi hubungan asmara dan strategi keuangan yang kontroversial. Ia mempromosikan gagasan bahwa hubungan dan pernikahan dapat dimanfaatkan sebagai alat untuk meningkatkan status sosial dan ekonomi. Pandangannya yang kerap menuai kritik ini justru menarik perhatian publik, khususnya kalangan wanita muda. Popularitasnya meroket berkat video siaran langsung dan kursus daring yang ditawarkannya.
Kursus daring yang ditawarkan Le Chuanqu memiliki beberapa tingkatan harga. Paket paling terjangkau, yang diberi nama "hubungan yang berharga," dibanderol 3.580 yuan (sekitar Rp 7,16 juta) untuk 24 sesi konsultasi. Paket ini mengklaim dapat membantu klien menguasai aspek sosial, romantis, dan finansial dalam sebuah hubungan. Konsultasi tatap muka melalui siaran langsung dikenakan biaya 1.143 yuan (sekitar Rp 2,28 juta), sementara paket bimbingan privatnya mencapai lebih dari 10.000 yuan (sekitar Rp 20 juta) per bulan.
Puncak popularitasnya terjadi pada Agustus 2023, ketika video siaran langsungnya yang menampilkan pandangan kontroversial tentang kencan dan hubungan menjadi viral di media sosial. Namun, pandangannya yang dianggap oleh sebagian pihak sebagai "beracun" dan "menyesatkan" menarik kecaman dari media pemerintah Tiongkok pada tahun yang sama. Akibatnya, akun media sosialnya di beberapa platform sempat diblokir.
Meskipun sempat mendapat kecaman dan larangan sementara di media sosial, bisnis Le Chuanqu justru terus berkembang pesat. Ia beralih ke strategi pemasaran yang lebih privat, menawarkan layanan konsultasi eksklusif kepada klien-kliennya yang loyal. Pada Desember 2023, biaya keanggotaan grup privatnya, "Girlfriends Alliance," bahkan dinaikkan dari 129.800 yuan (sekitar Rp 259,6 juta) menjadi 199.800 yuan (sekitar Rp 399,6 juta), dengan calon anggota diharuskan melewati proses wawancara yang ketat.
Ironisnya, di tengah kesuksesan bisnisnya yang menghasilkan pendapatan fantastis, Le Chuanqu hanya melaporkan pendapatan pribadi sebesar 600.000 yuan (sekitar Rp 120 juta) selama dua tahun terakhir. Ketidaksesuaian antara pendapatan yang dilaporkan dan pendapatan sebenarnya inilah yang akhirnya terungkap oleh otoritas pajak.
Administrasi Perpajakan Negara Tiongkok, dengan memanfaatkan teknologi data besar (big data), berhasil mengidentifikasi ketidakcocokan dalam laporan keuangan Le Chuanqu. Berdasarkan data yang dikumpulkan, otoritas pajak menghitung bahwa Le Chuanqu memiliki kewajiban pajak yang belum dibayarkan, termasuk denda keterlambatan. Total denda dan pajak yang harus dibayarkan mencapai 7,58 juta yuan, atau sekitar Rp 18,48 miliar.
Keputusan otoritas pajak Shanghai ini menimbulkan reaksi beragam di dunia maya. Banyak netizen yang mengecam tindakan Le Chuanqu dan menganggap denda yang dijatuhkan masih terlalu ringan. Sebagian bahkan mendesak agar Le Chuanqu dijerat dengan hukuman pidana. Di sisi lain, ada pula yang berpendapat bahwa kasus ini menjadi bukti efektifitas penggunaan teknologi data besar dalam mendeteksi praktik penggelapan pajak.
Le Chuanqu sendiri telah menyatakan penyesalan atas tindakannya dan berjanji untuk menjadikan kasus ini sebagai pelajaran berharga. Pernyataan ini, bagaimanapun, belum cukup meredakan kemarahan publik yang menilai tindakannya telah merugikan negara dan melanggar hukum.
Kasus Le Chuanqu menjadi sorotan karena mengungkap celah dalam sistem perpajakan dan sekaligus menunjukkan bagaimana figur publik dengan basis penggemar yang besar dapat memanfaatkan popularitasnya untuk menghindari kewajiban pajak. Kasus ini juga menjadi peringatan bagi para selebriti dan influencer di Tiongkok untuk lebih taat pada peraturan perpajakan yang berlaku. Penggunaan teknologi data besar oleh otoritas pajak Tiongkok dalam mengungkap kasus ini diharapkan dapat menjadi langkah efektif dalam meningkatkan kepatuhan pajak dan mencegah praktik penghindaran pajak serupa di masa mendatang. Kasus ini juga menimbulkan pertanyaan tentang pengawasan dan regulasi yang lebih ketat terhadap para influencer dan selebriti di platform media sosial di Tiongkok.