Ramadan di Benhil: Pasar Takjil Raup Jutaan Rupiah, Tradisi dan Teknologi Berpadu

Jakarta, 5 Maret 2025 – Terik matahari siang hari tak menyurutkan semangat para pedagang takjil di kawasan Benhil, Jakarta Pusat. Sejak pagi, lapak-lapak mereka telah berjejer rapi, siap menyajikan aneka hidangan pembuka puasa yang menggoda selera. Pasar takjil Benhil, sebuah tradisi yang telah berlangsung lama, kembali membuktikan daya tariknya dengan omzet pedagang yang tembus jutaan rupiah per hari. Suasana ramai dan transaksi yang lancar menjadi gambaran nyata geliat ekonomi Ramadan di lokasi ini.

Salah satu pedagang yang merasakan manisnya berkah Ramadan adalah Fitrius, atau yang lebih dikenal dengan sebutan Oma Upay. Selama tiga dekade, wanita ramah ini setia berjualan asinan buah, asinan sayur, kentang mustofa, dan kerupuk bangka di Pasar Benhil. Kisah suksesnya menjadi bukti keuletan dan konsistensi dalam berbisnis. "Saya sudah berjualan sejak tahun 1995," kenang Oma Upay saat ditemui detikcom di lapaknya. "Dulu, harga asinan hanya Rp 7.500. Sekarang, Alhamdulillah, selalu habis terjual. Biasanya saya membawa 120 sampai 150 porsi asinan, dan semuanya ludes setiap hari."

Keberhasilan Oma Upay selama tiga puluh tahun bukanlah tanpa alasan. Keramahannya dalam melayani pelanggan dan harga yang tetap terjangkau, bahkan tanpa kenaikan selama tiga tahun terakhir (Rp 30.000 per porsi), menjadi kunci utama. Keberlanjutan usaha ini juga didukung oleh resep turun-temurun yang telah teruji kelezatannya. Hasilnya? Omzet harian Oma Upay mencapai angka fantastis: Rp 5,5 juta. "Perputaran uang di sini sangat bagus, antusiasme pengunjung luar biasa, bahkan lebih ramai dari tahun lalu," ujarnya dengan penuh syukur. "Setiap hari rata-rata omzet saya Rp 5,5 juta."

Bukan hanya Oma Upay yang merasakan berkah Ramadan di Benhil. Ishaqsyah (25), pemuda yang membantu orang tuanya berjualan gudeg, juga merasakan hal serupa. Generasi ketiga penerus resep gudeg turun-temurun dari neneknya ini mengaku kewalahan melayani pembeli yang membludak. "Orang tua saya asli Jogja," jelas Ishaq. "Resep gudeg ini sudah turun-temurun dari nenek, ke orang tua, dan sekarang ke saya." Menu andalan mereka, gudeg, krecek, ayam goreng kalasan, dan ayam panggang Klaten, laris manis terjual. "Empat hari ini ramai sekali. Sehari bisa habis 50 ekor ayam," tambahnya.

Kemajuan teknologi juga turut mewarnai transaksi di Pasar Takjil Benhil. Sistem pembayaran digital, khususnya QRIS BRI, menjadi pilihan praktis bagi pedagang dan pembeli. Kemudahan ini mengurangi kerumitan transaksi tunai, terutama dalam memberikan kembalian. "Lebih praktis, kita tidak perlu repot menyiapkan kembalian," ungkap Ishaq. "Uang langsung masuk ke rekening BRI, sementara uang tunai bisa kita gunakan kembali sebagai modal." Baik Oma Upay maupun Ishaqsyah mengakui bahwa saat ini, penggunaan QRIS dan transaksi tunai memiliki proporsi yang seimbang.

Ramadan di Benhil: Pasar Takjil Raup Jutaan Rupiah, Tradisi dan Teknologi Berpadu

Oma Upay bahkan memiliki strategi unik dalam mengelola pendapatannya dari transaksi QRIS. "Sekarang pembayaran cash atau QRIS sudah sama banyaknya," tuturnya. "Uang yang masuk ke rekening BRI saya simpan dulu. Tahun lalu ada enam orang yang mendapatkan hadiah blender, oven, dan TV karena transaksi QRIS. Jadi, saya menabung dulu, siapa tahu kita bisa dapat hadiah lagi!" Strategi ini menunjukkan kecerdasan Oma Upay dalam memanfaatkan teknologi dan program promosi untuk meningkatkan keuntungan dan memberikan nilai tambah bagi pelanggan.

Pasar Takjil Benhil bukan sekadar tempat berjualan, melainkan juga wadah pelestarian tradisi kuliner dan adaptasi terhadap perkembangan zaman. Perpaduan antara resep turun-temurun dengan kemudahan transaksi digital menjadi formula sukses para pedagang di tengah ramainya pengunjung yang haus akan cita rasa dan kenyamanan berbelanja. Keberhasilan mereka menjadi bukti nyata bahwa dengan kerja keras, keramahan, dan inovasi, bisnis kuliner tradisional tetap mampu bersaing dan meraih kesuksesan di era digital. Keberadaan Pasar Takjil Benhil pun menjadi cerminan semangat Ramadan, di mana keberkahan dan kebersamaan terasa begitu kental. Suksesnya para pedagang di sini juga menjadi inspirasi bagi para pelaku UMKM lainnya untuk terus berinovasi dan mengembangkan usaha mereka. Pasar Takjil Benhil, sebuah potret kecil namun bermakna dari geliat ekonomi kreatif Indonesia di bulan Ramadan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *