Jakarta, 30 April 2025 – PT PP (Persero) Tbk (PTPP) berhasil membukukan laba bersih sebesar Rp 129 miliar pada tahun buku 2024, mencatatkan kenaikan tipis 1,85% dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai Rp 127 miliar. Meskipun peningkatan laba relatif moderat, kinerja PTPP menunjukkan tren positif dengan pertumbuhan pendapatan usaha yang signifikan. Pendapatan usaha PTPP sepanjang tahun 2024 mencapai Rp 19,81 triliun, meningkat 7,30% dari Rp 18,4 triliun di tahun 2023. Kontribusi induk perusahaan terhadap total pendapatan mencapai 73%, sementara sisanya berasal dari anak usaha.
Kenaikan pendapatan ini berdampak positif pada Earnings Before Interest, Taxes, Depreciation, and Amortization (EBITDA) PTPP. EBITDA perusahaan melonjak 32,97% menjadi Rp 3,9 triliun di tahun 2024, dibandingkan Rp 2,9 triliun di tahun sebelumnya. Pertumbuhan ini mencerminkan efisiensi operasional dan peningkatan profitabilitas PTPP di tengah dinamika industri konstruksi.
Dari sisi aset, PTPP mencatatkan pertumbuhan minimal sebesar 0,11%, dari Rp 56,52 triliun di tahun 2023 menjadi Rp 56,59 triliun di tahun 2024. Sementara itu, ekuitas perusahaan juga mengalami peningkatan sebesar 0,74%, naik dari Rp 15,14 triliun menjadi Rp 15,25 triliun. Meskipun kinerja keuangan menunjukkan tren positif, terdapat satu catatan penting: perolehan kontrak baru PTPP mengalami penurunan cukup signifikan sebesar 14,45%, dari Rp 31,67 triliun di tahun 2023 menjadi Rp 27,09 triliun di tahun 2024.
Keputusan strategis yang diambil PTPP pasca-pencapaian laba bersih ini cukup mengejutkan pasar. Dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) Tahun Buku 2024 yang digelar di Auditorium Wisma Subiyanto, Plaza PP, Jakarta Timur, PTPP mengumumkan tidak akan membagikan dividen kepada pemegang saham. Langkah ini, menurut Direktur Keuangan PTPP, Agus Purbianto, diambil untuk memperkuat cadangan modal kerja perusahaan.
"Kenapa dividen ditetapkan sebagai cadangan atau sebagai laba ditahan sebagai cadangan? Karena pertama, di sektor konstruksi, khususnya BUMN Karya, terkait dengan modal kerja ini cukup tight (ketat) banget," jelas Agus Purbianto dalam konferensi pers seusai RUPST.
Penjelasan Agus lebih lanjut menekankan pada kondisi likuiditas di awal tahun 2025. Proses pencairan dana untuk proyek pemerintah, terutama pasca-pergantian pemerintahan, masih belum berjalan sepenuhnya optimal. Pembukaan blokir anggaran oleh pemerintah baru masih bertahap, termasuk untuk proyek-proyek strategis nasional seperti di Ibu Kota Nusantara (IKN) dan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR).
"Apalagi bagaimana kita ketahui di periode triwulan pertama ini kan baru beberapa buka blokir anggaran, itu kan baru beberapa. Khususnya yang di IKN ini sudah dan di Kementerian PU ini juga bertahap. Nah tentunya, cadangan ini kita gunakan untuk memperkuat struktur permodalan kita," tambahnya.
Keputusan untuk menahan dividen dan mengalokasikan laba bersih sebagai cadangan modal kerja mencerminkan strategi konservatif PTPP dalam menghadapi tantangan dan peluang di industri konstruksi. Penurunan perolehan kontrak baru menjadi faktor yang perlu dipertimbangkan. Meskipun laba bersih meningkat, PTPP tampaknya memprioritaskan ketahanan finansial jangka panjang dan memastikan kelancaran operasional proyek-proyek yang sedang berjalan dan akan datang. Strategi ini menunjukkan kewaspadaan PTPP terhadap potensi ketidakpastian ekonomi dan siklus proyek pemerintah.
Analisis lebih lanjut diperlukan untuk menilai dampak jangka panjang dari keputusan ini terhadap kinerja saham PTPP. Para analis pasar akan mengamati bagaimana strategi ini akan mempengaruhi daya saing PTPP dalam memenangkan tender proyek baru dan kemampuannya untuk mempertahankan posisi sebagai salah satu pemain utama di industri konstruksi Indonesia. Pertanyaan kunci yang muncul adalah apakah strategi konservatif ini akan cukup untuk memastikan pertumbuhan berkelanjutan PTPP di tengah persaingan yang semakin ketat dan dinamika pasar yang fluktuatif.
Ke depan, PTPP perlu menunjukkan kemampuannya untuk meningkatkan perolehan kontrak baru dan mengoptimalkan pengelolaan proyek yang ada. Transparansi dan komunikasi yang efektif dengan para pemegang saham terkait strategi perusahaan sangat penting untuk menjaga kepercayaan dan memastikan dukungan yang berkelanjutan. Keberhasilan strategi ini akan bergantung pada kemampuan PTPP untuk mengelola risiko, memanfaatkan peluang, dan beradaptasi dengan perubahan lingkungan bisnis yang dinamis. Pertumbuhan ekonomi dan kebijakan pemerintah di sektor infrastruktur akan menjadi faktor penentu keberhasilan strategi PTPP dalam jangka panjang. Oleh karena itu, pemantauan terhadap perkembangan tersebut sangat krusial untuk menilai prospek PTPP di masa mendatang.