Gresik, Jawa Timur – Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, hari ini, Senin (17 Maret 2025), menorehkan sejarah baru bagi industri pertambangan nasional dengan meresmikan pabrik Precious Metal Refinery (PMR) milik PT Freeport Indonesia di Gresik, Jawa Timur. Peresmian ini menandai langkah signifikan pemerintah dalam mendorong hilirisasi sektor pertambangan dan menegaskan komitmen Indonesia untuk mengolah kekayaan alamnya sendiri, bukan sekadar mengekspor bahan mentah.
Kunjungan kerja Presiden Prabowo ke Gresik ini diawali dengan peresmian pabrik PMR yang digadang-gadang sebagai fasilitas pemurnian lumpur anoda terbesar di dunia yang menggunakan teknologi hidrometalurgi. Kehadiran pabrik ini menandai transformasi signifikan dalam rantai nilai industri pertambangan emas di Indonesia. Selama ini, Indonesia dikenal sebagai penghasil emas mentah dalam jumlah besar, namun sebagian besar pengolahannya dilakukan di luar negeri. Dengan beroperasinya PMR Freeport, Indonesia kini mampu melakukan pemurnian emas hingga menghasilkan emas batangan dengan kualitas tinggi di dalam negeri.
"Bapak Presiden dijadwalkan berangkat pada siang hari menuju Kabupaten Gresik untuk meresmikan pabrik Precious Metal Refinery (PMR) milik PT Freeport Indonesia," ungkap Yusuf Permana, Deputi Bidang Protokol, Pers, dan Media Sekretariat Presiden, dalam keterangan tertulis yang disampaikan Minggu (16 Maret 2025). Pernyataan tersebut menggarisbawahi pentingnya peresmian ini bagi pemerintahan Presiden Prabowo dan menjadi sorotan utama bagi media nasional dan internasional.
Lebih dari sekadar pabrik pemurnian, PMR Freeport di Gresik merupakan simbol nyata dari keberhasilan program hilirisasi yang digagas pemerintah. Pabrik ini terintegrasi secara vertikal, mulai dari hulu (pertambangan dan pengolahan) hingga hilir (pemurnian), sebuah model bisnis yang diharapkan dapat direplikasi oleh sektor industri lainnya di Indonesia. Integrasi ini tidak hanya meningkatkan nilai tambah produk, tetapi juga menciptakan lapangan kerja baru dan mendorong pertumbuhan ekonomi lokal.
"Hal ini memperlihatkan komitmen pemerintah dalam mempercepat proses hilirisasi di negeri ini," tegas Yusuf Permana. Pernyataan ini menegaskan bahwa peresmian PMR Freeport bukan hanya sebuah peristiwa seremonial, melainkan sebuah langkah strategis dalam pembangunan ekonomi Indonesia yang berkelanjutan. Hilirisasi, yang selama ini menjadi fokus utama pemerintah, bertujuan untuk meningkatkan nilai ekonomi dari sumber daya alam Indonesia, mengurangi ketergantungan pada ekspor bahan mentah, dan menciptakan industri pengolahan yang bernilai tinggi.
Dengan kapasitas produksi mencapai 50 ton emas batangan per tahun, PMR Freeport memiliki potensi yang sangat besar untuk berkontribusi pada perekonomian nasional. Pabrik ini juga menerapkan teknologi modern dan ramah lingkungan, sejalan dengan komitmen pemerintah untuk menjaga kelestarian alam. Penggunaan teknologi hidrometalurgi, misalnya, dinilai lebih efisien dan minim dampak lingkungan dibandingkan dengan metode pemurnian konvensional.
Kehadiran pabrik PMR Freeport juga menjadi bukti nyata dari kolaborasi yang kuat antara pemerintah dan sektor swasta. Kerja sama ini diharapkan dapat terus ditingkatkan untuk mendorong pembangunan industri pengolahan lainnya di Indonesia. Keberhasilan ini dapat menjadi inspirasi bagi perusahaan-perusahaan lain untuk berinvestasi di sektor hilirisasi dan berkontribusi pada kemajuan ekonomi nasional.
Setelah meresmikan pabrik PMR Freeport di Gresik, agenda Presiden Prabowo berlanjut ke Sidoarjo. Di Sidoarjo, Presiden dijadwalkan meresmikan 17 stadion di berbagai daerah. Pemusatan peresmian di Sidoarjo menunjukkan perhatian pemerintah terhadap pengembangan infrastruktur olahraga di Indonesia. Peresmian ini diharapkan dapat mendorong peningkatan prestasi olahraga nasional dan memperkuat semangat sportivitas di kalangan masyarakat.
"Pada sore harinya, Presiden dijadwalkan kembali ke Jakarta melalui Bandara Internasional Juanda," tambah Yusuf Permana. Penutup pernyataan ini menandai berakhirnya kunjungan kerja Presiden Prabowo ke Jawa Timur, namun dampak dari peresmian pabrik PMR Freeport di Gresik akan terus dirasakan dalam jangka panjang.
Secara keseluruhan, peresmian pabrik PMR Freeport di Gresik merupakan tonggak sejarah penting bagi industri pertambangan Indonesia. Keberhasilan ini tidak hanya menandai kemajuan teknologi dan peningkatan nilai tambah produk, tetapi juga menunjukkan komitmen pemerintah dalam mendorong hilirisasi dan pembangunan ekonomi yang berkelanjutan. Langkah ini diharapkan dapat menjadi contoh bagi sektor industri lainnya dan mendorong Indonesia untuk semakin mandiri dalam mengelola kekayaan alamnya. Kehadiran pabrik ini juga diharapkan mampu meningkatkan daya saing Indonesia di pasar internasional dan menciptakan lapangan kerja yang lebih berkualitas bagi masyarakat Indonesia. Peresmian ini menjadi bukti nyata bahwa Indonesia mampu bertransformasi menjadi negara yang maju dan berdaulat dalam pengelolaan sumber daya alamnya. Ke depan, diharapkan akan lebih banyak lagi investasi dan inovasi yang terwujud dalam rangka memperkuat sektor hilirisasi di Indonesia.