Hanoi/Jakarta, 20 April 2025 – Industri penerbangan Asia Tenggara menyaksikan babak baru persaingan global dengan masuknya pesawat penumpang buatan China, COMAC C919, ke pasar Vietnam. Dua unit C919, yang disewa oleh Chengdu Airlines melalui skema wet lease kepada Vietjet Air, telah memulai operasi komersial pada Sabtu lalu, melayani rute domestik Hanoi-Con Dao-Ho Chi Minh City. Kehadiran pesawat ini menandai tonggak penting bagi ambisi China untuk menguasai pangsa pasar pesawat komersial global dan sekaligus menjadi tantangan signifikan bagi produsen pesawat Barat yang selama ini mendominasi sektor ini.
Berita ini, yang pertama kali dilaporkan oleh kantor berita Xinhua, mengungkap strategi ekspansi COMAC yang agresif di pasar Asia Tenggara. Dengan menggandeng Vietjet Air, maskapai penerbangan berbiaya rendah (LCC) terbesar di Vietnam dan salah satu pemain utama di kawasan Asia Pasifik, COMAC secara efektif mengamankan akses ke jaringan rute yang luas dan basis penumpang yang besar. Skema wet lease, yang mencakup penyediaan pesawat, kru, perawatan, asuransi, dan dukungan operasional oleh pihak pemberi sewa (Chengdu Airlines), merupakan strategi cerdas yang meminimalkan risiko bagi Vietjet Air, sekaligus memberikan kesempatan bagi COMAC untuk membuktikan keandalan dan daya saing produknya.
C919, yang sebelumnya dikenal sebagai ARJ21, merupakan pesawat jet penumpang regional dengan jangkauan terbang antara 2.225 hingga 3.700 kilometer. Kemampuannya untuk melayani rute jarak menengah ini menjadikannya pilihan yang menarik bagi maskapai penerbangan yang beroperasi di kawasan Asia Tenggara yang geografisnya relatif dekat antar negara. Kehadirannya di Vietnam juga menunjukkan kepercayaan diri COMAC terhadap kualitas dan keamanan pesawat buatannya, sekaligus menjawab keraguan yang mungkin masih ada di benak beberapa operator internasional terkait teknologi dan standar keselamatan pesawat buatan China.
Vietjet Air, dengan reputasinya sebagai operator LCC yang efisien dan inovatif, diharapkan dapat memanfaatkan C919 untuk meningkatkan kapasitas armadanya dan memperluas jangkauan operasinya. Penambahan pesawat ini akan memungkinkan Vietjet Air untuk melayani lebih banyak penumpang dan rute, sekaligus meningkatkan daya saingnya di pasar yang semakin kompetitif. Bagi Vietnam, penggunaan C919 juga dapat diartikan sebagai diversifikasi sumber pasokan pesawat, mengurangi ketergantungan pada produsen Barat seperti Boeing dan Airbus.
Namun, masuknya C919 ke pasar Vietnam bukanlah tanpa tantangan. Meskipun COMAC telah berhasil mengirimkan pesawat ini ke beberapa operator luar negeri, termasuk TransNusa di Indonesia pada Desember 2022 dan Lao Airlines pada Maret 2025, Vietjet Air menjadi operator luar negeri ketiga yang menggunakan pesawat ini. Hal ini menunjukkan bahwa proses penetrasi pasar masih membutuhkan waktu dan upaya yang signifikan. COMAC masih perlu membuktikan keandalan jangka panjang C919, termasuk kemampuannya dalam menghadapi berbagai kondisi operasional dan pemeliharaan yang konsisten.
Persaingan dengan produsen pesawat Barat seperti Boeing dan Airbus juga akan menjadi faktor penentu keberhasilan C919 di pasar global. Kedua raksasa penerbangan ini telah memiliki reputasi yang mapan dan jaringan layanan purna jual yang luas. COMAC perlu membangun kepercayaan dan jaringan dukungan yang setara untuk bersaing secara efektif. Hal ini termasuk pengembangan infrastruktur perawatan dan pelatihan teknisi yang memadai di berbagai negara, termasuk Vietnam.
Lebih jauh lagi, faktor politik dan geopolitik juga dapat memengaruhi penerimaan C919 di pasar internasional. Hubungan bilateral antara China dan negara-negara lain, termasuk Vietnam, akan memainkan peran penting dalam menentukan tingkat penerimaan pesawat ini. Keberhasilan C919 di Vietnam akan menjadi tolok ukur bagi ambisi COMAC untuk memperluas pangsa pasarnya di kawasan Asia Tenggara dan bahkan secara global.
Kehadiran C919 di Vietnam juga memicu pertanyaan tentang dampaknya terhadap industri penerbangan regional secara keseluruhan. Apakah ini akan memicu persaingan harga yang lebih ketat? Apakah ini akan mendorong inovasi dan peningkatan efisiensi di kalangan maskapai penerbangan? Atau justru akan menimbulkan kekhawatiran terkait monopoli dan dominasi pasar oleh satu produsen? Pertanyaan-pertanyaan ini perlu dikaji lebih lanjut untuk memahami implikasi jangka panjang dari masuknya C919 ke pasar Vietnam.
Secara keseluruhan, operasi komersial C919 di Vietnam merupakan peristiwa penting yang menandai babak baru dalam persaingan global di industri penerbangan. Keberhasilan COMAC dalam menembus pasar Vietnam akan menjadi indikator penting bagi potensi pertumbuhan dan daya saing pesawat buatan China di masa depan. Namun, jalan menuju kesuksesan masih panjang dan penuh tantangan, memerlukan strategi yang komprehensif dan komitmen yang kuat dari COMAC untuk membangun kepercayaan dan membuktikan keunggulan produknya di pasar internasional yang kompetitif. Pengamatan lebih lanjut terhadap kinerja C919 di Vietnam akan menjadi kunci untuk memahami dampak jangka panjang dari peristiwa ini terhadap lanskap industri penerbangan global.