Beijing, 20 Mei 2025 – Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) era sebelumnya, Luhut Binsar Pandjaitan, melakukan pertemuan bilateral yang sarat makna dengan Menteri Luar Negeri China, Wang Yi, di kediaman negara Diao Yutai, Beijing. Pertemuan yang digambarkan Luhut sebagai silaturahmi dengan “sahabat lama” ini membahas sejumlah proyek strategis dan kerja sama bilateral yang krusial bagi kedua negara, sekaligus meneguhkan komitmen Indonesia dan China dalam memperkuat hubungan strategis yang komprehensif.
Dalam unggahan di akun Instagram pribadinya (@luhut.pandjaitan), Luhut mengutip pepatah Tiongkok yang menggambarkan esensi pertemuan tersebut: “Persahabatan antar negara terletak pada persahabatan antar rakyatnya, dan persahabatan antar rakyat terletak pada saling pengertian di hati mereka.” Ungkapan ini, menurut Luhut, merefleksikan kehangatan dan kepercayaan yang terjalin antara dirinya dan Wang Yi, sekaligus menjadi landasan bagi perbincangan yang substansial mengenai berbagai isu strategis.
Pertemuan tersebut tidak sekadar silaturahmi keakraban. Luhut dan Wang Yi secara intensif membahas sejumlah proyek infrastruktur dan kerja sama ekonomi yang signifikan bagi Indonesia. Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB), yang menjadi simbol kerja sama infrastruktur besar antara kedua negara, menjadi salah satu fokus utama pembahasan. Keberhasilan proyek ini, yang saat ini tengah memasuki tahap operasional, diharapkan dapat menjadi model bagi proyek-proyek kerja sama infrastruktur lainnya.
Selain KCJB, proyek ambisius Great Giant Sea Wall atau Tanggul Laut Raksasa juga menjadi topik diskusi penting. Proyek ini, yang bertujuan untuk melindungi wilayah pesisir dari ancaman abrasi dan naiknya permukaan air laut, memerlukan investasi dan teknologi yang signifikan. Pembahasan mengenai Tanggul Laut Raksasa menunjukkan keseriusan kedua negara dalam menangani tantangan lingkungan dan menjaga kelestarian ekosistem pesisir.
Lebih jauh, Luhut mengungkapkan bahwa pertemuan dengan Wang Yi juga mencakup kajian terhadap beberapa proyek strategis lainnya. Diantaranya adalah Two Countries Twin Parks, suatu konsep pengembangan kawasan industri yang mengarah pada kerja sama ekonomi yang berkelanjutan. Kemudian, ada juga pembahasan mengenai Kawasan Industri Hijau Kaltara (Kalimantan Utara), yang menunjukkan komitmen bersama untuk mengembangkan industri yang berwawasan lingkungan.
Tidak hanya infrastruktur dan proyek-proyek besar, Luhut dan Wang Yi juga membahas peluang perluasan kerja sama di sektor-sektor lain yang krusial bagi pembangunan Indonesia. Sektor pangan menjadi sorotan utama, mengingat pentingnya ketahanan pangan nasional. Kesepakatan untuk meningkatkan kerja sama di bidang ini diharapkan dapat memperkuat ketahanan pangan Indonesia dan menciptakan kemitraan yang saling menguntungkan.
Selain pangan, kerja sama di bidang kesehatan, bioteknologi, pendidikan, dan riset juga menjadi fokus perbincangan. Luhut menyebutkan adanya rencana untuk meningkatkan kerja sama melalui program beasiswa, pengembangan laboratorium bersama, dan pelatihan di bidang digitalisasi. Langkah-langkah ini menunjukkan komitmen kedua negara untuk meningkatkan sumber daya manusia (SDM) di Indonesia dan memperkuat kapasitas riset dan inovasi.
Dalam konteks momentum perayaan 75 tahun hubungan diplomatik Indonesia-China dan 70 tahun peringatan Konferensi Asia-Afrika, Luhut menyatakan bahwa pertemuan ini merupakan langkah penting dalam memperkuat hubungan kedua negara. Ia menekankan pentingnya fondasi saling percaya dan semangat persahabatan sebagai landasan utama dalam mempererat kemitraan strategis Indonesia-China.
Luhut menutup pernyataannya dengan harapan agar kerjasama kedua negara tidak hanya berfokus pada kepentingan nasional saja, melainkan juga berkontribusi pada pembangunan dunia yang lebih inklusif, adil, dan bermakna bagi komunitas global. Pertemuan ini menunjukkan bahwa Indonesia dan China terus berkomitmen untuk memperkuat hubungan bilateral yang berkelanjutan dan saling menguntungkan, sekaligus mengarahkan kerja sama kedua negara pada capaian yang lebih luas dan berdampak positif bagi masyarakat internasional. Pertemuan ini bukan sekadar pertemuan formal, melainkan merupakan manifestasi dari komitmen kedua negara untuk membangun masa depan yang lebih cerah bersama.