Genewa, Swiss – Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump memberikan pernyataan mengejutkan terkait hasil pertemuan tingkat tinggi antara perwakilan AS dan China di Jenewa, Sabtu (10/5/2025). Pertemuan yang bertujuan meredakan perang tarif besar-besaran antara kedua negara adidaya ini, menurut Trump, telah menghasilkan “kemajuan besar”. Pernyataan optimistis ini disampaikan melalui platform media sosial Truth Social, menimbulkan spekulasi dan harapan, sekaligus keraguan, di tengah dampak ekonomi yang signifikan akibat kebijakan proteksionis kedua negara.
Pertemuan tersebut melibatkan Menteri Keuangan AS Scott Bessent, Perwakilan Dagang AS Jamieson Greer, dan Wakil Perdana Menteri Tiongkok He Lifeng. Meskipun Trump mengklaim adanya kesepakatan signifikan, rinciannya masih dirahasiakan. Ia hanya menyatakan bahwa “pertemuan yang sangat baik” telah menghasilkan “banyak hal yang dibahas, banyak yang disetujui,” dan bahwa “pengaturan ulang total dinegosiasikan dengan cara yang bersahabat, tetapi konstruktif.” Trump menambahkan harapannya akan “keterbukaan China terhadap bisnis Amerika.” Keberhasilan negosiasi, menurutnya, akan menguntungkan kedua negara.
Namun, suasana optimisme yang dipancarkan Trump diimbangi oleh pernyataan yang lebih hati-hati dari pihak AS. Menteri Keuangan Bessent, dalam pernyataan terpisah yang dikutip CNN, mengingatkan publik agar tidak berharap akan adanya kesepakatan perdagangan komprehensif setelah pertemuan tersebut. Ia menekankan bahwa pertemuan Jenewa merupakan langkah penting dalam proses negosiasi yang panjang dan kompleks. Pernyataan serupa disampaikan oleh kantor berita pemerintah China, Xinhua, yang menyebut pertemuan tersebut sebagai langkah krusial dalam penyelesaian masalah bilateral. Xinhua menambahkan bahwa “solusi akhir membutuhkan kesabaran dan tekad strategis yang memadai, serta dukungan yang adil dari masyarakat internasional.”
Perang tarif antara AS dan China telah memicu dampak ekonomi yang signifikan bagi kedua negara. AS telah memberlakukan tarif 145% pada sebagian besar barang impor dari China, sedangkan China membalas dengan tarif 125% pada barang impor dari AS. Akibatnya, perdagangan bilateral mengalami penurunan drastis. Para ahli logistik menegaskan bahwa pengurangan tarif hingga 50% saja tidak cukup untuk memulihkan tingkat perdagangan secara signifikan. Para ekonom memperkirakan bahwa pengurangan tarif hingga setidaknya 50% merupakan ambang batas penting untuk kembalinya aktivitas perdagangan yang mendekati normal.
Sebelum pertemuan Jenewa, Trump telah melontarkan proposal kontroversial berupa pemotongan tarif barang-barang China hingga 80%. Melalui Truth Social, ia menyatakan, “Tarif 80% untuk China tampaknya tepat! Terserah Scott B,” menunjukkan kemungkinan negosiasi yang alot dan perbedaan pendapat internal dalam pemerintahan AS. Proposal ini menimbulkan pertanyaan tentang strategi AS dalam menghadapi China dan dampaknya terhadap inflasi di AS.
Dampak perang tarif terhadap ekonomi AS sudah terasa nyata. Kombinasi penurunan jumlah barang impor dan peningkatan biaya impor telah mendorong kenaikan harga barang-barang konsumsi. Analis Goldman Sachs memprediksi bahwa tolok ukur utama inflasi di AS akan meningkat dua kali lipat menjadi 4% pada akhir tahun akibat perang dagang ini. Meskipun kesepakatan perdagangan tercapai, penurunan harga barang-barang impor tidak akan terjadi secara instan, mengingat kapal-kapal yang membawa barang-barang dengan tarif 145% sudah dalam perjalanan menuju pelabuhan AS.
Pengaruh penurunan impor dari China terhadap kehidupan warga AS sangat signifikan. Berbagai macam barang, mulai dari alas kaki dan pakaian hingga peralatan elektronik, microchip, perlengkapan bayi, mainan, peralatan olahraga, suku cadang mesin kantor, dan masih banyak lagi, sebelumnya mengalir deras dari China ke AS. Namun, penurunan impor yang tajam telah terjadi. National Retail Federation memperkirakan penurunan impor ke AS pada kuartal II 2025 sebesar 20% dibandingkan tahun sebelumnya, dengan penurunan yang lebih drastis dari China. JPMorgan bahkan memprediksi penurunan impor hingga 75% – 80%.
Pertemuan Jenewa, meskipun menghasilkan sinyal positif dari Trump, masih menyisakan banyak pertanyaan. Keberhasilan negosiasi bergantung pada komitmen kedua negara untuk mencapai kesepakatan yang saling menguntungkan. Kejelasan rincian kesepakatan dan implementasinya akan menjadi penentu apakah pertemuan ini benar-benar menjadi titik balik dalam perang dagang yang telah menimbulkan dampak ekonomi dan geopolitik yang luas. Ke depan, perhatian tertuju pada kelanjutan negosiasi dan kemampuan kedua negara untuk mengatasi perbedaan kepentingan dan mencapai solusi yang berkelanjutan. Pernyataan optimis Trump perlu diimbangi dengan pengawasan ketat terhadap perkembangan selanjutnya dan dampaknya terhadap ekonomi global.