Bengkulu, 29 Mei 2025 – PT Pertamina (Persero) melalui Pertamina Patra Niaga Regional Sumatera Bagian Selatan (Sumbagsel) mengerahkan armada besar berjumlah 64 mobil tangki untuk mengatasi krisis pasokan Bahan Bakar Minyak (BBM) yang melanda Provinsi Bengkulu. Langkah sigap ini diambil untuk menjamin ketersediaan dan distribusi BBM kepada masyarakat, menyusul gangguan logistik yang belum diketahui penyebab utamanya.
Area Manager Communication, Relation & CSR Pertamina Patra Niaga Regional Sumbagsel, Tjahyo Nikho Indrawan, dalam keterangan tertulisnya Kamis (29/5/2025), menjelaskan bahwa mobil-mobil tangki tersebut didatangkan dari tiga wilayah berbeda untuk memastikan kecepatan dan efisiensi pendistribusian. "Armada ini berasal dari tiga titik suplai," ujar Tjahyo. "Yakni Teluk Kabung, Sumatera Barat, dengan waktu tempuh darat mencapai 26 jam; Lubuk Linggau, Sumatera Selatan, dengan waktu tempuh 12 jam; dan Lampung, yang khusus mensuplai Kabupaten Bengkulu Selatan dengan waktu tempuh 18 jam."
Keputusan untuk mengerahkan armada besar ini menunjukkan komitmen Pertamina dalam menjaga stabilitas pasokan energi di Bengkulu. Tjahyo menekankan bahwa upaya maksimal terus dilakukan untuk menormalkan kembali situasi. "Kami berkomitmen penuh untuk menjaga pasokan energi di wilayah Bengkulu dan terus memaksimalkan distribusi hingga situasi kembali stabil," tegasnya.
Strategi distribusi yang diterapkan Pertamina tidak hanya berfokus pada pengadaan armada darat yang massif. Untuk mempercepat proses penyaluran, Fuel Terminal Pertamina di Bengkulu diinstruksikan untuk beroperasi selama 24 jam penuh. Langkah ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan BBM masyarakat secara optimal dan meringankan dampak krisis pasokan.
Namun, upaya Pertamina menghadapi tantangan yang signifikan. Gangguan logistik yang menyebabkan krisis pasokan ini masih belum teridentifikasi secara pasti. Meskipun demikian, Pertamina berupaya untuk mengatasi permasalahan tersebut dengan cepat dan efisien. Tjahyo menjelaskan bahwa penambahan armada darat merupakan solusi sementara untuk mengatasi kendala distribusi melalui jalur laut.
"Kami berharap kondisi pelabuhan Pulau Baai segera membaik agar suplai menggunakan jalur laut kembali normal," kata Tjahyo. Ia menambahkan bahwa pengembalian jalur distribusi laut ke kondisi normal akan sangat signifikan dalam meningkatkan efisiensi dan mengurangi beban operasional distribusi darat yang saat ini sangat berat.
Pertamina juga mengimbau masyarakat untuk tetap tenang dan tidak melakukan pembelian BBM secara berlebihan. Langkah ini bertujuan untuk mencegah terjadinya panic buying yang dapat memperparah situasi krisis pasokan. "Pertamina mengimbau masyarakat untuk tetap tenang dan tidak melakukan pembelian BBM secara berlebihan. Upaya pemulihan terus dilakukan dan kami berkomitmen untuk memenuhi kebutuhan masyarakat," imbau Tjahyo.
Krisis pasokan BBM di Bengkulu ini menimbulkan kekhawatiran akan dampaknya terhadap berbagai sektor, terutama sektor transportasi dan perekonomian daerah. Kendaraan umum dan pribadi berpotensi mengalami kesulitan mendapatkan BBM, yang dapat mengganggu aktivitas masyarakat sehari-hari. Dampaknya juga dapat meluas ke sektor usaha kecil dan menengah (UKM) yang bergantung pada ketersediaan BBM untuk operasional bisnis mereka.
Pertamina, sebagai perusahaan BUMN yang bertanggung jawab atas penyediaan BBM di Indonesia, sedang menghadapi tantangan besar dalam mengatasi krisis ini. Efisiensi dan kecepatan dalam pendistribusian BBM menjadi kunci untuk meminimalisir dampak negatif terhadap masyarakat dan perekonomian Bengkulu. Penggunaan armada darat dalam jumlah besar, meskipun efektif dalam jangka pendek, menunjukkan besarnya tantangan yang dihadapi dan biaya operasional yang signifikan yang harus ditanggung perusahaan.
Ke depan, Pertamina perlu melakukan evaluasi menyeluruh terhadap sistem logistik dan distribusi BBM di Bengkulu untuk mencegah terulangnya krisis serupa. Peningkatan infrastruktur, diversifikasi jalur distribusi, dan peningkatan sistem monitoring pasokan menjadi beberapa hal yang perlu dipertimbangkan untuk memastikan ketahanan energi di wilayah tersebut. Transparansi informasi kepada publik juga penting untuk mencegah penyebaran informasi yang tidak akurat dan menjaga kepercayaan masyarakat terhadap upaya Pertamina dalam mengatasi krisis ini.
Pemerintah daerah Bengkulu juga memiliki peran penting dalam mendukung upaya Pertamina. Koordinasi yang baik antara Pertamina dan pemerintah daerah diperlukan untuk memastikan kelancaran distribusi BBM dan mengatasi hambatan yang mungkin muncul. Kerjasama ini mencakup pemantauan distribusi, penyediaan akses jalan yang memadai, dan pencegahan tindakan yang dapat mengganggu kelancaran distribusi.
Krisis pasokan BBM di Bengkulu menjadi pengingat penting tentang kerentanan sistem distribusi energi di Indonesia. Peristiwa ini menuntut langkah-langkah proaktif dan komprehensif untuk meningkatkan ketahanan energi nasional, termasuk investasi dalam infrastruktur, diversifikasi sumber energi, dan peningkatan efisiensi sistem distribusi. Peristiwa ini juga menjadi pelajaran berharga bagi semua pihak terkait untuk meningkatkan koordinasi dan kerjasama dalam menghadapi tantangan di masa mendatang. Pertamina, pemerintah, dan masyarakat harus bekerja sama untuk memastikan akses yang adil dan merata terhadap energi bagi seluruh lapisan masyarakat.