Tabanan, Bali – Provinsi Bali menorehkan sejarah baru dalam upaya transisi energi menuju sumber daya yang lebih bersih dan berkelanjutan. Pada [tanggal peresmian, jika tersedia dalam berita asli], Pemerintah secara resmi meresmikan fasilitas niaga Liquefied Natural Gas (LNG) pertama di Bali, sebuah proyek ambisius yang digagas oleh PT Wira Energi di Meliling, Tabanan. Kehadiran fasilitas ini bukan sekadar penambahan infrastruktur energi, melainkan sebuah tonggak penting dalam percepatan target Net Zero Emission (NZE) nasional dan regional, sekaligus memperkuat ketahanan energi daerah, khususnya di Pulau Dewata.
Peresmian ini disambut antusias oleh Pemerintah Pusat, khususnya Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). Direktur Perencanaan dan Pembangunan Infrastruktur Migas Kementerian ESDM, Laode Sulaeman, menekankan peran krusial LNG sebagai jembatan menuju masa depan energi yang lebih bersih dan efisien. "Sampai saat ini, bauran Energi Baru Terbarukan (EBT) nasional baru mencapai sekitar 15 persen," ujar Sulaeman dalam keterangan tertulis. "Kita membutuhkan percepatan, dan pemanfaatan LNG sebagai energi transisi sangat relevan karena menawarkan emisi yang lebih rendah, biaya yang kompetitif, dan fleksibilitas penggunaan." Pernyataan ini menggarisbawahi urgensi transisi energi di Indonesia, di mana LNG menjadi solusi interim yang efektif sebelum dominasi energi terbarukan sepenuhnya terwujud.
Lebih lanjut, Tenaga Ahli Menteri ESDM Bidang Monitoring dan Evaluasi Infrastruktur Migas, Anggawira, mengungkapkan makna strategis pengembangan fasilitas LNG di Bali dalam konteks nasional. "Potensi gas bumi Indonesia sangat besar, namun distribusinya belum merata," jelas Anggawira. "Kehadiran fasilitas LNG ini tidak hanya penting bagi Bali, tetapi juga dapat menjadi contoh replikasi nasional untuk membangun kemandirian energi daerah berbasis gas bumi." Pernyataan ini menyoroti potensi replikasi model bisnis ini di daerah lain di Indonesia, guna mengurangi ketergantungan pada energi impor dan memperkuat ketahanan energi di tingkat regional.
Fasilitas LNG di Tabanan dirancang sebagai pusat distribusi gas untuk sektor komersial dan industri di Bali. Selama ini, sektor-sektor vital seperti perhotelan, restoran, rumah sakit, dan manufaktur sangat bergantung pada Liquified Petroleum Gas (LPG) impor dan solar, yang rentan terhadap fluktuasi harga global. Dengan hadirnya fasilitas ini, Bali kini memiliki akses yang lebih mudah dan terjangkau terhadap pasokan gas bumi dalam negeri, yang secara signifikan akan meningkatkan efisiensi operasional dan daya saing industri lokal. Pemanfaatan LNG dalam negeri juga akan memperkuat struktur ekonomi energi nasional, membuatnya lebih mandiri dan tahan terhadap gejolak harga energi global yang seringkali tidak terduga.
Keunggulan fasilitas LNG di Tabanan tidak hanya terletak pada penyediaan energi yang lebih bersih dan efisien, tetapi juga pada penerapan teknologi terkini. Pemerintah mengapresiasi langkah PT Wira Energi yang mengedepankan efisiensi teknologi dan pengelolaan berbasis Internet of Things (IoT), termasuk sistem smart metering, microbulk, dan armada mobile refueling. Inovasi ini dinilai mampu meningkatkan efisiensi distribusi, transparansi penggunaan, dan kenyamanan bagi konsumen. Sistem smart metering, misalnya, memungkinkan pemantauan dan pengendalian konsumsi gas secara real-time, sehingga meminimalisir pemborosan dan meningkatkan efisiensi biaya. Sementara itu, sistem microbulk dan armada mobile refueling memastikan distribusi gas yang tepat sasaran dan efisien, bahkan ke lokasi-lokasi yang sulit dijangkau.
Kementerian ESDM mendorong pelaku usaha energi lainnya untuk meniru langkah inovatif PT Wira Energi, dengan tetap mengedepankan aspek keselamatan, standar mutu, dan kepatuhan terhadap regulasi yang berlaku. Hal ini menunjukkan komitmen pemerintah untuk menciptakan ekosistem energi yang berkelanjutan dan bertanggung jawab. Kolaborasi erat antara pemerintah pusat dan daerah juga menjadi kunci keberhasilan proyek ini. Pemerintah berkomitmen untuk mendukung perluasan infrastruktur energi bersih dan menjadikan Bali sebagai kawasan percontohan transisi energi terintegrasi, yang dapat diadopsi oleh daerah lain di Indonesia.
Peresmian fasilitas LNG di Bali sejalan dengan Peraturan Gubernur Bali Nomor 45 Tahun 2019 tentang Bali Energi Bersih, serta mendukung pencapaian bauran energi nasional sebesar 23% dari EBT pada 2025 dan NZE pada 2060. Proyek ini menjadi bukti nyata komitmen pemerintah dalam mewujudkan target tersebut. Keberhasilan proyek ini diharapkan dapat menginspirasi daerah lain untuk mengembangkan infrastruktur energi yang berkelanjutan dan berkontribusi pada pencapaian target nasional dalam mengurangi emisi karbon dan meningkatkan ketahanan energi.
Secara keseluruhan, peresmian fasilitas LNG di Bali merupakan langkah strategis yang signifikan dalam upaya transisi energi Indonesia. Proyek ini tidak hanya memberikan solusi energi yang lebih bersih dan efisien untuk Bali, tetapi juga menjadi model replikasi untuk daerah lain dan memperkuat kemandirian energi nasional. Dengan dukungan penuh dari pemerintah dan penerapan teknologi terkini, fasilitas ini diyakini akan memberikan kontribusi positif yang besar bagi perekonomian Bali dan Indonesia secara keseluruhan, sekaligus menjadi contoh nyata komitmen Indonesia dalam menghadapi tantangan perubahan iklim global. Keberhasilan ini diharapkan akan menjadi katalis bagi pengembangan infrastruktur energi bersih lainnya di seluruh Indonesia, mempercepat terwujudnya target NZE dan masa depan energi yang lebih berkelanjutan.