Perang Dagang AS-China: Ancaman Resesi dan Penguatan Dolar, Kata Chatib Basri

Jakarta, 14 April 2025 – Eskalasi perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China menimbulkan kekhawatiran akan dampak global yang signifikan. Mantan Menteri Keuangan era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Chatib Basri, mengungkapkan potensi krisis ekonomi yang membayangi jika AS tetap ngotot menerapkan tarif tinggi terhadap produk-produk China. Dalam sebuah diskusi panel di The Yudhoyono Institute, Minggu (13/4/2025), Chatib memprediksi skenario suram yang berpotensi memicu resesi dan penguatan dolar AS.

Chatib menyatakan bahwa penerapan tarif 145% oleh AS terhadap barang-barang impor dari China, dibalas dengan tarif 125% oleh China, akan berdampak fatal dalam jangka pendek. Menurutnya, jika tarif sebesar itu benar-benar diberlakukan, pasar AS akan kehabisan stok produk China dalam waktu tiga bulan. "Kalau Amerika menerapkan tarif 104% saja terhadap produk China, maka dalam waktu 3 bulan tidak akan ada lagi produk China di Amerika. Karena biaya transportasi (transportation cost) akan lebih mahal daripada margin keuntungan yang bisa mereka raih," tegasnya.

Ia memproyeksikan hilangnya pasokan barang-barang dari China akan menciptakan situasi krisis serupa pandemi Covid-19 di AS, di mana kekurangan stok barang memicu ketidakstabilan ekonomi. "Kekhawatiran saya, mudah-mudahan saya salah, dalam 3 bulan stok akan habis dan akan terjadi situasi seperti Covid di Amerika, ketika stok mereka itu tidak ada," imbuhnya.

Lebih jauh, Chatib memperingatkan potensi inflasi tinggi sebagai konsekuensi dari kebijakan proteksionis AS tersebut. Kenaikan harga barang akan memicu perlawanan dari berbagai pihak, memperburuk situasi ekonomi. Dalam konteks ini, ia pesimistis The Fed, bank sentral AS, akan mampu menurunkan suku bunga untuk meredam inflasi. "Kalau Amerika tidak bisa menurunkan bunga, maka ada kemungkinan bahwa nilai tukar dolar itu akan mengalami penguatan. Ini akan punya pengaruh pada berbagai negara," paparnya.

Chatib menganalisis kebijakan tarif Presiden AS Donald Trump tidak semata-mata dari perspektif ekonomi makro konvensional, melainkan melalui lensa "Bayesian Game". Teori ini, menurutnya, mengungkapkan bahwa tujuan Trump bukanlah sekadar menyeimbangkan neraca perdagangan (trade balance), melainkan memaksa negara-negara lain untuk bernegosiasi dengan AS.

Perang Dagang AS-China: Ancaman Resesi dan Penguatan Dolar, Kata Chatib Basri

"Karena dengan itu, maka Amerika Serikat bisa melakukan deal. Dan itu sampai sejauh ini, saya kira Amerika Serikat berhasil. Kecuali dengan China," jelas Chatib. Ia menjelaskan dinamika negosiasi AS-China dalam kerangka Bayesian Game. Trump, menurut Chatib, menggunakan strategi "hawkish" (agresif) untuk memaksa China bernegosiasi. Namun, strategi ini berisiko tinggi.

"Di dalam posisi China, kalau dia melihat bahwa Trump agak ragu-ragu, dia akan bernegosiasi. Tetapi kalau dia melihat bahwa Trump itu sangat firm dengan kebijakannya, maka yang dilakukan adalah dia retaliasi (balas dendam). Kalau retaliasi ini, ini berbahaya. Kenapa? Karena efeknya tadi akan ada slowdown dari pertumbuhan ekonomi global," tegasnya.

Retaliasi dari China, berupa tarif balasan, akan memperparah situasi dan memicu penurunan pertumbuhan ekonomi global. Hal ini dikarenakan ketergantungan ekonomi global terhadap kedua negara adidaya tersebut. Interdependensi ekonomi yang kuat antara AS dan China membuat dampak perang dagang tidak hanya terbatas pada kedua negara tersebut, tetapi berpotensi memicu krisis ekonomi global.

Ancaman resesi global dan penguatan dolar AS yang diprediksi Chatib merupakan konsekuensi serius dari perang dagang AS-China. Penguatan dolar akan berdampak negatif terhadap negara-negara berkembang, mengingat banyak negara berhutang dalam mata uang dolar. Hal ini akan meningkatkan beban pembayaran utang dan memperburuk kondisi ekonomi negara-negara tersebut.

Kesimpulannya, perang dagang AS-China bukan sekadar perselisihan ekonomi bilateral, melainkan ancaman serius bagi stabilitas ekonomi global. Prediksi Chatib Basri tentang potensi resesi dan penguatan dolar AS menunjukkan urgensi penyelesaian konflik ini melalui negosiasi yang konstruktif. Kegagalan dalam mencapai kesepakatan dapat berujung pada krisis ekonomi yang berdampak luas dan berkepanjangan, mengancam kesejahteraan ekonomi dunia. Perlu strategi yang lebih bijak dan terukur dari kedua belah pihak untuk mencegah dampak terburuk dari perang dagang ini. Kegagalan dalam mengelola konflik ini berpotensi menimbulkan dampak domino yang akan dirasakan oleh seluruh dunia. Oleh karena itu, upaya diplomasi dan negosiasi yang intensif menjadi kunci untuk mencegah skenario terburuk yang diprediksi oleh Chatib Basri.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *