OJK Tegaskan Stabilitas Sektor Keuangan di Tengah Dinamika Global yang Kompleks

Jakarta, 2 Juni 2025 – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memastikan stabilitas sektor jasa keuangan domestik tetap terjaga meskipun dihadapkan pada gejolak geopolitik global dan dinamika perdagangan internasional yang kompleks. Hal ini disampaikan Ketua Dewan Komisioner OJK, Mahendra Siregar, dalam Konferensi Pers Rapat Dewan Komisioner Bulanan (RDKB) Mei yang digelar secara daring.

Mahendra menekankan bahwa kesepakatan perdagangan sementara antara Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok pada 12 Mei 2025 telah berhasil meredam tensi perdagangan global. Respon positif pelaku pasar terhadap kesepakatan tersebut telah mendorong penguatan pasar keuangan global, ditandai dengan penurunan volatilitas dan peningkatan arus modal asing (capital inflow) ke negara-negara berkembang, termasuk Indonesia.

"Meskipun ketegangan geopolitik meningkat di beberapa kawasan, dampaknya sejauh ini masih dapat dilokalisasi. Imbasnya terhadap pasar keuangan global masih terbatas," ujar Mahendra. Pernyataan ini menunjukkan optimisme OJK terhadap kemampuan sistem keuangan Indonesia untuk menyerap guncangan eksternal. Namun, kewaspadaan tetap dijaga mengingat dinamika global yang masih penuh ketidakpastian.

Lebih lanjut, Mahendra memaparkan bahwa pertumbuhan ekonomi global pada kuartal I 2025 menunjukkan pelemahan, diiringi oleh penurunan inflasi yang mengindikasikan melemahnya permintaan global. Kondisi ini telah mendorong bank-bank sentral di berbagai negara untuk menerapkan kebijakan moneter yang lebih akomodatif. Beberapa di antaranya menurunkan suku bunga acuan, menyuntikkan likuiditas ke pasar, atau menurunkan reserve requirement.

"Di tengah perkembangan ini, The Federal Reserve (The Fed), bank sentral AS, menunjukkan sikap menunggu kepastian dampak kebijakan tarif dan pengaruhnya terhadap beberapa indikator ekonomi sebelum menentukan langkah selanjutnya terkait Federal Funds Rate (FFR)," jelas Mahendra. Sikap wait-and-see The Fed ini telah menyebabkan pasar menurunkan proyeksi penurunan FFR menjadi dua kali di tahun 2025, dari perkiraan sebelumnya sebanyak 3-4 kali. Penurunan pertama pun diperkirakan akan mundur ke bulan September.

OJK Tegaskan Stabilitas Sektor Keuangan di Tengah Dinamika Global yang Kompleks

Situasi ini menunjukkan kompleksitas tantangan yang dihadapi perekonomian global. Ketidakpastian kebijakan moneter AS, yang merupakan lokomotif ekonomi dunia, berdampak signifikan terhadap sentimen pasar global. Kehati-hatian The Fed dalam menentukan kebijakan suku bunga mencerminkan upaya untuk menyeimbangkan antara pengendalian inflasi dan menjaga pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

Di sisi lain, pasar global juga terus mencermati rencana penerbitan undang-undang pajak baru oleh Presiden AS, yang berpotensi memicu peningkatan defisit fiskal di AS. Hal ini telah menyebabkan lembaga pemeringkat utang Moody’s menurunkan rating kredit AS.

"Beberapa faktor tersebut telah mendorong pelemahan pasar obligasi dan nilai tukar di Amerika Serikat," tambah Mahendra. Penurunan rating kredit AS merupakan sinyal negatif bagi perekonomian global, mengingat peran AS sebagai ekonomi terbesar dunia. Hal ini dapat memicu ketidakpastian dan berdampak pada aliran modal global.

Secara keseluruhan, paparan Mahendra menggambarkan gambaran ekonomi global yang penuh tantangan. Pelemahan pertumbuhan ekonomi, ketidakpastian kebijakan moneter AS, dan potensi peningkatan defisit fiskal AS merupakan faktor-faktor yang perlu diwaspadai. Namun, OJK tetap optimistis terhadap stabilitas sektor jasa keuangan Indonesia, didukung oleh respon positif pasar terhadap kesepakatan perdagangan AS-Tiongkok dan kemampuan sistem keuangan domestik untuk menyerap guncangan eksternal.

Pernyataan Mahendra juga menyiratkan perlunya kewaspadaan dan antisipasi dari pemerintah dan otoritas terkait dalam menghadapi potensi dampak negatif dari perkembangan ekonomi global. Pentingnya strategi mitigasi risiko dan kebijakan yang tepat sasaran untuk menjaga stabilitas ekonomi domestik menjadi fokus utama. OJK, sebagai regulator sektor jasa keuangan, memiliki peran krusial dalam memastikan sistem keuangan tetap resilient dan mampu mendukung pertumbuhan ekonomi nasional di tengah ketidakpastian global.

Ke depan, OJK akan terus memantau perkembangan ekonomi global secara ketat dan melakukan koordinasi dengan berbagai pihak terkait untuk memastikan stabilitas sektor jasa keuangan Indonesia. Transparansi informasi dan komunikasi yang efektif dengan pelaku pasar menjadi kunci dalam menjaga kepercayaan dan stabilitas sistem keuangan. Pernyataan Mahendra menjadi sinyal penting bagi pelaku pasar dan masyarakat luas untuk memahami dinamika ekonomi global dan bersiap menghadapi potensi tantangan ke depan. Kemampuan Indonesia dalam mengelola risiko dan memanfaatkan peluang di tengah ketidakpastian global akan menjadi penentu keberhasilan dalam menjaga pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *