Jakarta, 23 Mei 2025 – Raksasa perlengkapan olahraga, Nike, bersiap mengguncang pasar dengan rencana kenaikan harga produknya mulai pekan depan. Keputusan ini, menurut sumber internal yang dikutip Reuters, merupakan respons terhadap peningkatan biaya produksi yang dipicu oleh kebijakan tarif impor tinggi era Presiden Donald Trump. Kenaikan ini akan berdampak pada sebagian besar lini produk Nike, kecuali beberapa item spesifik dan produk anak-anak menjelang musim sekolah.
Pengumuman resmi dari Nike sendiri terkesan diplomatis. Dalam pernyataan singkat kepada Reuters, Kamis (22/5/2025), perusahaan tersebut menyatakan, "Kami secara teratur mengevaluasi bisnis kami dan membuat penyesuaian harga sebagai bagian dari perencanaan musiman kami." Pernyataan tersebut, meskipun minim detail, mengisyaratkan bahwa kenaikan harga ini merupakan langkah strategis yang telah diperhitungkan matang oleh manajemen Nike.
Namun, sumber-sumber terpercaya di industri ritel mengindikasikan bahwa kebijakan tarif impor AS yang memberatkan, khususnya terhadap barang-barang impor dari China dan Vietnam – negara-negara pemasok utama Nike – menjadi faktor utama di balik keputusan ini. Kenaikan biaya produksi yang signifikan memaksa Nike untuk menaikkan harga jual agar tetap mempertahankan profitabilitas.
Besarnya kenaikan harga bervariasi tergantung pada jenis dan harga produk. Untuk pakaian dan peralatan olahraga dewasa, kenaikan berkisar antara US$ 2 hingga US$ 10, atau setara dengan Rp 32.000 hingga Rp 164.000 (dengan kurs Rp 16.400). Produk dengan harga jual antara US$ 100 hingga US$ 150 akan mengalami kenaikan US$ 5 (sekitar Rp 82.000). Sementara itu, sepatu dengan harga jual di atas US$ 150 akan mengalami kenaikan hingga US$ 10 (sekitar Rp 164.000).
Menariknya, Nike secara khusus menyatakan komitmennya untuk tidak menaikkan harga produk anak-anak. Keputusan ini kemungkinan besar didorong oleh pertimbangan strategis untuk mempertahankan pangsa pasar di segmen konsumen yang sangat penting ini, terutama menjelang musim sekolah yang biasanya diiringi dengan peningkatan permintaan produk-produk anak-anak. Produk sepatu dengan harga jual di bawah US$ 100 juga terbebas dari kenaikan harga ini. Bahkan, sepatu ikonik Nike Air Force 1, yang saat ini dibanderol dengan harga US$ 155 (sekitar Rp 2,5 juta), secara mengejutkan dikecualikan dari kebijakan kenaikan harga ini.
Kenaikan harga ini menjadi sorotan penting di tengah persaingan ketat di industri perlengkapan olahraga. Nike, sebagai pemimpin pasar, tentu akan dipantau secara cermat bagaimana strategi penyesuaian harga ini akan mempengaruhi pangsa pasarnya. Apakah konsumen akan menerima kenaikan harga ini atau beralih ke merek pesaing yang menawarkan harga lebih kompetitif? Pertanyaan ini akan menjadi ujian bagi strategi bisnis Nike ke depan.
Di luar penyesuaian harga, Nike juga mengumumkan langkah strategis lainnya: kembalinya penjualan produk mereka di platform e-commerce Amazon. Keputusan ini menandai babak baru bagi Nike setelah sebelumnya menarik diri dari Amazon pada tahun 2019. Saat itu, Nike lebih fokus pada penjualan langsung melalui situs web resmi dan toko-toko fisiknya sendiri.
Namun, strategi tersebut tampaknya telah dievaluasi ulang. Kembalinya Nike ke Amazon merupakan bagian dari upaya untuk memperluas jangkauan pasar dan menjangkau lebih banyak konsumen. Langkah ini juga selaras dengan investasi Nike dalam memperkuat distribusi produknya melalui berbagai saluran penjualan, termasuk ekspansi ke pengecer fisik baru seperti jaringan department store Printemps. Dengan kembali ke Amazon, Nike berharap dapat merebut kembali pangsa pasar yang mungkin telah direbut oleh pesaing yang lebih baru dan memanfaatkan kekuatan platform e-commerce raksasa tersebut.
Saat ini, produk-produk Nike di Amazon dijual oleh pedagang independen. Dengan kembalinya Nike secara resmi, konsumen dapat berharap mendapatkan produk asli dengan jaminan kualitas dan layanan purna jual yang lebih terjamin. Langkah ini juga menunjukkan kepercayaan diri Nike dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat di pasar digital.
Secara keseluruhan, keputusan Nike untuk menaikkan harga produk dan kembali ke Amazon merupakan langkah strategis yang kompleks dan berisiko. Kenaikan harga akan diuji oleh daya beli konsumen, sementara keberhasilan strategi penjualan di Amazon akan bergantung pada kemampuan Nike untuk bersaing dengan pedagang independen dan merek pesaing lainnya. Ke depan, bagaimana konsumen merespon perubahan strategi ini akan menjadi penentu keberhasilan Nike dalam mempertahankan posisinya sebagai pemimpin pasar di industri perlengkapan olahraga. Analisis lebih lanjut mengenai dampak jangka panjang dari kebijakan ini terhadap kinerja keuangan Nike dan pangsa pasarnya akan menjadi fokus pengamatan para analis industri dan investor. Pertanyaan besarnya adalah: akankah kenaikan harga ini menggerus loyalitas konsumen Nike, atau justru strategi ini akan terbukti efektif dalam mempertahankan profitabilitas perusahaan di tengah tantangan ekonomi global?