Misteri di Balik Kaleng Merah: Menelusuri Jejak Legenda Khong Guan

Lebaran tiba, dan aroma khas kue kering kembali memenuhi rumah-rumah di Indonesia. Di antara aneka suguhan, satu kaleng merah ikonik selalu hadir: Khong Guan. Lebih dari sekadar biskuit, Khong Guan telah menjelma menjadi simbol nostalgia, pengingat momen-momen hangat kebersamaan keluarga. Kalengnya, bahkan setelah isinya habis, kerap disimpan dan difungsikan kembali, menjadi bukti kuat pengaruh budaya yang telah terpatri dalam masyarakat Indonesia selama puluhan tahun. Namun, di balik popularitasnya yang mendunia, terdapat kisah inspiratif dan misteri menarik yang jarang tersingkap.

Dari Singapura Hingga Mendunia: Kisah Dua Bersaudara Pendiri Khong Guan

Perjalanan Khong Guan bermula dari tangan dua bersaudara imigran asal Fujian, Tiongkok: Chew Choo Keng dan Chew Choo Han. Pada tahun 1935, mereka memulai babak baru kehidupan di Singapura, mencoba peruntungan di pabrik biskuit lokal. Namun, invasi Jepang pada tahun 1940 memaksa mereka mengungsi ke Perak, Malaysia. Di tengah keterbatasan bahan baku seperti gula dan tepung, usaha biskuit mereka terhenti. Mereka terpaksa beralih profesi menjadi pedagang garam dan sabun, bertahan hidup di tengah gejolak perang.

Setelah Perang Dunia II berakhir pada tahun 1945, kedua bersaudara ini kembali ke Singapura. Dengan dukungan keluarga, mereka bangkit dari keterpurukan dan kembali mengejar mimpi. Titik balik sejarah Khong Guan dimulai pada tahun 1947, saat mereka mendirikan Khong Guan Biscuit (KGB) Factory di Jalan 18 Howard, Singapura. Sejak saat itu, perusahaan kecil ini memulai perjalanan panjang menuju kesuksesan global.

Ekspansi Khong Guan ke pasar internasional, termasuk Indonesia, diperkirakan dimulai pada tahun 1970-an. Di Indonesia, PT Khong Guan Biscuit Factory Indonesia didirikan di Jalan Bogor, Ciracas, Jakarta Timur, menandai langkah awal perusahaan dalam menaklukkan pasar Asia Tenggara. Keberhasilan ini terus berlanjut hingga kini, dengan pabrik-pabrik Khong Guan tersebar luas di berbagai negara, termasuk Tiongkok, Korea, Taiwan, Filipina, Singapura, Malaysia, Thailand, dan Vietnam.

Misteri di Balik Kaleng Merah: Menelusuri Jejak Legenda Khong Guan

Puncak ekspansi global terjadi pada tahun 1982, dengan berdirinya Khong Guan Corporation (KGC) di Amerika Serikat. Berawal dari kantor kecil di Berkeley, California, perusahaan ini berhasil menguasai 90% pangsa pasar biskuit kaleng di Amerika, sebuah prestasi yang luar biasa bagi sebuah perusahaan yang bermula dari usaha kecil di tengah kesulitan.

Sayangnya, perjalanan sukses ini juga diwarnai kehilangan. Chew Choo Keng meninggal dunia pada tahun 2001 di usia 86 tahun, sementara Chew Choo Han pensiun pada Januari 2007 dan meninggal dunia pada November tahun yang sama. Namun, warisan yang mereka bangun tetap kokoh berdiri, terus menghadirkan biskuit berkualitas dan mempertahankan eksistensi Khong Guan sebagai merek legendaris dunia.

Misteri Ilustrasi Keluarga: Sang Ayah yang Hilang dan Kisah di Baliknya

Ilustrasi keluarga yang menghiasi kaleng Khong Guan telah menjadi subjek perbincangan dan meme di internet. Ketiadaan sosok ayah dalam gambar yang menampilkan seorang ibu dan dua anak yang sedang menikmati hidangan di meja makan, telah memicu berbagai spekulasi, dari ketidakharmonisan keluarga hingga sang ayah yang berperan sebagai fotografer.

Berkat informasi dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, misteri ini sedikit terungkap. Ilustrator di balik gambar ikonik tersebut adalah Bernardus Prasodjo, seorang ilustrator ternama asal Salatiga yang pernah mengenyam pendidikan di Institut Teknologi Bandung (ITB), meskipun tidak menyelesaikan studinya karena tingginya permintaan akan karyanya. Bernardus, yang juga mendesain kemasan untuk merek-merek terkenal seperti Nissin dan Monde, menerima pesanan ilustrasi Khong Guan pada tahun 1971.

Dalam wawancara dengan Antara, Bernardus menjelaskan bahwa ia membuat ilustrasi tersebut berdasarkan contoh gambar yang diberikan kepadanya. Prosesnya dimulai dengan sketsa hitam putih, kemudian dilukis ulang menggunakan cat air. Namun, sumber inspirasi gambar keluarga tersebut tetap menjadi pertanyaan.

Jawabannya ditemukan oleh kurator situs Ladybird Fly Away Home. Melalui artikel berjudul "The Strange Tale of the Missing Father of Khong Guan", Helen menjelaskan bahwa ilustrasi keluarga Khong Guan merupakan adaptasi dari ilustrasi dalam buku anak-anak terbitan Ladybird, penerbit legendaris asal Inggris. Ilustrasi asli, yang dibuat oleh Harry Wingfield pada tahun 1959, memang hanya menampilkan ibu dan dua anak yang sedang menikmati teh sore. Namun, cerita dalam buku tersebut berlanjut hingga pukul 6 sore, saat sang ayah pulang dan disambut hangat oleh keluarganya.

Dengan demikian, ketidakhadiran ayah dalam ilustrasi Khong Guan bukanlah sebuah misteri, melainkan bagian dari konsep ilustrasi yang diadaptasi dari sumber aslinya. Kisah ini menunjukkan betapa detail kecil sekalipun dapat memicu imajinasi dan perbincangan luas di era digital. Khong Guan, lebih dari sekadar biskuit, telah menjadi bagian dari sejarah dan budaya Indonesia, menawarkan lebih dari sekadar rasa, tetapi juga cerita dan misteri yang terus menarik perhatian.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *