Mimpi Kebun Sendiri: Tantangan dan Peluang Bisnis Anggrek Bulan di Jakarta

Jakarta, 7 Maret 2025 – Bagi Rangga Ferdiansyah, pengusaha anggrek bulan di Taman Anggrek Ragunan, memiliki kebun sendiri bukan sekadar mimpi, melainkan kunci keberhasilan bisnisnya. Keinginan ini didorong oleh pengalaman pahit menghadapi fluktuasi pasokan dan persaingan ketat di pasar anggrek, terutama saat musim permintaan tinggi seperti Natal, Lebaran, dan momentum politik seperti pelantikan presiden dan anggota DPR pada Oktober 2024 lalu.

"Dua bulan lalu, anggrek sempat langka. Saya sampai harus menutup toko selama 3-4 hari karena kehabisan stok," ungkap Rangga saat ditemui di tokonya, Selasa (4/2/2025). Kekurangan pasokan ini memaksa para pekebun menjual anggrek yang belum mekar sempurna, bahkan yang baru mekar satu atau dua hari. Kondisi ini mengakibatkan harga melonjak drastis dan siklus pasokan terganggu. Anggrek bulan idealnya baru mekar sempurna setelah empat bulan, namun penjualan prematur ini mengakibatkan kekosongan stok dan minimnya bibit baru di kebun.

Situasi ini semakin menguatkan tekad Rangga untuk memiliki kebun anggrek sendiri. Menurutnya, kebun pribadi akan menjadi solusi untuk mengamankan pasokan, mengendalikan kualitas, dan menstabilkan harga jual. "Ujung-ujungnya, untuk kestabilan sirkulasi barang, kita harus punya kebun sendiri, nyetok sendiri, dan mengatur alurnya sendiri," tegasnya.

Namun, membangun kebun anggrek bukanlah usaha yang mudah. Rangga memperkirakan membutuhkan modal minimal Rp500-600 juta untuk membangun kebun dengan kapasitas 3.000 tangkai anggrek – jumlah yang dianggapnya cukup untuk memenuhi permintaan pasar. Tantangan lain adalah pemilihan lokasi. Ia membutuhkan lahan di daerah beriklim sejuk, seperti Cisarua, Subang, atau Bandung, dengan akses yang mudah dan ekonomis. Pertimbangan lain adalah biaya sewa lahan yang cukup tinggi. Rangga memperkirakan perlu menyewa lahan minimal selama 5-6 tahun, bahkan idealnya 10 tahun, untuk mencapai titik impas. Membeli tanah, menurutnya, terlalu mahal.

Saat ini, Rangga masih mengandalkan kerjasama dengan beberapa kebun langganan untuk mengamankan stok, terutama menjelang musim ramai. Sebagai nasabah Kredit Usaha Rakyat (KUR) Mikro BRI sejak Agustus 2024, ia berencana mengajukan pinjaman tambahan untuk mewujudkan mimpinya memiliki kebun sendiri. "Makanya saya lagi ngelirik-ngelirik juga nih BRI, pokoknya target harus punya kebun sendiri," ujarnya sembari tertawa.

Mimpi Kebun Sendiri: Tantangan dan Peluang Bisnis Anggrek Bulan di Jakarta

Kisah sukses Brian Sinaga, rekan sesama pedagang anggrek, menjadi inspirasi bagi Rangga. Brian, yang juga nasabah KUR Mikro BRI, telah lebih dulu mewujudkan mimpinya. Dengan modal awal Rp100 juta dari KUR, ia mampu mengembangkan bisnisnya hingga mampu menyewa lahan seluas 500 meter persegi di Ciater dengan total investasi mencapai Rp400 juta.

Kebun anggrek Brian yang mulai beroperasi November 2024, memiliki kapasitas 8.000 tangkai dengan produktivitas 2.000 tangkai per bulan. Meskipun belum mampu memenuhi seluruh kebutuhan tokonya, kebun ini telah memberikan dampak positif yang signifikan. "Oh sangat membantu (punya kebun sendiri). Kalau anggrek langsung dibawa ke Jakarta, daya tahannya kurang di tempat panas. Kalau kita simpan dulu di sana, kemekarannya bisa lebih bagus dan lebih sempurna," jelas Brian. Ia juga menambahkan bahwa kebun sendiri memudahkan penyimpanan stok dan menjaga kualitas anggrek agar tetap prima.

Brian, yang sebelumnya bekerja di kebun anggrek di Ciater, memutuskan menyewa lahan di dekat kebun-kebun yang sudah ada untuk meminimalisir biaya survei dan memudahkan proses operasional. Ia menargetkan panen pertama dari kebunnya menjelang Lebaran untuk memenuhi lonjakan permintaan selama Ramadan. Ke depannya, ia berencana memperluas kebunnya hingga mencapai kapasitas 20.000 tangkai untuk menekan biaya operasional dan meningkatkan omzet hingga 20-30 persen.

Mochammad Syarief, Pimpinan Cabang BRI KC Pasar Minggu, menjelaskan bahwa nasabah KUR Mikro dapat mengajukan penambahan pinjaman atau top up untuk pengembangan usaha. Persyaratannya kurang lebih sama dengan pengajuan KUR awal, namun akan ada penghitungan kebutuhan yang lebih detail. Penghitungan ini dilakukan oleh petugas marketing atau mantri BRI untuk memastikan alokasi dana sesuai kebutuhan pengembangan usaha, seperti pembangunan kebun anggrek. "Selama syarat-syarat terpenuhi dan kebutuhannya terhitung jelas, kami akan memberikan dukungan maksimal," tegas Syarief.

Data dari BRI menunjukkan bahwa selama Januari-Februari 2025, sebanyak 459 orang di wilayah Pasar Minggu menerima penyaluran KUR dengan total plafon kredit mencapai Rp16,2 miliar. Kisah Rangga dan Brian mencerminkan potensi dan tantangan dalam bisnis anggrek bulan, sekaligus menunjukkan peran penting akses permodalan dalam mewujudkan mimpi para pengusaha kecil dan menengah. Keberhasilan mereka menginspirasi para pelaku usaha lainnya untuk berani bermimpi besar dan memanfaatkan berbagai fasilitas pembiayaan yang tersedia untuk mengembangkan usaha mereka.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *