Jakarta, 31 Mei 2025 – Raksasa konsultan global, McKinsey & Company, tengah menghadapi badai. Dalam kurun waktu 18 bulan terakhir, sejak akhir tahun 2023, perusahaan asal Amerika Serikat ini telah memberhentikan lebih dari 5.000 karyawannya, atau sekitar 10% dari total tenaga kerja global. Langkah drastis ini menandai salah satu upaya perampingan terbesar dalam sejarah hampir seabad perusahaan tersebut, dan menjadi indikator kuat atas pergeseran signifikan dalam lanskap industri konsultasi pasca-pandemi.
Informasi ini dihimpun dari berbagai sumber, termasuk laporan Financial Express dan Financial Times, yang mengungkap dampak signifikan dari perlambatan ekonomi dan perubahan dinamika pasar terhadap salah satu perusahaan konsultasi paling bergengsi di dunia. Jumlah karyawan McKinsey yang telah berkurang dari lebih dari 45.000 pada akhir 2023 menjadi sekitar 40.000 saat ini, menggambarkan skala besar pemangkasan tenaga kerja yang dilakukan.
Ekspansi pesat McKinsey selama pandemi COVID-19, yang ditandai dengan pertumbuhan tenaga kerja hampir dua pertiga dalam lima tahun menjelang 2023, kini terbukti tak berkelanjutan. Perusahaan yang kala itu gencar memperluas layanannya ke implementasi proyek dan layanan digital, kini harus berhadapan dengan penurunan permintaan yang signifikan. Kondisi ini memaksa McKinsey untuk melakukan restrukturisasi besar-besaran.
Pada tahun 2023 saja, perusahaan telah melakukan beberapa langkah signifikan dalam upaya perampingan. Sebanyak 1.400 peran back-office dihilangkan, dan 400 spesialis di bidang rekayasa data dan perangkat lunak juga terkena dampak pemutusan hubungan kerja (PHK). Selain itu, sumber internal menyebutkan bahwa McKinsey menerapkan proses peninjauan kinerja yang lebih ketat, yang berujung pada pemutusan hubungan kerja bagi sejumlah konsultan dengan kinerja yang dinilai kurang memuaskan.
Faktor lain yang memperburuk situasi McKinsey adalah tuntutan hukum senilai US$ 1,6 miliar terkait keterlibatan perusahaan dalam kasus opioid di Amerika Serikat. Beban hukum yang besar ini, dikombinasikan dengan perlambatan pertumbuhan industri konsultasi dan penurunan permintaan, telah memaksa McKinsey untuk melakukan perombakan besar-besaran dalam operasionalnya.
Kontras dengan situasi McKinsey, pesaingnya, Boston Consulting Group (BCG), justru mencatatkan kinerja yang positif. BCG baru-baru ini melaporkan peningkatan pendapatan sebesar 10% menjadi US$ 13,5 miliar pada tahun 2024, dan peningkatan jumlah staf menjadi 33.000. Perbedaan kinerja ini semakin mempertegas tantangan yang dihadapi McKinsey.
Perubahan dramatis dalam lanskap konsultasi sejak puncak pandemi juga turut berperan. Masa "Pengunduran Diri Besar-besaran" (The Great Resignation) yang terjadi selama pandemi, ditandai dengan tingginya permintaan dan lonjakan pengunduran diri sukarela, kini telah berganti. Pergantian karyawan telah melambat hingga ke titik terendah dalam sejarah, sebuah fenomena yang mengejutkan banyak perusahaan dan memaksa mereka, termasuk McKinsey, untuk melakukan PHK formal sebagai mekanisme pengelolaan kepegawaian.
Meskipun melakukan PHK massal, McKinsey tetap mempertahankan pandangan optimistis. Perusahaan menyatakan bahwa mereka akan terus tumbuh dan melakukan pekerjaan yang lebih berdampak. Bahkan, McKinsey memprediksi akan merekrut ribuan konsultan baru di tahun-tahun mendatang. Pernyataan ini menunjukkan keyakinan perusahaan terhadap prospek jangka panjang, meskipun harus menghadapi tantangan berat dalam jangka pendek.
Situasi yang dihadapi McKinsey ini menjadi cerminan dari dinamika industri konsultasi global. Pertumbuhan yang pesat selama pandemi terbukti tidak berkelanjutan, dan perusahaan-perusahaan di sektor ini harus beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan permintaan dan kondisi ekonomi. Langkah-langkah restrukturisasi, termasuk PHK massal, menjadi pilihan sulit namun mungkin perlu dilakukan untuk memastikan kelangsungan bisnis di tengah ketidakpastian ekonomi. Ke depannya, akan menarik untuk melihat bagaimana McKinsey mampu mengatasi tantangan ini dan merealisasikan visi optimistisnya di tengah persaingan yang semakin ketat dalam industri konsultasi. Kasus McKinsey ini juga menjadi pelajaran berharga bagi perusahaan lain untuk selalu waspada terhadap siklus ekonomi dan melakukan perencanaan strategis yang tangguh untuk menghadapi berbagai kemungkinan.