Jakarta, 11 April 2025 – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat penurunan konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM) selama periode mudik Lebaran tahun ini. Fenomena ini, menurut Sekretaris Jenderal Kementerian ESDM, Dadan Kusdiana, tak lepas dari beberapa faktor kunci, di antaranya penurunan jumlah pemudik, peningkatan efisiensi penggunaan kendaraan pribadi, dan meningkatnya tren penggunaan kendaraan listrik.
Data Pertamina menunjukkan realisasi penyaluran gasoline (bensin) harian selama Lebaran tahun ini mencapai 103.843 kiloliter (KL), sedikit lebih rendah dibandingkan tahun lalu yang mencapai 105.081 KL. Tren penurunan juga terlihat pada konsumsi gasoil (solar), yang tercatat sebesar 40.155 KL pada tahun lalu dan turun menjadi 38.757 KL tahun ini. Penurunan konsumsi BBM ini bukan hanya terjadi pada gasoline dan gasoil, melainkan juga pada avtur, yang mengalami penurunan dari 12.501 KL per hari pada tahun lalu menjadi 12.160 KL per hari tahun ini.
Dadan Kusdiana, dalam keterangan persnya di kantor BPH Migas, Jakarta Selatan, mengungkapkan bahwa salah satu faktor utama penurunan konsumsi BBM adalah berkurangnya jumlah pemudik. Berdasarkan survei Badan Kebijakan Transportasi Kementerian Perhubungan, jumlah pemudik Lebaran tahun ini diperkirakan hanya mencapai 146,48 juta orang, atau sekitar 52% dari total penduduk Indonesia. Angka ini menunjukkan penurunan signifikan sebesar 24% dibandingkan tahun lalu yang mencapai 193,6 juta pemudik. "Konsumsi BBM turun, salah satu faktornya adalah penurunan jumlah pemudik dibandingkan tahun lalu," tegas Dadan.
Namun, penurunan jumlah pemudik bukanlah satu-satunya faktor yang berkontribusi terhadap penurunan konsumsi BBM. Dadan juga menyoroti peningkatan efisiensi penggunaan kendaraan pribadi. Ia mencontohkan, peningkatan jumlah penumpang dalam satu kendaraan, misalnya dari satu orang menjadi tiga orang, secara signifikan dapat menghemat konsumsi BBM. "Yang tadinya pakai mobil satu orang, sekarang diisi tiga orang. Itu juga kan menghemat BBM," jelasnya.
Faktor lain yang turut berperan adalah meningkatnya penggunaan kendaraan listrik. Data menunjukkan lonjakan penggunaan mobil listrik selama mudik Lebaran tahun ini mencapai 490% dibandingkan tahun lalu. Jumlah mobil listrik yang digunakan untuk mudik mencapai 19.852 unit, jauh melampaui angka 4.314 unit pada tahun 2024. Tren ini, menurut Dadan, memberikan dampak positif terhadap penurunan konsumsi BBM konvensional.
Sementara itu, Direktur Rekayasa dan Infrastruktur Darat Pertamina Patra Niaga, Eduward Adolof Kawi, menambahkan bahwa penurunan penyaluran BBM tidak hanya terjadi pada gasoline dan gasoil, tetapi juga pada avtur. Ia juga mencatat adanya peningkatan konsumsi Liquefied Petroleum Gas (LPG) sebesar 4,2% tahun ini, baik untuk sektor PSO (Public Service Obligation) maupun non-PSO. "Sektor LPG ini mengalami kenaikan, agak berbeda dengan BBM," ujar Eduward.
Secara keseluruhan, penurunan konsumsi BBM selama mudik Lebaran tahun ini merupakan fenomena kompleks yang dipengaruhi oleh beberapa faktor saling terkait. Penurunan jumlah pemudik menjadi faktor utama, namun peningkatan efisiensi penggunaan kendaraan pribadi dan pesatnya pertumbuhan penggunaan kendaraan listrik juga memberikan kontribusi signifikan. Data ini menunjukkan adanya pergeseran pola konsumsi energi di Indonesia, dengan tren menuju penggunaan energi yang lebih efisien dan ramah lingkungan.
Analisis lebih lanjut diperlukan untuk memahami secara mendalam dampak jangka panjang dari tren ini terhadap konsumsi BBM nasional. Pemerintah perlu terus mendorong program-program yang mendukung efisiensi energi dan percepatan transisi energi, termasuk peningkatan infrastruktur pendukung kendaraan listrik dan kampanye edukasi untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya efisiensi penggunaan BBM. Data ini juga dapat menjadi acuan bagi pemerintah dalam merumuskan kebijakan energi yang lebih tepat sasaran dan berkelanjutan, sekaligus mempersiapkan diri menghadapi tantangan dan peluang di sektor energi di masa mendatang. Perlu dikaji lebih lanjut apakah penurunan ini merupakan tren jangka panjang atau hanya fenomena musiman. Pemantauan berkelanjutan terhadap konsumsi BBM dan faktor-faktor yang mempengaruhinya sangat penting untuk memastikan ketahanan energi nasional.
Kesimpulannya, penurunan konsumsi BBM selama mudik Lebaran tahun ini merupakan hasil dari kombinasi faktor yang saling berkaitan, menunjukkan pergeseran pola konsumsi energi menuju efisiensi dan keberlanjutan. Namun, perlu kajian lebih lanjut untuk memastikan apakah tren ini berkelanjutan dan bagaimana dampaknya terhadap kebijakan energi nasional di masa depan. Pemantauan dan evaluasi secara berkala tetap diperlukan untuk memastikan ketahanan energi Indonesia.