Pengumuman mengejutkan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump untuk menaikkan tarif impor baja menjadi 50% telah mengguncang pasar Asia Pasifik. Keputusan yang diumumkan pada Senin, 2 Juni 2025, dan efektif Rabu, 4 Juni 2025, ini langsung berdampak pada pergerakan bursa saham di berbagai negara, khususnya di Jepang dan Korea Selatan. Langkah kontroversial ini, yang diklaim Trump sebagai upaya untuk melindungi industri baja AS, justru memicu kekhawatiran dan ketidakpastian di pasar global.
Berbicara di hadapan para pekerja baja AS di Irvin Works milik U.S. Steel di West Mifflin, Pennsylvania, Trump secara tegas menyatakan kenaikan tarif tersebut. "Kami akan menaikkan tarif baja dari 25% menjadi 50% di Amerika Serikat," tegasnya. Pengumuman ini juga diunggah di platform media sosial Truth Social miliknya, semakin mengukuhkan komitmen, atau lebih tepatnya, gebrakan politik ekonomi yang berpotensi menimbulkan gejolak global ini.
Dampaknya langsung terasa di pasar Asia. Indeks Nikkei 225 Jepang, salah satu barometer utama pasar saham Negeri Sakura, ambruk 0,89% pada pembukaan perdagangan. Topix, indeks saham lain di Jepang, juga mengalami penurunan signifikan sebesar 0,65%. Meskipun Kospi Korea Selatan masih menunjukan kenaikan tipis 0,16%, Kosdaq, indeks yang mewakili perusahaan-perusahaan berkapitalisasi kecil, stagnan dan tak menunjukkan pergerakan yang berarti. S&P/ASX 200 Australia juga terpantau relatif datar pada pembukaan perdagangan. Kontrak berjangka indeks Hang Seng Hong Kong pun menunjukkan tren negatif, berada di level 22.901, lebih rendah dibandingkan penutupan sebelumnya di angka 23.289,77. Pasar Tiongkok, Malaysia, dan Selandia Baru sendiri tutup untuk libur nasional.
Ketidakpastian yang ditimbulkan oleh kebijakan proteksionis Trump ini juga menjalar ke pasar berjangka AS. Harga saham berjangka S&P 500 terpantau turun 0,3%, diikuti oleh Nasdaq-100 yang menunjukkan tren penurunan serupa. Dow Jones Industrial Average pun tak luput dari dampak negatif, dengan penurunan 108 poin atau setara 0,3%. Kondisi ini menunjukkan kekhawatiran investor terhadap potensi dampak negatif kebijakan Trump terhadap perekonomian global. Meskipun tiga indeks utama AS pada Jumat sebelumnya menunjukkan pergerakan yang beragam – S&P 500 sedikit berubah, Nasdaq Composite turun, dan Dow Jones naik – namun, pengumuman Trump ini telah menciptakan sentimen negatif yang cukup kuat menjelang dimulainya bulan perdagangan baru.
Di pasar saham Asia, sektor baja menjadi yang paling terdampak. Saham-saham perusahaan baja di Jepang dan Korea Selatan mengalami penurunan signifikan. JFE Holdings, perusahaan baja raksasa Jepang, merosot 1,23%, sementara Kobe Steel turun 0,18%. Di Korea Selatan, Hyundai Steel mengalami penurunan tajam hingga 3%, dan Posco Holdings, produsen baja terbesar di Korea Selatan, juga tergerus 1%. Hanya Nippon Steel Jepang yang menjadi pengecualian, mencatatkan kenaikan 1,58%. Kenaikan ini diduga terkait pujian Trump terhadap perusahaan tersebut sebagai mitra hebat bagi U.S. Steel pada Jumat pekan lalu, menunjukkan bagaimana sentimen positif dari Trump, meskipun bersifat selektif, dapat mempengaruhi pasar.
Kenaikan tarif impor baja hingga 50% oleh Trump merupakan langkah yang sangat signifikan dan berpotensi memicu reaksi berantai di pasar global. Keputusan ini dinilai sebagai bentuk proteksionisme yang agresif, yang bertentangan dengan prinsip perdagangan bebas dan dapat memicu retaliasi dari negara-negara lain. Hal ini dapat menyebabkan peningkatan harga baja di pasar internasional, berdampak pada berbagai sektor industri yang bergantung pada bahan baku tersebut, dan pada akhirnya berpotensi memicu inflasi global.
Analis pasar memprediksi bahwa dampak jangka panjang dari kebijakan ini masih belum dapat dipastikan. Namun, ketidakpastian yang ditimbulkan oleh kebijakan ini sudah cukup untuk membuat investor waspada dan cenderung mengambil sikap wait and see. Reaksi pasar yang beragam di Asia menunjukkan kompleksitas dampak kebijakan ini, di mana beberapa sektor dan negara mungkin lebih terpengaruh daripada yang lain. Ke depan, perkembangan situasi ini perlu terus dipantau, termasuk potensi respon dari negara-negara lain yang mungkin terkena dampak negatif dari kebijakan proteksionis Trump ini. Apakah ini akan memicu perang dagang baru, atau hanya sebuah langkah taktis Trump yang berisiko tinggi? Pertanyaan ini masih menjadi teka-teki yang menunggu jawabannya di masa mendatang. Yang jelas, pengumuman ini telah mengguncang pasar global dan menunjukkan betapa besar pengaruh keputusan seorang pemimpin negara terhadap perekonomian dunia.