Keikutsertaan Indonesia dalam blok ekonomi BRICS (Brasil, Rusia, India, Cina, dan Afrika Selatan) menandai babak baru bagi perekonomian nasional, khususnya sektor industri manufaktur. Langkah strategis ini, menurut Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita, akan menjadi katalis percepatan transformasi digital, penguatan daya saing global, dan peningkatan akses terhadap investasi asing.
BRICS, yang mewakili lebih dari 40% populasi dunia dan hampir 25% Produk Domestik Bruto (PDB) global, merupakan aliansi ekonomi negara-negara berkembang yang signifikan. Kehadiran Indonesia di dalamnya semakin memperkuat posisi BRICS sebagai kekuatan ekonomi alternatif, menawarkan potensi besar bagi industri dalam negeri untuk mengurangi ketergantungan pada negara-negara maju dan membuka peluang pasar baru yang luas.
"Keanggotaan Indonesia di BRICS merupakan langkah strategis untuk memperluas kerja sama internasional, terutama dalam pengembangan industri, investasi teknologi, dan penguatan rantai pasok global," tegas Menperin Agus dalam keterangan tertulisnya pada Selasa (20/5/2025). Pernyataan ini menggarisbawahi signifikansi keikutsertaan Indonesia, yang diharapkan mampu menggerakkan transformasi industri dalam negeri menuju era Industri 4.0, sejalan dengan program Making Indonesia 4.0.
Menperin menjelaskan bahwa komitmen Indonesia terhadap transformasi digital, smart manufacturing, dan otomatisasi industri akan mendapatkan dukungan signifikan dari kerjasama dengan negara-negara BRICS. Hal ini akan meningkatkan produktivitas dan daya saing nasional, sekaligus menciptakan sinar baru bagi industri dalam negeri untuk bersaing di kancah global. Kerjasama teknologi dan inovasi yang diharapkan terjalin akan menjadi kunci utama dalam mewujudkan tujuan tersebut.
Pemerintah, menurut Menperin Agus, akan terus mendorong penguatan sektor industri utama melalui inovasi teknologi, percepatan pengembangan industri hijau yang berkelanjutan, serta pembangunan rantai pasok yang inklusif dan kuat. Namun, fokus tidak hanya tertuju pada industri besar. Pentingnya dukungan terhadap industri kecil dan menengah (IKM) juga ditegaskan oleh Menperin.
Kolaborasi dalam rangka keanggotaan BRICS diharapkan akan memberikan akses yang lebih luas bagi IKM Indonesia terhadap teknologi digital dan kecerdasan buatan (AI). Hal ini sangat krusial untuk meningkatkan efisiensi produksi dan memperluas jangkauan pasar bagi IKM, sehingga mereka tidak tertinggal dalam persaingan global. "Digitalisasi dan AI bukan hanya milik industri besar. IKM kita harus bisa mengakses teknologi ini agar tidak tertinggal. Inilah pentingnya kerja sama dalam BRICS untuk memperkecil kesenjangan teknologi," ujar Menperin Agus.
Selain itu, Indonesia juga memiliki potensi besar di sektor bioindustri dan ekonomi sirkular. Kekayaan hayati dan sumber daya alam terbarukan yang dimiliki Indonesia dapat dimanfaatkan untuk menjadi pemasok bioindustri global. Kerjasama dengan negara-negara BRICS diharapkan akan mempercepat pengembangan teknologi bioindustri dan mendorong ekonomi sirkular yang ramah lingkungan. "Indonesia memiliki peluang besar untuk menjadi lumbung bioindustri dunia. Kerja sama BRICS akan mempercepat pengembangan teknologi bioindustri dan mendorong ekonomi sirkular yang ramah lingkungan," kata Menperin.
Keanggotaan di BRICS juga diharapkan akan meningkatkan Manufacturing Value Added (MVA) Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia memiliki posisi yang kuat dalam industri manufaktur global. BRICS dipandang sebagai wahana penting bagi Indonesia untuk memperkuat posisi industri nasional dalam perekonomian global yang berkelanjutan, inklusif, dan berbasis inovasi.
Secara keseluruhan, keanggotaan Indonesia di BRICS diproyeksikan akan memberikan dampak positif yang signifikan terhadap perekonomian nasional. Akses yang lebih mudah terhadap investasi asing, peningkatan daya saing industri dalam negeri, dan percepatan transformasi digital merupakan beberapa manfaat yang diharapkan akan terwujud. Namun, kesuksesan ini tergantung pada kemampuan Indonesia untuk memanfaatkan peluang yang ada dan menjalin kerja sama yang efektif dengan negara-negara anggota BRICS lainnya. Tantangan yang ada harus dihadapi dengan strategi yang matang dan komitmen yang kuat dari semua pihak yang berkepentingan. Keanggotaan di BRICS bukan sekedar keanggotaan nominal, melainkan momentum emas bagi Indonesia untuk mencapai tujuan ekonomi nasional yang lebih besar.