Jakarta, 16 Maret 2025 – Pekan yang berakhir Jumat, 14 Maret 2025, menorehkan catatan merah bagi pasar modal Indonesia. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami penurunan signifikan sebesar 1,81%, ditutup pada level 6.515 setelah pekan sebelumnya berada di angka 6.636. Kejatuhan ini dipicu oleh aksi jual besar-besaran oleh investor asing yang mencapai Rp 1,77 triliun hanya pada hari Jumat saja, menambah derita akumulasi jual bersih sepanjang tahun 2025 yang kini telah mencapai angka fantastis, Rp 26,04 triliun.
Data yang dirilis Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Minggu (16/3/2025) melukiskan gambaran suram perkembangan pasar saham domestik. Sekretaris BEI, Eko Susanto, dalam keterangan tertulisnya mengkonfirmasi angka tersebut, menyatakan bahwa aksi jual bersih investor asing pada hari Jumat menjadi penyebab utama penurunan IHSG. Angka ini menunjukkan ketidakpercayaan investor asing terhadap prospek pasar saham Indonesia dalam jangka pendek. Aliran modal asing yang keluar secara masif ini menimbulkan kekhawatiran akan berlanjutnya tren negatif di masa mendatang.
Penurunan IHSG bukan hanya tercermin dari angka penutupan. Secara keseluruhan, aktivitas perdagangan di BEI juga mengalami penurunan. Frekuensi transaksi harian rata-rata pekan ini tercatat turun 1,48% menjadi 1,09 juta kali transaksi, dibandingkan 1,10 juta kali transaksi pada pekan sebelumnya. Hal ini menunjukkan menurunnya minat investor, baik domestik maupun asing, untuk bertransaksi di pasar saham.
Lebih lanjut, kapitalisasi pasar juga ikut terdampak negatif, menyusut sebesar 1,87% menjadi Rp 11.235 triliun dari Rp 11.450 triliun pada pekan sebelumnya. Penurunan kapitalisasi pasar ini mengindikasikan menurunnya nilai keseluruhan saham yang tercatat di BEI, mencerminkan kehilangan kepercayaan investor terhadap kinerja perusahaan-perusahaan yang terdaftar.
Volume transaksi harian pun ikut mengalami penurunan yang cukup signifikan, mencapai 12,94%, dari 19,88 miliar lembar saham pada pekan sebelumnya menjadi 17,31 miliar lembar saham pada pekan ini. Penurunan volume transaksi ini menunjukkan menurunnya aktivitas jual beli saham, menandakan kurangnya minat investor untuk berpartisipasi di pasar.
Nilai transaksi harian juga mengalami penurunan yang cukup drastis, mencapai 28,43%, dari Rp 13,14 triliun pada pekan sebelumnya menjadi Rp 9,40 triliun pada pekan ini. Penurunan ini menunjukkan menurunnya nilai total transaksi yang terjadi di BEI, mencerminkan menurunnya aktivitas perdagangan secara keseluruhan.
Data perdagangan hari Jumat (14/3/2025) dari RTI lebih rinci menggambarkan kejatuhan IHSG. IHSG ditutup pada level 6.515, melemah 131 poin atau 1,98%. Meskipun dibuka pada level 6.647,4, IHSG mengalami tekanan jual yang signifikan sepanjang hari, mencapai titik terendah di 6.514,6 sebelum akhirnya ditutup di angka 6.515. Nilai transaksi harian pada hari Jumat mencapai Rp 9,10 triliun dengan volume 15,65 miliar lembar saham dan frekuensi transaksi 1,03 juta kali. Dari total saham yang diperdagangkan, 205 saham menguat, 384 saham melemah, dan 218 saham stagnan, menunjukkan dominasi saham yang melemah.
Anjloknya IHSG dan aksi jual besar-besaran investor asing ini memicu berbagai spekulasi mengenai penyebabnya. Beberapa faktor eksternal, seperti gejolak ekonomi global dan kenaikan suku bunga acuan di beberapa negara, diperkirakan berkontribusi terhadap ketidakpastian pasar dan menimbulkan keengganan investor asing untuk terus berinvestasi di Indonesia. Faktor internal, seperti ketidakpastian politik dan perkembangan ekonomi domestik, juga mungkin berperan dalam mengurangi kepercayaan investor.
Ke depan, perkembangan IHSG akan sangat bergantung pada berbagai faktor, baik internal maupun eksternal. Pemerintah dan otoritas pasar modal diharapkan untuk terus memonitor situasi dan mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk memperkuat kepercayaan investor dan menstabilkan pasar. Transparansi informasi, kebijakan yang konsisten, dan upaya untuk meningkatkan iklim investasi menjadi sangat krusial untuk mengembalikan kepercayaan investor dan mendorong pertumbuhan pasar modal Indonesia. Keberhasilan dalam menangani tantangan ini akan menentukan arah perkembangan IHSG di masa mendatang. Apakah pasar akan mampu pulih dan menunjukkan pertumbuhan positif atau akan terus mengalami tekanan jual yang signifikan, hanya waktu yang akan menjawabnya.