Washington DC, Amerika Serikat – Menteri Keuangan RI, Sri Mulyani Indrawati, tengah berada di jantung diplomasi ekonomi global. Dalam rangkaian Pertemuan Musim Semi IMF-World Bank di Washington DC, beliau tidak hanya memimpin negosiasi perdagangan yang krusial dengan Amerika Serikat (AS), tetapi juga menerima undangan resmi dari Menteri Keuangan China, Lan Fo’an, untuk berkunjung ke Beijing. Perkembangan ini menyoroti posisi strategis Indonesia di tengah meningkatnya tensi geopolitik dan persaingan ekonomi global.
Dalam konferensi pers virtual Komite Stabilitas Sektor Keuangan (KSSK) pada Sabtu (26/4/2025), Sri Mulyani memaparkan dinamika pertemuan bilateralnya dengan Menteri Lan. Pertemuan tersebut, yang berlangsung di sela-sela agenda IMF-World Bank, menjadi panggung bagi Indonesia untuk menegaskan komitmennya dalam memperkuat hubungan bilateral dengan China, sekaligus membahas implikasi negosiasi perdagangan yang sedang berlangsung dengan AS.
"Mengenai dampak negosiasi Amerika terhadap pertemuan kita dengan China, kami melakukan pertemuan bilateral di sela-sela acara dengan Menteri Keuangan China tadi malam. Kita juga menyampaikan untuk terus mempererat hubungan. Beliau mengundang saya untuk pergi ke Beijing," ungkap Sri Mulyani.
Pernyataan tersebut mengisyaratkan bahwa negosiasi tarif resiprokal dengan AS, yang dipimpin langsung oleh Sri Mulyani bersama Menko Perekonomian Airlangga Hartarto, tidak menghalangi upaya Indonesia untuk menjaga hubungan baik dengan China. Justru sebaliknya, undangan resmi dari Menteri Lan menunjukkan bahwa Beijing menghargai peran dan posisi Indonesia dalam lanskap geopolitik yang semakin kompleks.
Sri Mulyani menekankan pentingnya menjaga netralitas Indonesia di tengah meningkatnya ketegangan antara kekuatan-kekuatan besar. Posisi ini, menurutnya, telah memberikan Indonesia daya tawar yang signifikan dalam hubungan internasional.
"Jadi dalam hal ini Indonesia, baik di dalam ASEAN sebagai negara terbesar, hubungannya dengan Amerika Serikat, hubungannya dengan China—pihak-pihak yang sekarang mungkin mengalami eskalasi tensi—kita tetap dalam posisi yang cukup netral dan dihormati dan diperhitungkan. Ini merupakan daya tawar yang baik yang harus kita jaga," tegas Sri Mulyani.
Negosiasi tarif dengan AS sendiri merupakan langkah strategis Indonesia untuk menyeimbangkan kepentingan ekonomi nasional. Meskipun detail negosiasi masih belum diungkapkan secara terbuka, pertemuan tersebut menandakan upaya Indonesia untuk mencari keseimbangan dalam hubungan dagang dengan mitra-mitra strategisnya, tanpa mengorbankan hubungan dengan negara lain. Hal ini sejalan dengan prinsip politik luar negeri Indonesia yang bebas dan aktif.
Lebih lanjut, Sri Mulyani menghubungkan keberhasilan negosiasi dan posisi tawar Indonesia dengan kinerja ekonomi domestik. Keberhasilan dalam menjaga stabilitas dan pertumbuhan ekonomi dalam negeri akan semakin memperkuat posisi Indonesia di kancah internasional.
"Tentu kalau perekonomian kita dengan kinerja yang relatif baik terjaga, itu juga memberikan respek dan daya tawar yang baik dalam kita menghadapi situasi dunia yang begitu dinamis," tambahnya.
Pernyataan ini menggarisbawahi pentingnya menjaga stabilitas ekonomi makro sebagai pilar utama dalam strategi diplomasi ekonomi Indonesia. Kinerja ekonomi yang kuat akan memberikan kredibilitas dan kepercayaan bagi Indonesia dalam bernegosiasi dengan negara-negara lain, baik dalam konteks perdagangan maupun kerjasama ekonomi lainnya.
Undangan resmi dari Menteri Keuangan China untuk berkunjung ke Beijing merupakan sebuah perkembangan yang signifikan. Kunjungan tersebut akan memberikan kesempatan bagi Sri Mulyani untuk lebih mendalami hubungan ekonomi bilateral Indonesia-China, dan membahas isu-isu strategis yang saling berkaitan. Hal ini juga menunjukkan kepercayaan China terhadap peran Indonesia sebagai mitra dagang dan diplomatik yang penting di kawasan Asia Tenggara.
Secara keseluruhan, perkembangan ini menunjukkan bahwa Indonesia berhasil memainkan peran yang seimbang dan strategis dalam hubungan internasional. Kemampuan Indonesia untuk menjaga hubungan baik dengan AS dan China, sekaligus melakukan negosiasi perdagangan yang menguntungkan, merupakan bukti kedewasaan dan kemampuan diplomasi ekonomi Indonesia dalam menghadapi tantangan global. Posisi netral yang dijaga Indonesia, diiringi dengan kinerja ekonomi yang solid, telah menjadi kunci keberhasilan dalam menavigasi dinamika geopolitik dan ekonomi internasional yang semakin kompleks. Keberhasilan negosiasi dengan AS dan undangan dari China menjadi bukti nyata dari strategi tersebut. Langkah selanjutnya akan menjadi fokus pada implementasi hasil negosiasi dan pengembangan hubungan bilateral dengan kedua negara tersebut. Perjalanan Sri Mulyani ke Beijing yang akan datang akan menjadi momen penting untuk memantau perkembangan lebih lanjut dari strategi diplomasi ekonomi Indonesia ini.