IHSG Terjun Bebas Hampir 8% dalam Seminggu: Bayang-Bayang "Trumponomics" dan Perang Dagang AS

Jakarta, 2 Maret 2025 – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencatatkan kinerja buruk selama sepekan terakhir, ambles hingga 7,83% (24-28 Februari 2025). Pelemahan drastis ini dipicu oleh sejumlah faktor, terutama aksi jual besar-besaran investor asing yang mencapai Rp 21,90 triliun secara year-to-date (ytd) hingga akhir Februari 2025. Fenomena ini memicu kekhawatiran di pasar modal domestik dan menjadi sorotan utama bagi para analis pasar.

Analis Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Nafan Aji Gusta Utama, menjelaskan bahwa pergerakan negatif IHSG ini terkait dengan pergeseran strategi investasi global di tengah ketidakpastian ekonomi. Investor, menurut Nafan, cenderung mencari aset "safe haven" atau tempat berlindung yang aman dan stabil, seperti emas yang tengah mengalami tren kenaikan. "Investor sedang mengalihkan asetnya ke instrumen yang sifatnya safe heaven seperti emas," ujarnya kepada detikcom.

Namun, Nafan menunjuk lebih jauh pada faktor eksternal yang lebih signifikan, yaitu kebijakan ekonomi pemerintahan Donald Trump di periode keduanya sebagai Presiden Amerika Serikat. Ia menilai, kebijakan "Trumponomics", khususnya program "Invest in America", mempunyai dampak kuat terhadap arus modal global, menarik dana investasi asing ke Amerika Serikat dan meninggalkan pasar berkembang seperti Indonesia. "Kita melihat bahwa Trumponomics ini memberikan dampak, di mana pengaruh daripada Invest in America itu sangat kuat secara global," tegas Nafan.

Prediksi Mirae Asset Sekuritas Indonesia untuk pekan depan pun cenderung pesimistis. IHSG diproyeksikan bergerak dalam rentang terbatas, dengan potensi penurunan (downside) di level 6.127 hingga 6.500. "Untuk pekan nanti diproyeksikan IHSG limited downside," pungkas Nafan.

Sentimen negatif ini diperkuat oleh analisis pasar Phintraco Sekuritas yang memprediksi dampak negatif dari kebijakan proteksionis AS terhadap IHSG pada pembukaan perdagangan Senin, 3 Maret 2025. Phintraco menyorot rencana implementasi tarif impor sebesar 25% untuk produk dari Kanada dan Meksiko, serta tarif tambahan 10% untuk produk dari Tiongkok. Kebijakan ini berpotensi memicu retaliasi atau tarif balasan dari negara-negara yang terkena dampak, menciptakan ketidakpastian lebih lanjut di pasar global.

IHSG Terjun Bebas Hampir 8% dalam Seminggu: Bayang-Bayang "Trumponomics" dan Perang Dagang AS

"Pasar juga masih mengantisipasi potensi reciprocal tariff yang mungkin akan diumumkan pasca FOMC pada 18-19 Maret 2025," tulis analisis pasar Phintraco Sekuritas. Laporan tersebut juga menyoroti minimnya sentimen positif dari dalam negeri yang mampu meredam tekanan jual yang signifikan selama sepekan terakhir. Kurangnya data ekonomi yang positif dan sentimen domestik yang kuat menjadi faktor penghambat pemulihan IHSG.

Phintraco memprediksi pergerakan IHSG pada pembukaan perdagangan pekan depan akan berada di kisaran 6.200 (support) hingga 6.400 (resistance). Prediksi ini mencerminkan masih kuatnya tekanan jual dan ketidakpastian yang membayangi pasar.

Data RTI Business pada penutupan perdagangan Jumat (28 Februari 2025) menunjukkan IHSG ditutup pada level 6.270, turun 214,85 poin (3,31%). Pergerakan IHSG sepanjang hari itu berada di rentang 6.246 (terendah) hingga 6.485 (tertinggi). Nilai transaksi mencapai Rp 20,55 triliun dengan volume perdagangan 21,87 miliar lembar saham yang diperdagangkan sebanyak 1.267.895 kali. Angka-angka ini menunjukkan tingginya aktivitas jual beli saham di tengah kondisi pasar yang bergejolak.

Secara keseluruhan, anjloknya IHSG hampir 8% dalam sepekan terakhir merupakan sinyal peringatan yang serius bagi perekonomian Indonesia. Gabungan faktor eksternal berupa kebijakan proteksionis AS dan pergeseran strategi investasi global, ditambah dengan minimnya sentimen positif domestik, menciptakan kondisi yang menantang bagi pasar modal Indonesia. Ke depan, pemerintah dan otoritas terkait perlu mengambil langkah-langkah strategis untuk meningkatkan daya saing ekonomi Indonesia dan menarik kembali minat investor asing. Perbaikan iklim investasi dan penguatan fundamental ekonomi menjadi kunci untuk mengatasi tekanan negatif yang tengah dihadapi IHSG. Perkembangan situasi geopolitik global dan kebijakan ekonomi AS juga perlu terus dipantau secara cermat untuk mengantisipasi potensi dampak negatif lebih lanjut terhadap pasar modal Indonesia. Keberhasilan dalam menghadapi tantangan ini akan menentukan pemulihan dan pertumbuhan IHSG di masa mendatang.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *