Semarang, 21 Mei 2025 – Harga eceng gondok di Rawa Pening, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, mengalami lonjakan signifikan dalam beberapa pekan terakhir. Fenomena ini memicu keresahan di kalangan pencari dan pengumpul eceng gondok, sekaligus menimbulkan pertanyaan mengenai dampak kebijakan normalisasi danau terhadap keseimbangan ekosistem dan perekonomian masyarakat sekitar.
Lonjakan harga yang drastis ini dipicu oleh dua faktor utama yang saling berkaitan: kelangkaan pasokan eceng gondok dan program normalisasi Rawa Pening yang tengah digencarkan oleh pemerintah. Para pedagang dan pengumpul eceng gondok melaporkan kenaikan harga hingga mencapai tiga kali lipat dibandingkan harga normal sebelumnya. Jika sebelumnya harga eceng gondok kering bisa dipatok sekitar Rp 500-Rp 1.000 per kilogram, kini harga tersebut meroket hingga mencapai kisaran Rp 1.500 hingga Rp 3.000 per kilogram. Kenaikan harga ini berdampak langsung pada pendapatan para pencari eceng gondok, yang sebagian besar merupakan warga sekitar Rawa Pening yang menggantungkan hidup dari pemanfaatan tumbuhan air tersebut.
Kelangkaan eceng gondok, menurut keterangan beberapa pencari eceng gondok yang diwawancarai, disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama, program normalisasi Rawa Pening yang melibatkan pengerukan dan pembersihan danau secara besar-besaran telah mengurangi populasi eceng gondok secara signifikan. Aktivitas pengerukan yang bertujuan untuk meningkatkan kapasitas tampung danau serta mengurangi sedimentasi, secara tidak langsung juga menghilangkan habitat utama eceng gondok. Proses pembersihan yang intensif ini, meskipun bertujuan baik untuk memperbaiki kualitas air danau, berdampak negatif terhadap ketersediaan eceng gondok sebagai komoditas ekonomi bagi masyarakat sekitar.
Kedua, musim kemarau yang berkepanjangan juga turut berkontribusi terhadap penurunan populasi eceng gondok. Kondisi air danau yang surut membuat eceng gondok sulit berkembang biak dan mudah mati. Faktor iklim ini memperparah dampak dari program normalisasi danau, sehingga semakin menekan ketersediaan eceng gondok di pasaran.
Ketiga, adanya peningkatan permintaan eceng gondok juga menjadi faktor pendorong kenaikan harga. Eceng gondok, selain dimanfaatkan sebagai bahan baku kerajinan tangan, juga digunakan sebagai pupuk organik dan media tanam. Meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya pertanian organik dan pemanfaatan sumber daya alam secara berkelanjutan telah meningkatkan permintaan eceng gondok untuk berbagai keperluan tersebut. Permintaan yang tinggi sementara pasokan terbatas inilah yang kemudian memicu lonjakan harga yang signifikan.
Dampak dari kenaikan harga eceng gondok ini tidak hanya dirasakan oleh para pencari dan pengumpul, tetapi juga oleh para perajin yang mengolah eceng gondok menjadi berbagai produk kerajinan. Kenaikan harga bahan baku ini memaksa para perajin untuk menaikkan harga jual produk mereka, yang berpotensi mengurangi daya saing produk kerajinan eceng gondok di pasaran. Hal ini mengancam keberlangsungan usaha para perajin yang selama ini mengandalkan eceng gondok sebagai sumber penghasilan utama.
Pemerintah Kabupaten Semarang melalui Dinas Perikanan dan Kelautan setempat mengakui adanya kenaikan harga eceng gondok dan kelangkaan pasokan. Namun, pihak pemerintah juga menekankan pentingnya program normalisasi Rawa Pening untuk menjaga kelestarian danau dan mencegah terjadinya bencana ekologis di masa mendatang. Pemerintah berjanji akan melakukan evaluasi terhadap program normalisasi dan mencari solusi untuk mengatasi dampak negatifnya terhadap perekonomian masyarakat sekitar, termasuk para pencari dan pengumpul eceng gondok.
Beberapa solusi yang tengah dikaji antara lain adalah memberikan pelatihan dan pendampingan kepada masyarakat sekitar Rawa Pening untuk mengembangkan usaha alternatif yang tidak bergantung sepenuhnya pada eceng gondok. Pemerintah juga berencana untuk melakukan budidaya eceng gondok secara terkontrol di area tertentu di sekitar Rawa Pening, sehingga dapat memenuhi kebutuhan pasar tanpa merusak ekosistem danau. Selain itu, pemerintah juga akan mempertimbangkan untuk memberikan bantuan subsidi kepada para perajin eceng gondok agar mereka tetap dapat menjalankan usahanya meskipun harga bahan baku mengalami kenaikan.
Namun, solusi-solusi tersebut masih memerlukan waktu dan kajian lebih lanjut. Sementara itu, para pencari dan pengumpul eceng gondok di Rawa Pening masih harus menghadapi tantangan kelangkaan dan harga yang tinggi. Mereka berharap pemerintah dapat segera mengambil langkah konkrit untuk mengatasi permasalahan ini dan memberikan solusi yang berkelanjutan bagi kesejahteraan mereka. Lonjakan harga eceng gondok di Rawa Pening menjadi sebuah studi kasus yang kompleks, yang menunjukkan betapa pentingnya keseimbangan antara upaya pelestarian lingkungan dan pemenuhan kebutuhan ekonomi masyarakat sekitar. Ke depan, diperlukan pendekatan yang lebih terintegrasi dan berkelanjutan dalam pengelolaan sumber daya alam, agar tidak menimbulkan dampak negatif yang merugikan masyarakat. Permasalahan ini juga menjadi pengingat akan pentingnya perencanaan yang matang dan komprehensif dalam setiap program pembangunan, agar dampak positifnya dapat dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat tanpa mengorbankan kesejahteraan kelompok tertentu.