BSI Incar Potensi Transaksi Ritel UMKM di Pasar Tradisional: Strategi Digitalisasi dan Inklusi Keuangan Syariah

Jakarta, 10 April 2025 – PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) menetapkan strategi baru untuk menggarap potensi pasar ritel Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di pasar tradisional. Langkah ini diyakini akan menjadi kunci dalam mendorong pertumbuhan ekonomi nasional dan memperluas jangkauan inklusi keuangan syariah. BSI akan memanfaatkan layanan digital syariah unggulannya, seperti Agen BSI, QRIS, dan EDC, untuk memfasilitasi transaksi UMKM di pasar-pasar tradisional di seluruh Indonesia.

Potensi pasar ini sangat signifikan. Data Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian menunjukkan kontribusi UMKM terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia mencapai 60%, menyerap hampir 97% total tenaga kerja nasional. Hal ini menjadikan UMKM sebagai tulang punggung perekonomian Indonesia, dan menjadikan penetrasi pasar ini sebagai prioritas utama bagi BSI.

Komitmen BSI terhadap sektor UMKM terlihat dari penyaluran pembiayaan yang mencapai Rp52,09 triliun hingga Februari 2025, meningkat 12,69% secara tahunan. Pembiayaan tersebut telah menjangkau lebih dari 360 ribu nasabah UMKM. Lebih lanjut, Rasio Pembiayaan Inklusif Makroprudensial (RPIM) BSI mencapai Rp97,45 triliun atau 34,58%, melampaui target yang ditetapkan oleh regulator. Capaian ini menunjukkan keseriusan BSI dalam mendorong inklusi keuangan dan pemberdayaan UMKM.

Direktur Distribution & Sales BSI, Anton Sukarna, menjelaskan bahwa strategi ini merupakan bagian dari komitmen BSI dalam membangun ekosistem ekonomi syariah yang terintegrasi, mulai dari hulu hingga hilir. "Pemberdayaan ekosistem pasar akan memperkokoh ketahanan ekonomi masyarakat dengan instrumen keuangan syariah yang dimiliki BSI," ujar Anton dalam siaran pers. "Pasar menjadi salah satu pusat ekonomi masyarakat akar rumput, dan BSI berkomitmen untuk mendukung pertumbuhan ekonomi di tingkat lokal."

Sebagai langkah awal, BSI telah memilih Pasar Beringharjo di Yogyakarta sebagai pilot project pengembangan ekosistem pasar berbasis syariah. Pemilihan Yogyakarta didasarkan pada statusnya sebagai kota wisata utama dan destinasi nasional, sehingga memiliki potensi ekonomi yang besar. Strategi ini diharapkan dapat direplikasi ke pasar tradisional lainnya di seluruh Indonesia.

BSI Incar Potensi Transaksi Ritel UMKM di Pasar Tradisional: Strategi Digitalisasi dan Inklusi Keuangan Syariah

BSI akan meningkatkan layanan keuangan syariah digital melalui optimalisasi BSI Agen, QRIS, dan EDC. Ketiga layanan ini dirancang untuk memberikan kemudahan, kecepatan, dan keamanan transaksi bagi para pelaku UMKM di pasar tradisional. Dengan demikian, diharapkan inklusi keuangan syariah akan meningkat secara signifikan, seiring dengan meluasnya akses layanan dan meningkatnya minat masyarakat terhadap perbankan syariah.

Data transaksi menunjukkan pertumbuhan yang signifikan pada layanan digital BSI. Hingga 2024, total merchant QRIS BSI mencapai 448.000 dengan jumlah transaksi mencapai 42,9 juta transaksi dan nilai transaksi Rp3,5 triliun. Sementara itu, merchant EDC BSI mencapai 13.000 dengan jumlah transaksi 1,3 juta transaksi dan nilai transaksi Rp551 miliar. Angka-angka ini menunjukkan potensi besar yang dapat digali lebih lanjut melalui penetrasi pasar tradisional.

Di Yogyakarta sendiri, BSI telah mencatat perkembangan yang positif. Tercatat sekitar 21.000 merchant QRIS BSI dengan total transaksi hingga Maret 2025 mencapai Rp16,3 miliar. Jumlah transaksi per merchant rata-rata lebih dari 3.500, dan total number of account (NOA) wirausaha mencapai 4.545 nasabah. Segmen usaha yang paling banyak tercakup meliputi pedagang besar dan eceran, wirausaha makanan dan minuman, serta sektor sosial budaya dan kerajinan.

Selain mendorong digitalisasi transaksi, BSI juga akan memberikan edukasi investasi emas bagi pedagang dan wirausaha, serta menyediakan pembiayaan untuk perputaran modal usaha sesuai dengan segmen usaha, baik mikro, kecil, maupun menengah. Program-program ini dirancang untuk memberikan dukungan komprehensif bagi UMKM dalam mengembangkan bisnisnya.

Anton menambahkan bahwa pemberdayaan klaster pasar diharapkan dapat memperkuat inklusi jasa keuangan dan perbankan syariah di kalangan pelaku ekonomi akar rumput. Hal ini sejalan dengan visi BSI untuk menjadikan ekonomi syariah sebagai katalis pembangunan ekonomi nasional. "Pelaku UMKM di pasar tradisional merupakan tulang punggung ekonomi nasional," tegas Anton. "Oleh karena itu, perlu adanya dukungan berkelanjutan, dan BSI berkomitmen untuk berperan aktif dalam pemberdayaan ekonomi syariah."

Strategi BSI ini menunjukkan komitmen yang kuat dalam mendorong pertumbuhan ekonomi nasional melalui pemberdayaan UMKM dan perluasan akses keuangan syariah. Dengan memanfaatkan teknologi digital dan memberikan dukungan komprehensif, BSI optimis dapat mencapai targetnya dan berkontribusi signifikan terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat Indonesia. Keberhasilan program ini akan menjadi tolok ukur bagi pengembangan ekonomi syariah di Indonesia dan dapat menjadi contoh bagi lembaga keuangan lainnya. Pemantauan dan evaluasi yang berkelanjutan akan menjadi kunci keberhasilan strategi ini dalam jangka panjang.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *