Bogor, Jawa Barat – Kota hujan Bogor, dengan pesona alamnya yang memikat dan destinasi wisata yang beragam, tak hanya menarik minat wisatawan domestik dan mancanegara, tetapi juga memberikan dampak positif bagi sektor ekonomi digital. Salah satu yang merasakan dampak langsung dari geliat pariwisata Bogor adalah para agen BRILink, layanan inklusi keuangan dari Bank Rakyat Indonesia (BRI) yang tersebar luas, termasuk di kawasan-kawasan wisata. Laporan investigasi detikFinance di lapangan mengungkap bagaimana agen-agen BRILink ini turut menikmati keramaian dan transaksi keuangan yang meningkat seiring dengan membludaknya kunjungan wisatawan.
Di jalur menuju Puncak, tepatnya di Desa Tugu Selatan, Cisarua, Kabupaten Bogor, Nadia (28) telah dua tahun menjalankan agen BRILink-nya yang berlokasi di Toko Indra Yeni. Toko yang juga menjual pulsa dan pakaian bekas ini menjadi satu-satunya tempat akses keuangan bagi warga sekitar dan wisatawan yang berkunjung ke perkebunan teh Gunung Mas yang terkenal. Nadia menceritakan dinamika transaksi yang berbeda antara hari kerja dan akhir pekan. Jika pada hari kerja transaksi didominasi oleh warga lokal yang melakukan penarikan tunai, transfer, atau pencairan bantuan sosial (bansos), maka akhir pekan menjadi momen ramai bagi para wisatawan.
"Kegiatannya memang banyak warga lokal yang ada urusan. Tapi kalau turis tuh Sabtu-Minggu biasanya tarik tunai," ujar Nadia. Ia menjelaskan bahwa banyak pekerja proyek wisata yang mengambil gaji melalui agen BRILink-nya, sementara warga sekitar memanfaatkan layanan tersebut karena jarak ke ATM yang jauh atau kendala teknologi bagi lansia. Namun, keramaian akhir pekan juga menghadirkan tantangan tersendiri. Kemacetan lalu lintas di Puncak yang menerapkan sistem satu arah seringkali menyebabkan gangguan sinyal, sehingga proses transaksi penarikan tunai menjadi lebih lama dan menimbulkan keluhan dari wisatawan, terutama bagi mereka yang datang menggunakan sepeda motor.
"Kebanyakan wisatawan yang naik motor, mau tarik tunai. Nah kalau weekend susah sinyal, mau tarik tunai juga lama, pada mengeluh," keluh Nadia. Jam operasional toko Nadia yang berlangsung dari pukul 08.00 hingga 20.00 WIB pun tak jarang terlampaui. Lokasi agen BRILink yang menyatu dengan tempat tinggalnya membuat Nadia seringkali didatangi konsumen yang meminta penarikan tunai hingga larut malam. "Kadang juga ada yang malam-malam maksa ke rumah minta tarik tunai. Kan memang mesin EDC dibawa ke rumah," jelasnya.
Nadia juga mengamati dampak positif pariwisata terhadap bisnisnya. Beberapa wisatawan yang awalnya hanya melakukan penarikan tunai, kemudian tertarik untuk membeli barang dagangan di tokonya, seperti pakaian. "Misalnya karena kehujanan, terus beli baju. Ada juga yang nginep di villa lupa bawa baju, terus cari baju ke sini," tambahnya. Hal ini menunjukkan sinergi antara sektor pariwisata dan ekonomi lokal yang terintegrasi melalui layanan agen BRILink.
Di lokasi lain, tepatnya di halaman Kantor Desa Tugu Selatan, terdapat agen BRILink yang dikelola oleh Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Tugu Selatan Mandiri. Direktur BUMDes, Dadang Juanda, menjelaskan bahwa mayoritas konsumennya tetap warga lokal yang memiliki urusan dengan desa. Namun, agen BRILink ini juga berperan aktif dalam melayani wisatawan yang berkunjung ke Cafe BUMDes yang juga dikelola oleh mereka.
"Kebanyakan yang ke sini warga (bukan turis-red), karena memang sekalian ada urusan sama desa," kata Dadang. "Mesin EDC kadang kita bawa ke cafe gitu, ada transaksi banyak grup. Jadi saat diperlukan kita bawa ke sana. Transaksi di sana gitu," tambahnya. Strategi ini menunjukkan fleksibilitas dan adaptasi agen BRILink dalam merespon kebutuhan pasar yang dinamis.
Bergeser ke kawasan wisata kaki Gunung Salak, di Desa Sukamantri, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor, Herli (27) menjalankan agen BRILink-nya di Hamizan Cellular. Lokasinya yang strategis di jalur menuju Taman Nasional Gunung Halimun Salak dan sentra tanaman hias Desa Sukamantri, serta dekat dengan Curug Nangka, membuatnya juga merasakan dampak positif dari pariwisata. Meskipun mayoritas konsumennya tetap warga sekitar, Herli juga melayani wisatawan, terutama para komunitas motor dan sepeda yang melakukan touring di akhir pekan.
"Sering konvoi motor atau konvoi sepeda. Suka pada mampir juga Sabtu-Minggu, beli kuota," kata Herli. Hal ini menunjukkan bahwa agen BRILink tidak hanya melayani transaksi keuangan, tetapi juga dapat menjadi bagian dari ekosistem pariwisata dengan menawarkan layanan tambahan seperti penjualan pulsa.
Kesimpulannya, keberadaan agen BRILink di kawasan wisata Bogor menunjukkan bagaimana layanan keuangan digital dapat terintegrasi dengan sektor pariwisata dan memberikan dampak positif bagi perekonomian lokal. Agen-agen ini tidak hanya melayani kebutuhan transaksi keuangan warga sekitar, tetapi juga turut menikmati peningkatan transaksi seiring dengan membludaknya wisatawan, membuktikan peran pentingnya dalam mendukung pertumbuhan ekonomi digital di tengah keramaian destinasi wisata. Tantangan seperti gangguan sinyal di lokasi-lokasi wisata ramai perlu menjadi perhatian agar layanan keuangan digital dapat berjalan optimal dan memberikan pengalaman yang positif bagi para pengguna. Keberhasilan agen-agen BRILink ini juga menjadi contoh nyata bagaimana inovasi teknologi dapat menjangkau dan memberdayakan masyarakat di berbagai sektor, termasuk pariwisata.