Jakarta, 22 Mei 2025 – Teknologi Penangkapan dan Penyimpanan Karbon (CCS) semakin menunjukkan potensi besar sebagai penggerak pertumbuhan ekonomi Indonesia, seiring dengan desakan global untuk mengurangi emisi karbon. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menganggap CCS sebagai solusi strategis dalam mencapai target penurunan emisi, sekaligus membuka peluang investasi dan pengembangan ekonomi yang signifikan.
Direktur Pembinaan Usaha Hulu Migas Kementerian ESDM, Ariana Soemanto, menekankan pentingnya implementasi CCS dalam konteks transisi energi. Dalam sesi Plenary Session CCS for Upstream Decarbonization and Beyond di ICE BSD, Rabu (21/5/2025), Ariana menjelaskan bahwa investasi besar yang dibutuhkan untuk proyek CCS akan berdampak positif terhadap perekonomian nasional. "CCS akan membutuhkan investasi yang sangat besar. Selama ini sektor migas telah berkontribusi besar terhadap pertumbuhan ekonomi melalui efek pengganda (multiplier effect) yang signifikan," ujarnya. Ia menambahkan bahwa investasi ini akan menciptakan lapangan kerja baru, mendorong pertumbuhan industri pendukung, dan meningkatkan daya saing ekonomi Indonesia di sektor energi terbarukan.
Beberapa proyek CCS telah dan sedang berjalan di Indonesia, menunjukkan komitmen nyata dalam pengembangan teknologi ini. Proyek CCS di lapangan Sukowati yang dikerjakan oleh Pertamina merupakan salah satu contohnya. Selain itu, pengembangan proyek Sunda Asri yang merupakan kolaborasi antara Pertamina dan ExxonMobil juga menunjukkan potensi yang menjanjikan. Proyek CCS lainnya yang sedang dikembangkan antara lain di Masela (Inpex Masela Ltd.), Sakakemang (Repsol), dan Tangguh (bp). Proyek Tangguh bahkan telah mencapai Final Investment Decision (FID) dengan tambahan investasi mencapai US$ 7 miliar, menunjukkan kepercayaan investor internasional terhadap potensi CCS di Indonesia.
Lebih lanjut, Ariana mengungkapkan bahwa pemerintah telah menerima usulan tiga proyek CCS mandiri. "Ada tiga proyek stand alone yang sudah diusulkan kepada kami. Kami menunggu arahan Bapak Menteri," katanya. Hal ini menunjukkan minat yang tinggi dari sektor swasta untuk berinvestasi di bidang CCS di Indonesia. Pemerintah diharapkan dapat segera memberikan arahan dan dukungan kebijakan yang diperlukan untuk merealisasikan proyek-proyek tersebut.
Kepala Pengembangan Bisnis CCUS bp, Daniel Fletcher, menyatakan optimismenya terhadap prospek CCS di Indonesia. Ia menilai Indonesia memiliki keunggulan komparatif yang signifikan untuk pengembangan bisnis CCS, mulai dari kondisi reservoir yang mendukung secara geologi hingga kerangka regulasi yang telah ditetapkan. Peraturan Menteri ESDM No. 2 Tahun 2023 tentang Penyelenggaraan Penangkapan dan Penyimpanan Karbon, serta Penangkapan, Pemanfaatan dan Penyimpanan Karbon pada Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi, memberikan landasan hukum yang kuat bagi pengembangan industri CCS. Regulasi ini mengatur seluruh tahapan CCS, meliputi penangkapan, pengangkutan, dan penyimpanan emisi karbon secara aman dan permanen.
"Kesuksesan proyek CCS dipengaruhi beberapa faktor. Pertama, sumber daya yang baik, reservoir yang bagus, dan Indonesia memiliki itu. Harus ada regulasi yang jelas. Kami melihat progres yang bagus. Pada tahun 2024 lalu, bp bahkan mampu merealisasikan proyek CCS di Inggris dan Indonesia (Tangguh)," jelas Daniel. Ia menekankan pentingnya kesiapan regulasi sebagai kunci keberhasilan proyek CCS. Keberadaan regulasi yang komprehensif dan konsisten akan memberikan kepastian hukum bagi investor dan mendorong pertumbuhan ekosistem bisnis CCS, termasuk dukungan dari lembaga keuangan.
Fletcher juga berharap pemerintah dapat segera menerbitkan regulasi tambahan, khususnya yang memungkinkan penyimpanan karbon antar negara. Hal ini akan membuka peluang yang lebih luas bagi pengembangan CCS di Indonesia dan memperkuat posisi Indonesia dalam pasar karbon global. "Kami berharap proyek CCS dapat mendukung dekarbonisasi. Jika ada insentif pemerintah dan regulasi yang memadai, hal ini dapat memicu dukungan finansial yang lebih besar," tambahnya.
Secara keseluruhan, pengembangan bisnis CCS di Indonesia memiliki potensi yang sangat besar untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan sekaligus berkontribusi pada upaya global dalam mengurangi emisi karbon. Namun, keberhasilannya sangat bergantung pada dukungan kebijakan pemerintah yang konsisten, tersedianya insentif yang menarik bagi investor, dan penyelesaian regulasi yang komprehensif, termasuk regulasi yang memungkinkan kerjasama internasional dalam penyimpanan karbon. Dengan langkah-langkah yang tepat, Indonesia dapat memanfaatkan peluang emas ini untuk mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan ramah lingkungan. Keberhasilan proyek-proyek CCS yang telah dan sedang berjalan menjadi bukti nyata potensi yang dimiliki Indonesia dalam memimpin transisi energi global. Dukungan penuh dari pemerintah dan kolaborasi yang kuat antara pemerintah, sektor swasta, dan investor internasional akan menjadi kunci keberhasilan dalam mewujudkan potensi ekonomi yang luar biasa dari bisnis CCS di Indonesia.