Jakarta, 27 Mei 2025 – Keputusan Bank Indonesia (BI) untuk menurunkan suku bunga acuan (BI Rate) sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 5,50% pada pekan lalu disambut positif oleh publik, khususnya mereka yang tengah berjuang melawan beban cicilan kredit. Harapan akan penurunan suku bunga kredit dan keringanan beban bunga menjadi sentimen utama di balik optimisme tersebut. Namun, realisasi penurunan tersebut nampaknya masih membutuhkan waktu yang cukup panjang, menurut pengakuan otoritas moneter.
Kepala Departemen Kebijakan Makroprudensial (DKMP) BI, Solikin M Juhro, dalam taklimat media di Kantor Pusat BI, Senin (26/5), memberikan gambaran yang lebih realistis. Ia menjelaskan bahwa dampak penurunan BI Rate terhadap suku bunga kredit membutuhkan waktu transmisi yang cukup signifikan, diperkirakan antara enam bulan hingga satu tahun. "Para ekonom umumnya sepakat bahwa transmisi suku bunga BI Rate ke suku bunga kredit membutuhkan waktu sekitar enam bulan. Perhitungan kami pun menunjukkan hal yang sama," ujar Solikin.
Solikin merinci proses transmisi tersebut. Ia menjelaskan bahwa dampak penurunan BI Rate terhadap suku bunga pasar uang relatif lebih cepat, yakni sekitar dua hingga tiga bulan. Sementara itu, dampaknya terhadap suku bunga dana membutuhkan waktu sekitar enam bulan. Barulah setelah itu, dampaknya akan terasa pada suku bunga kredit, yang membutuhkan waktu hingga satu tahun.
"Jadi, jangan berharap penurunan BI Rate langsung berdampak signifikan pada cicilan kredit Anda dalam waktu dekat," tegas Solikin. Ia menambahkan bahwa dampak penurunan BI Rate terhadap perekonomian secara keseluruhan bahkan diperkirakan baru akan terasa optimal dalam jangka waktu 1,5 tahun. "Berbeda dengan dampaknya pada suku bunga pasar uang yang bisa terasa secara langsung atau more or less seketika," tambahnya.
Penurunan BI Rate ini merupakan langkah strategis BI setelah sebelumnya mempertahankan suku bunga acuan di level 5,75% sejak Januari 2025. Bersamaan dengan penurunan BI Rate, BI juga menurunkan suku bunga deposit facility sebesar 25 bps menjadi 4,75% dan suku bunga lending facility sebesar 25 bps menjadi 6,25%.
Keputusan ini, menurut Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers virtual Rabu (21/5), diharapkan dapat mendorong perbankan untuk menurunkan suku bunga kredit mereka. Hal ini, lanjut Perry, diharapkan dapat meningkatkan penyaluran kredit dan pada akhirnya mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi. "Kita berharap perbankan merespon positif penurunan BI Rate ini dengan menurunkan suku bunga kredit mereka dan meningkatkan penyaluran kredit. Mari kita bersama-sama mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih baik," ajak Perry.
Namun, pernyataan optimistis Gubernur BI tersebut perlu diimbangi dengan realitas di lapangan. Proses transmisi kebijakan moneter ke sektor riil, khususnya sektor kredit, memang dikenal rumit dan tidak instan. Berbagai faktor, seperti kondisi likuiditas perbankan, tingkat risiko kredit, dan ekspektasi inflasi, dapat mempengaruhi kecepatan dan efektivitas transmisi tersebut.
Beberapa kalangan ekonom menilai bahwa waktu transmisi yang cukup panjang ini dapat menjadi kendala bagi upaya pemerintah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi melalui stimulus moneter. Mereka menyoroti perlunya strategi tambahan untuk mempercepat transmisi kebijakan moneter, misalnya melalui insentif fiskal atau regulasi yang lebih mendukung penyaluran kredit.
Di sisi lain, perbankan juga memiliki pertimbangan tersendiri dalam menentukan suku bunga kredit. Faktor-faktor seperti biaya operasional, tingkat Non-Performing Loan (NPL) atau kredit macet, dan persaingan antar bank juga turut mempengaruhi keputusan mereka. Oleh karena itu, meskipun BI telah menurunkan BI Rate, tidak serta merta perbankan akan langsung menurunkan suku bunga kredit mereka secara signifikan.
Bagi masyarakat yang tengah menunggu penurunan suku bunga kredit, kesabaran menjadi kunci. Meskipun penurunan BI Rate memberikan sinyal positif, mereka perlu memahami bahwa prosesnya membutuhkan waktu. Harapan akan keringanan beban cicilan masih jauh panggang dari api, dan realisasinya masih bergantung pada berbagai faktor yang kompleks dan dinamis.
Pemerintah dan BI perlu terus memantau perkembangan situasi dan melakukan evaluasi terhadap efektivitas kebijakan moneter. Komunikasi yang transparan dan efektif kepada publik juga sangat penting untuk mengelola ekspektasi dan menghindari kesalahpahaman. Kejelasan mengenai timeline penurunan suku bunga kredit dan upaya-upaya yang dilakukan untuk mempercepat proses transmisi akan sangat membantu masyarakat dalam menghadapi ketidakpastian ekonomi.
Secara keseluruhan, penurunan BI Rate merupakan langkah positif yang perlu diapresiasi. Namun, masyarakat perlu bersiap untuk menunggu dampaknya pada suku bunga kredit dalam jangka waktu yang lebih panjang dari yang diharapkan. Kesabaran dan realisme menjadi kunci dalam menghadapi situasi ini. Perlu diingat bahwa proses transmisi kebijakan moneter merupakan proses yang kompleks dan dipengaruhi oleh berbagai faktor internal dan eksternal. Oleh karena itu, perlu pendekatan yang komprehensif dan terintegrasi antara kebijakan moneter dan fiskal untuk mencapai hasil yang optimal.