Ramadan tiba, dan bersamaan dengannya datang pula berkah bagi para pedagang kelapa muda di Jalan Bangunan Barat, Rawamangun, Jakarta Timur. Minuman menyegarkan ini menjadi primadona berbuka puasa, mendorong peningkatan penjualan hingga dua kali lipat dibandingkan hari biasa. Detikcom menelusuri kisah sukses para pedagang yang merasakan manisnya peningkatan omzet di bulan suci ini.
Tribadar Sutomo, pemilik usaha "Es Kelapa Muda Mantul Rasa," menuturkan peningkatan penjualan yang signifikan. Jika biasanya ia hanya mampu menjual sekitar 100 butir kelapa per hari, angka tersebut meroket menjadi 200 butir selama Ramadan. "Ada tambahan dari pedagang musiman yang ambil kelapa di sini," jelas Tri saat ditemui di lapaknya, Rabu (19/3/2025). Fenomena ini bukan hanya terjadi di lapak Tri. Sepanjang Jalan Bangunan Barat, permintaan kelapa muda mencapai angka fantastis, yaitu sekitar 2.500 butir per hari.
Meningkatnya permintaan memaksa Tri untuk beradaptasi. Ia kini juga melayani penjualan grosir kepada pedagang musiman. Strategi ini terbukti efektif dalam mengoptimalkan penjualan dan memenuhi permintaan pasar yang melonjak drastis. Keunikan lainnya, pembeli mulai berburu kelapa muda sejak siang hari, antisipasi atas membludaknya permintaan menjelang waktu berbuka. Kesegaran kelapa muda menjadi kunci daya tariknya. Pasokan kelapa yang didatangkan langsung dari Lampung dan Banten setiap malam memastikan kualitas dan kesegaran minuman tersebut tetap terjaga. "Biasanya kita ambil dari Lampung sama Banten, tapi dominan Lampung Selatan sama Lampung Timur. Kalau hari biasa, saat permintaan tinggi kita nurunin (kelapa) dua hari sekali, tapi kalau di bulan puasa bisa setiap malam," ungkap Tri.
Kisah Tri bukanlah sekadar cerita sukses instan. Perjalanan bisnisnya penuh lika-liku. Sebelum menekuni bisnis kelapa muda pada tahun 2015, ia memulai usaha steam motor sejak tahun 2003. Namun, melihat peluang bisnis kelapa muda yang semakin ramai di kawasan tersebut, ia memberanikan diri untuk beralih. Awalnya, ia harus berjuang keras untuk menguasai teknik membuka kelapa, bahkan mengalami cedera ringan akibat kurang terampil menggunakan golok. "Kesulitan dulu awal-awal itu kena golok sampai kena tangan, nggak parah cuma sobek dikit lah karena nggak biasa megang golok," kenang Tri.
Perjalanan bisnisnya tidak selalu mulus. Pada suatu titik, omzet yang kurang memuaskan memaksanya untuk menutup usaha dan beralih profesi menjadi pengemudi ojek online. Namun, semangatnya tak pernah padam. Melihat persaingan di bidang ojek online yang semakin ketat, ia kembali membuka lapak kelapa muda, kali ini dengan tambahan menu pisang goreng tanduk. Keputusan ini terbukti tepat, terutama saat pandemi COVID-19 melanda. Justru saat itu, permintaan kelapa muda meningkat drastis, karena dianggap baik untuk meningkatkan imunitas tubuh. Untuk menambah modal usaha, Tri memanfaatkan Kredit Usaha Rakyat (KUR) dari BRI Unit Pulomas.
Kisah serupa juga dialami Rosyid, mantan karyawan di lapak kelapa muda yang kini menjadi pengusaha mandiri. Ia memulai usahanya seminggu sebelum pandemi COVID-19 melanda, dengan modal awal hanya Rp 5 juta. Tanpa diduga, permintaan kelapa muda melonjak tajam, hingga mencapai 2.000 butir per hari. "Saya nggak memprediksi saat itu (pandemi) kelapa ijo bagus penjualannya, soalnya saya sempat kerja di lapak depan itu. Karena saya ingin mandiri jadi saya cari tempat pas seminggu sebelum COVID-19," cerita Rosyid. Ia masih ingat betul rutinitas beratnya, mulai dari bongkar muat kelapa pukul 3 pagi hingga kelapa ludes terjual pada pukul 8 pagi.
Kesuksesan Rosyid juga tak lepas dari pemanfaatan KUR BRI. Ia mendapatkan pinjaman sebesar Rp 10 juta dengan cicilan ringan, yang sangat membantunya mengembangkan usaha. "KUR BRI tahun 2020, saya yang ke kantor BRI dulu Rp 10 juta untuk modal nambah-nambah kelapa. Sebulannya kurang lebih Rp 700 ribu setahun, termasuknya KUR itu bunganya ringan cukup ngebantu banget. Pengajuan gampang, alhamdulilah persyaratan mudah cuma 2-3 hari cair," jelasnya.
Selain KUR, Rosyid juga memanfaatkan teknologi digital untuk meningkatkan efisiensi dan jangkauan pasarnya. Ia menyediakan pembayaran melalui QRIS BRI, yang kini menjadi andalannya. "Pasang QRIS dari setahun lalu diminta pelanggan, terus dicetakin sama orang BRI jadi uang masuk ke rekening, uang yang di rekening buat belanja (kelapa) lagi saya tf-in (transfer) dari sini ke Bank BRI petaninya," ujar Rosyid. Sistem ini memudahkannya dalam mengelola keuangan, dari pembayaran kepada petani hingga pengelolaan gaji karyawan.
Berkat kerja keras dan strategi bisnis yang tepat, usaha Rosyid terus berkembang. Ia kini memiliki tiga orang karyawan dan omzet harian mencapai Rp 2 juta. Keberhasilan ini membuahkan hasil yang sangat berarti baginya, ia mampu menyekolahkan keempat anaknya, dengan anak sulungnya kini tengah menempuh pendidikan di Universitas Negeri Jakarta.
Kisah Tri dan Rosyid menjadi bukti nyata bahwa di balik kesederhanaan bisnis kelapa muda, tersimpan potensi ekonomi yang besar. Ramadan menjadi momentum yang tepat bagi mereka untuk meraih kesuksesan, sekaligus menginspirasi para pelaku usaha lainnya untuk terus berinovasi dan memanfaatkan peluang yang ada. Keberhasilan mereka juga menunjukkan pentingnya adaptasi terhadap perubahan zaman, baik melalui pemanfaatan teknologi digital maupun akses terhadap pembiayaan usaha seperti KUR. Mereka membuktikan bahwa dengan keuletan, kreativitas, dan strategi yang tepat, usaha kecil pun dapat berkembang pesat dan memberikan dampak positif bagi kehidupan mereka dan keluarga.