Jakarta, 6 April 2025 – Kebijakan proteksionis Presiden Donald Trump yang memberlakukan tarif tinggi terhadap barang impor dari negara-negara dengan surplus neraca perdagangan signifikan terhadap Amerika Serikat (AS) telah memicu guncangan dahsyat di pasar saham global. Gejolak ini tak hanya mengguncang Wall Street, tetapi juga mengakibatkan penguapan kekayaan miliarder dunia dalam skala yang belum pernah terjadi sebelumnya. Penurunan tajam pada indeks Dow Jones Industrial Average, S&P 500, dan Nasdaq Composite – masing-masing lebih dari 5% dalam perdagangan Kamis dan Jumat pekan lalu – menjadi bukti nyata dampak kebijakan kontroversial tersebut.
Pengumuman mendadak Trump pada hari Rabu lalu telah mengejutkan pasar dan memicu aksi jual besar-besaran. Analisis CNBC pada Minggu (6/4/2025) mengungkapkan dampak dramatisnya terhadap kekayaan bersih para konglomerat dunia. Dalam hitungan hari, miliaran dolar lenyap dari kantong para taipan teknologi dan bisnis global.
Elon Musk, CEO Tesla dan SpaceX, menjadi salah satu korban terbesar dari badai ini. Kekayaan bersihnya tergerus hingga US$ 30,9 miliar atau setara dengan Rp 509 triliun (dengan kurs Rp 16.500 per dolar AS). Angka ini mencerminkan betapa signifikannya dampak kebijakan tarif Trump terhadap perusahaan-perusahaan teknologi, khususnya Tesla yang rantai pasokannya terjalin erat dengan negara-negara yang terkena dampak tarif tersebut.
Jeff Bezos, pendiri Amazon, juga mengalami kerugian besar, dengan kekayaan bersihnya menyusut sebesar US$ 23,49 miliar atau sekitar Rp 387 triliun. Penurunan ini menunjukkan betapa rentannya perusahaan e-commerce raksasa tersebut terhadap fluktuasi pasar yang dipicu oleh kebijakan ekonomi global yang tidak pasti.
Mark Zuckerberg, CEO Meta (sebelumnya Facebook), turut merasakan imbas negatif kebijakan tarif Trump. Kekayaan bersihnya anjlok hingga US$ 27,34 miliar atau sekitar Rp 451,11 triliun. Penurunan ini mengindikasikan dampak luas kebijakan tersebut terhadap sektor teknologi secara keseluruhan, mengingat Meta sangat bergantung pada infrastruktur dan rantai pasok global.
Sebagian besar kekayaan para miliarder ini terikat erat dengan nilai saham perusahaan yang mereka pimpin. Tesla, Amazon, dan Meta, sebagai perusahaan teknologi global dengan operasi dan rantai pasokan yang kompleks, menjadi sangat rentan terhadap guncangan pasar yang dipicu oleh kebijakan proteksionis. Tarif baru yang diberlakukan Trump secara khusus memukul keras sektor teknologi, karena industri ini sangat bergantung pada manufaktur, chip komputer, dan layanan TI dari negara-negara seperti China, India, dan Taiwan – negara-negara yang menjadi target utama kebijakan tarif tersebut.
Ironisnya, di tengah badai kerugian yang melanda sebagian besar miliarder, beberapa justru menikmati keuntungan tak terduga. Dan Gilbert, salah satu pendiri Rocket Mortgage dan pemilik Cleveland Cavaliers, misalnya, mencatatkan peningkatan kekayaan sebesar US$ 1,91 miliar atau sekitar Rp 31,5 triliun pada hari Jumat. Keuntungan ini mungkin mencerminkan ketahanan sektor bisnisnya terhadap dampak kebijakan tarif Trump.
Sementara itu, pengusaha Meksiko Carlos Slim mengalami fluktuasi kekayaan yang dramatis. Ia mencatatkan kenaikan US$ 2,9 miliar atau sekitar Rp 47,85 triliun pada hari Kamis, namun kemudian kehilangan US$ 5,48 miliar atau sekitar Rp 90,42 triliun pada hari Jumat. Fluktuasi ini menunjukkan betapa volatilnya pasar dan betapa cepatnya kekayaan dapat tercipta dan hilang dalam konteks ketidakpastian ekonomi global.
Kejadian ini menyoroti kerentanan kekayaan ekstrem terhadap kebijakan ekonomi global dan ketidakpastian pasar. Kehilangan kekayaan yang dialami oleh Elon Musk, Jeff Bezos, dan Mark Zuckerberg dalam skala yang begitu besar merupakan indikator kuat dari dampak kebijakan proteksionis terhadap ekonomi global dan bagaimana kebijakan tersebut dapat secara langsung mempengaruhi kekayaan individu, bahkan yang terkaya di dunia. Peristiwa ini juga menimbulkan pertanyaan tentang dampak jangka panjang kebijakan tarif Trump terhadap perekonomian AS dan dunia, serta implikasi yang lebih luas terhadap stabilitas pasar dan distribusi kekayaan. Analisis lebih lanjut diperlukan untuk memahami sepenuhnya konsekuensi jangka panjang dari kebijakan ini dan dampaknya terhadap berbagai sektor ekonomi. Peristiwa ini menjadi pengingat akan pentingnya stabilitas ekonomi global dan perlunya kebijakan yang mempertimbangkan dampak globalnya.