Anjloknya IHSG: Gempa di Pasar Modal Indonesia, Antara Faktor Global dan Sentimen Domestik

Jakarta, 19 Maret 2025 – Pasar modal Indonesia diguncang keras oleh ambruknya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada Selasa (18/3), yang memaksa Bursa Efek Indonesia (BEI) untuk menghentikan sementara perdagangan. Penurunan dramatis sebesar 6,12% atau 395,866 poin, membawa IHSG menutup sesi pertama perdagangan di level 6.076. Kejadian ini memicu keprihatinan dan reaksi cepat dari berbagai pihak, termasuk pemerintah dan lembaga legislatif.

Perdagangan yang dimulai dengan IHSG di level 6.458, mengalami penurunan tajam hingga menyentuh titik terendah 6.146 sebelum BEI mengambil langkah darurat dengan menghentikan sementara perdagangan pukul 11.19 WIB hingga pukul 11.49 WIB. Namun, jeda tersebut tak mampu membendung laju penurunan. Pada penutupan sesi pertama, volume transaksi mencapai 16,61 miliar saham dengan nilai transaksi Rp 10,30 triliun, melibatkan 893.608 kali frekuensi perdagangan. Dari total saham yang diperdagangkan, hanya 67 saham yang mengalami penguatan, sementara 616 saham melemah dan 166 saham stagnan.

Reaksi cepat pun terlihat dari kunjungan mendadak Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) ke Gedung BEI. Wakil Ketua DPR RI, Sufmi Dasco Ahmad, menjelaskan bahwa kunjungan tersebut bertujuan untuk meninjau langsung dampak suspensi perdagangan dan memberikan dukungan moral kepada pasar modal. "Ini merupakan suspensi otomatis akibat koreksi IHSG mencapai 5%, mekanisme yang sudah pernah diterapkan sebelumnya, misalnya pada masa pandemi Covid-19," ujar Dasco kepada wartawan. Dasco menegaskan komitmen DPR untuk mendukung ekosistem pasar modal dan menyerukan ketenangan kepada para pelaku pasar. "Kami hadir untuk memberikan dukungan dan meyakinkan pasar untuk tetap tenang. Kami akan mendukung pemerintah dalam mengambil langkah-langkah cepat untuk menstabilkan pasar," tambahnya.

Direktur Utama BEI, Iman Rachman, menjelaskan bahwa penurunan IHSG bukan semata-mata disebabkan oleh kebijakan pemerintah. Ia menekankan peran signifikan dinamika ekonomi global sebagai faktor utama. "Penurunan ini sebenarnya sudah terlihat sejak minggu lalu. Ada beberapa isu global yang perlu diperhatikan, dan kita perlu menunggu dan melihat perkembangannya," jelas Iman. Ia mengakui adanya pengaruh jual bersih asing (net sell) yang cukup besar dalam penurunan IHSG. "IHSG merupakan akumulasi berbagai faktor, mulai dari fundamental perusahaan, kondisi ekonomi domestik, hingga ketidakpastian global. Yang terjadi saat ini adalah persepsi mengenai kondisi bursa efek kita," imbuhnya.

Sementara itu, muncul spekulasi yang mengaitkan penurunan IHSG dengan kinerja Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Namun, Ketua Komisi XI DPR RI, Misbakhun, membantah hal tersebut. Ia menjelaskan bahwa defisit APBN sebesar Rp 31,2 triliun hingga 28 Februari 2025 merupakan hal yang wajar di awal tahun anggaran. "Defisit APBN di awal tahun itu biasa terjadi. Kita akan melihat peningkatan penerimaan setelah laporan Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT) Pajak Penghasilan pada Maret dan April," kata Misbakhun. Ia optimistis bahwa penerimaan negara akan meningkat signifikan berkat laporan SPT dan peningkatan penerimaan bea cukai serta Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP) seiring dengan kenaikan harga komoditas. "Saya sangat optimistis karena penerimaan bea cukai kita naik, dan penerimaan PNBP juga akan meningkat," tegasnya.

Anjloknya IHSG: Gempa di Pasar Modal Indonesia, Antara Faktor Global dan Sentimen Domestik

Pada penutupan perdagangan, IHSG akhirnya terkoreksi 248,59 poin atau 3,84%, menutup perdagangan di level 6.223. Pergerakan IHSG sepanjang hari itu tercatat antara titik tertinggi 6.465 dan terendah 6.011. Volume transaksi mencapai 29,17 miliar saham dengan nilai transaksi Rp 19,02 triliun, dan frekuensi perdagangan sebanyak 1.545.712 kali. Statistik penutupan menunjukkan 118 saham menguat, 554 saham melemah, dan 139 saham stagnan.

Anjloknya IHSG ini menimbulkan pertanyaan mendalam mengenai kesehatan fundamental ekonomi Indonesia dan daya tahan pasar modal terhadap guncangan global. Meskipun pemerintah dan DPR berupaya menenangkan pasar dan menegaskan komitmen untuk mendukung stabilitas, peristiwa ini menjadi pengingat akan pentingnya strategi mitigasi risiko yang komprehensif, baik dalam menghadapi gejolak ekonomi global maupun dalam mengelola sentimen domestik yang berdampak pada kepercayaan investor. Analisis lebih lanjut diperlukan untuk mengidentifikasi secara pasti kontribusi masing-masing faktor terhadap penurunan IHSG dan untuk merumuskan langkah-langkah yang efektif dalam menjaga stabilitas pasar modal Indonesia ke depannya. Peristiwa ini juga menjadi sorotan bagi para pelaku pasar untuk mengevaluasi strategi investasi mereka dan mempertimbangkan faktor-faktor risiko yang mungkin terjadi di masa mendatang. Kepercayaan investor menjadi kunci utama dalam pemulihan pasar, dan upaya untuk membangun kembali kepercayaan tersebut menjadi prioritas utama.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *