Harga emas dunia kembali menukik tajam pada perdagangan Selasa (13/5/2025), melanjutkan tren penurunan yang telah berlangsung beberapa waktu terakhir. Harga emas spot (XAU/USD) terpantau merosot hingga menyentuh level US$ 3.235 per troy ounce di awal sesi perdagangan Asia, menyusul penurunan signifikan lebih dari 3% pada hari sebelumnya. Di pasar domestik, harga emas batangan Antam 24 karat turut mengalami koreksi cukup dalam, anjlok Rp 21.000 menjadi Rp 1.884.000 per gram. Anjloknya harga emas ini didorong oleh beberapa faktor kunci, yang saling terkait dan menciptakan dinamika pasar yang kompleks.
Salah satu faktor utama yang menekan harga emas adalah membaiknya sentimen pasar global, terutama setelah tercapainya kesepakatan perdagangan sementara antara Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok. Kesepakatan ini, yang melibatkan pengurangan tarif bea masuk oleh kedua negara, mengindikasikan penurunan ketegangan perdagangan dan meningkatkan optimisme investor terhadap prospek ekonomi global. AS berencana memangkas tarif dari 145% menjadi 30% untuk sejumlah produk Tiongkok, sementara Tiongkok juga akan menurunkan tarif dari 125% menjadi 10% untuk barang-barang asal AS, selama periode 90 hari ke depan.
Andy Nugraha, analis dari Dupoin Futures Indonesia, mengungkapkan bahwa tren harga emas saat ini masih berada dalam tekanan bearish (pergerakan harga menurun). Analisis teknikal yang dilakukannya, meliputi pola candlestick pada grafik harian dan indikator Moving Average, menunjukkan kekuatan penurunan yang cukup signifikan. Jika tekanan jual berlanjut, Nugraha memperkirakan harga emas spot berpotensi menyentuh level support berikutnya di sekitar US$ 3.206 per troy ounce. Namun, ia juga tidak menutup kemungkinan terjadinya rebound (pembalikan tren) jika sentimen pasar berubah secara mendadak atau muncul faktor penopang lainnya. Dalam skenario ini, harga emas berpotensi naik kembali ke area US$ 3.279 per troy ounce.
"Saat ini pasar sedang berada dalam fase ketidakpastian menjelang rilis data inflasi AS," ujar Nugraha. "Jadi, potensi volatilitas dalam jangka pendek masih cukup tinggi." Pernyataan ini menyoroti faktor penting lainnya yang mempengaruhi pergerakan harga emas: antisipasi rilis data Indeks Harga Konsumen (CPI) AS untuk bulan April. Data CPI, yang dijadwalkan rilis pada malam hari, akan menjadi penentu utama ekspektasi pasar terhadap kebijakan moneter Federal Reserve (The Fed).
Pasar saat ini memproyeksikan inflasi utama AS naik 2,4% secara tahunan (YoY) dan inflasi inti (tidak termasuk harga barang-barang volatile seperti makanan dan energi) naik 2,8% YoY. Jika data rilis sesuai atau bahkan melampaui proyeksi, hal ini dapat mengurangi ekspektasi pasar akan pemotongan suku bunga oleh The Fed. Saat ini, pasar swap memperkirakan The Fed akan memangkas suku bunga untuk pertama kalinya pada bulan September, dengan dua pemotongan tambahan hingga akhir tahun. Namun, data inflasi yang lebih tinggi dari perkiraan dapat mengubah ekspektasi ini, dan berdampak negatif terhadap harga emas. Emas, sebagai aset safe haven, cenderung kurang menarik ketika suku bunga tinggi karena investor lebih tertarik pada instrumen berpendapatan tetap seperti obligasi.
Selain faktor ekonomi makro, situasi geopolitik juga turut mempengaruhi pergerakan harga emas. Ketegangan antara India dan Pakistan, ditambah dengan upaya perundingan antara Ukraina dan Rusia, dapat memicu sentimen safe haven dan mendorong aliran modal ke emas. Namun, dampaknya terhadap harga emas masih belum pasti dan bergantung pada perkembangan situasi di lapangan.
Penguatan dolar AS juga menjadi beban tambahan bagi harga emas. Dolar yang menguat membuat emas, yang dihargai dalam dolar, menjadi lebih mahal bagi pemegang mata uang lain, sehingga mengurangi permintaan. Penguatan dolar ini sendiri dipengaruhi oleh optimisme pasar pasca kesepakatan perdagangan AS-China.
Menggabungkan semua faktor di atas, Nugraha menyarankan agar pelaku pasar tetap waspada terhadap potensi volatilitas tinggi pada hari ini. Campuran sentimen optimisme perdagangan dan kekhawatiran inflasi menciptakan ketidakpastian yang tinggi di pasar emas. Rilis data CPI AS malam ini diharapkan dapat memberikan kejelasan dan arah pergerakan harga emas dalam jangka pendek. Namun, hingga data tersebut rilis, pasar emas diperkirakan akan tetap bergejolak dan rentan terhadap perubahan sentimen yang cepat. Para investor perlu mempertimbangkan semua faktor tersebut sebelum mengambil keputusan investasi di pasar emas.