Ancaman Tarif AS: Raksasa Sepatu Nike, Adidas, dan Skechers Terancam Gulung Tikar

Jakarta, 3 Mei 2025 – Industri alas kaki Amerika Serikat berada di ambang krisis. Tekanan tarif impor yang diberlakukan pemerintahan Presiden Donald Trump mengancam kelangsungan hidup ratusan bisnis, termasuk raksasa global seperti Nike, Adidas, dan Skechers. Desakan untuk pembebasan tarif pun dilontarkan keras oleh para pelaku industri melalui surat terbuka yang ditujukan langsung kepada Presiden Trump.

Surat yang dikirimkan pada 29 April 2025 tersebut ditandatangani oleh Footwear Distributors & Retailers of America (FDRA), sebuah kelompok dagang yang mewakili kepentingan 76 perusahaan alas kaki di Amerika Serikat. Selain Nike, Adidas America, dan Skechers, nama-nama besar seperti Deckers Brands, Capri Holdings, Under Armour, dan VF Corp. turut menandatangani pernyataan yang mendesak penghentian kebijakan tarif impor yang dianggap merugikan ini.

Pusat permasalahan terletak pada tarif timbal balik yang diberlakukan oleh pemerintah AS terhadap barang-barang impor, termasuk alas kaki. Tarif ini, yang diberlakukan pada awal April 2025, mencapai angka fantastis, bahkan hingga 145% untuk impor dari China. FDRA dalam suratnya menekankan bahwa industri alas kaki telah menanggung beban tarif yang signifikan, khususnya pada produk sepatu anak-anak yang dikenai tarif 20%-37,5%, bahkan lebih tinggi lagi setelah perhitungan tarif baru diterapkan.

Beban tarif ini bukan hanya sekadar angka di atas kertas. Dampaknya nyata dan mengancam kelangsungan usaha. FDRA secara gamblang menyatakan dalam suratnya, "Melihat sifat industri alas kaki di AS, bisnis alas kaki dan masyarakat menghadapi ancaman eksistensial dari kenaikan biaya yang sangat besar tersebut. Ratusan bisnis menghadapi prospek penutupan." Pernyataan ini mencerminkan keprihatinan mendalam atas potensi gelombang penutupan usaha yang akan melanda sektor ini.

Situasi ini diperparah oleh ketidakpastian kebijakan perdagangan pemerintahan Trump. Dua raksasa alas kaki, Adidas dan Skechers, telah mengambil langkah drastis dengan menarik perkiraan keuangan tahunan mereka untuk tahun 2025. Meskipun hasil kuartal pertama menunjukkan kinerja yang positif, ketidakpastian seputar tarif impor AS memaksa kedua perusahaan untuk menahan diri dari memberikan proyeksi keuangan. Keputusan ini menunjukkan betapa besarnya dampak tarif terhadap perencanaan bisnis jangka panjang mereka.

Ancaman Tarif AS: Raksasa Sepatu Nike, Adidas, dan Skechers Terancam Gulung Tikar

Ketidakpastian ini juga berdampak pada pasar global. Kementerian Perdagangan China pada Jumat, 2 Mei 2025, menyatakan sedang mengevaluasi tawaran dari Washington untuk mengadakan pembicaraan mengenai tarif-tarif yang dianggap melumpuhkan ini. Hal ini menunjukkan bahwa dampak kebijakan proteksionis AS tidak hanya terbatas pada industri dalam negeri, tetapi juga berpotensi memicu gejolak di pasar internasional.

Dalam suratnya, FDRA tidak hanya mengkritik kebijakan tarif yang ada, tetapi juga menyerukan pendekatan yang lebih terarah dan proporsional. Mereka mengusulkan agar penetapan tarif difokuskan pada barang-barang strategis, bukan barang-barang konsumen dasar seperti alas kaki. Argumen ini didasarkan pada logika ekonomi sederhana: tarif yang tinggi pada barang-barang konsumen akan membebani konsumen, menurunkan daya beli, dan berpotensi mengganggu stabilitas ekonomi secara keseluruhan.

Lebih jauh, FDRA menyoroti dampak sosial ekonomi dari penutupan bisnis yang mungkin terjadi. Hilangnya lapangan kerja dan dampaknya terhadap masyarakat menjadi pertimbangan penting yang tidak boleh diabaikan. Ratusan bisnis yang terancam gulung tikar bukan hanya sekadar angka statistik, tetapi merupakan entitas yang menyokong kehidupan banyak individu dan keluarga.

Situasi ini menyoroti dilema yang dihadapi pemerintah AS dalam menyeimbangkan kepentingan nasional dengan dampak global dari kebijakan perdagangannya. Di satu sisi, kebijakan proteksionis bertujuan untuk melindungi industri dalam negeri dan menciptakan lapangan kerja. Namun, di sisi lain, tarif yang terlalu tinggi dapat berdampak negatif pada konsumen, mengganggu rantai pasokan global, dan memicu retaliasi dari negara-negara mitra dagang.

Langkah FDRA dalam mengirimkan surat terbuka kepada Presiden Trump merupakan upaya terakhir untuk menyelamatkan industri alas kaki AS dari jurang kehancuran. Keberhasilan upaya ini akan bergantung pada respon pemerintah AS dan kemampuannya untuk menemukan solusi yang seimbang, yang melindungi kepentingan industri dalam negeri tanpa mengorbankan stabilitas ekonomi dan hubungan perdagangan internasional. Ke depan, perkembangan situasi ini patut dipantau dengan saksama, mengingat potensi dampaknya yang luas terhadap perekonomian AS dan global. Pertanyaan besarnya adalah: akankah Presiden Trump mendengarkan seruan dari para raksasa industri alas kaki ini, atau akan tetap bersikukuh pada kebijakan tarif yang mengancam kelangsungan hidup mereka? Jawabannya akan menentukan nasib ratusan bisnis dan ribuan pekerja di sektor alas kaki Amerika Serikat.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *