Ancaman Geopolitik dan Perang Dagang Dorong Harga Emas Tembus Rekor Tertinggi Sepanjang Masa

Jakarta, 2 April 2025 – Harga emas kembali menorehkan sejarah pada Selasa (1/4) kemarin, menyentuh level tertinggi sepanjang masa. Lonjakan dramatis ini memicu kekhawatiran di tengah ketidakpastian kebijakan ekonomi global, khususnya terkait rencana tarif timbal balik Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, yang dijadwalkan diumumkan pertengahan pekan ini. Harga emas batangan mencapai US$ 3.139,78 per ons troy, menandai rekor tertinggi untuk sesi keempat berturut-turut, menurut data Reuters. Di pasar domestik, harga emas Antam 24 karat juga ikut meroket, naik Rp 20.000 dan mencapai rekor baru Rp 1.826.000 per gram.

Kenaikan harga emas yang spektakuler ini dipicu oleh beberapa faktor kompleks yang saling terkait, menurut para analis. Salah satu faktor utama adalah meningkatnya sentimen menghindari risiko (risk-off sentiment) di pasar global. Ketidakpastian kebijakan Trump, khususnya terkait perang dagang, mendorong investor untuk mencari aset safe haven, seperti emas, sebagai perlindungan portofolio mereka dari potensi gejolak ekonomi.

"Di samping penghindaran risiko umum, investor meningkatkan alokasi ke emas karena kebijakan perdagangan pemerintahan Trump mengancam status cadangan khusus dolar," jelas Kyle Rodda, analis pasar keuangan senior di Capital.com. Pernyataan ini menggarisbawahi kekhawatiran bahwa kebijakan proteksionis Trump dapat menggoyahkan kepercayaan terhadap dolar AS sebagai mata uang cadangan global, sehingga mendorong investor untuk beralih ke aset yang lebih stabil seperti emas.

Ibrahim Assuaibi, pengamat mata uang, memberikan perspektif yang lebih luas. Ia mengaitkan lonjakan harga emas dengan kebijakan-kebijakan Trump yang justru memperkuat dolar AS. Paradoks ini, menurut Assuaibi, justru semakin mendorong harga emas naik.

"Kemarin saya prediksi di Maret itu tembus di level US$ 3.100 (per troy ons) antara Jumat dan Senin tanggal 31 Maret. Rupanya, tembus di level US$ 3.200 (per troy ons). Lebih tinggi dari prediksi saya. Karena prediksi saya di semester pertama 2025 itu di angka US$ 3.150 (per troy ons)," ungkap Assuaibi kepada detikcom. Ia menambahkan bahwa prediksinya meleset karena faktor-faktor yang tidak terduga, menunjukkan betapa volatilitas pasar saat ini sangat tinggi.

Ancaman Geopolitik dan Perang Dagang Dorong Harga Emas Tembus Rekor Tertinggi Sepanjang Masa

Assuaibi menunjuk dua faktor utama sebagai pendorong utama kenaikan harga emas: perang dagang dan kondisi geopolitik yang memanas. Ancaman tarif timbal balik AS terhadap negara-negara yang memiliki surplus neraca perdagangan menjadi sorotan utama. Indonesia, menurutnya, berpotensi menjadi salah satu negara yang terkena dampak, mengingat surplus neraca perdagangan Indonesia dengan AS.

"Neraca perdagangan bukan saja nanti berarti Tiongkok, Eropa, Kanada dan Meksiko. Bisa saja Indonesia masuk, karena sampai saat ini Indonesia pun juga masih surplus neraca perdagangannya dengan Amerika," tegas Assuaibi. Pernyataan ini menyoroti potensi dampak negatif kebijakan Trump terhadap perekonomian Indonesia dan negara-negara lain, sehingga meningkatkan daya tarik emas sebagai aset lindung nilai.

Faktor geopolitik juga berperan signifikan. Ketegangan di Timur Tengah, khususnya insiden pengeboman di Jalur Gaza pada hari pertama Idul Fitri, menambah sentimen negatif di pasar. Ancaman Trump untuk membom Iran jika tidak ada kerja sama terkait program nuklirnya semakin memperburuk situasi.

"Kemudian, yang menarik yang terakhir adalah Trump mengancam akan mengebom Iran, kalau tidak ada kerja sama untuk masalah reaktor nuklirnya. Artinya, sudah jelas bahwa pemerintahan Trump itu diktator," kata Assuaibi, menekankan sifat otoriter kebijakan Trump sebagai faktor yang meningkatkan ketidakpastian global dan mendorong investor ke emas.

Situasi ini, menurut Assuaibi, mengindikasikan bahwa harga emas masih berpotensi untuk terus meningkat. Ia memperkirakan harga emas akan mencapai US$ 3.150 per troy ons pada bulan April ini.

"Ini yang membuat harga emas kemungkinan besar akan mencetak rekor baru. Kemungkinan besar, angka US$ 3.150 (per troy ons) di bulan April ini kemungkinan tercapai. Kalau tidak di minggu ini, ya di minggu depan. Semua ekspektasi gagal total semua. Melebihi ekspektasi, karena gonjang-ganjing perang dagang ini cukup luar biasa," pungkas Assuaibi.

Kesimpulannya, lonjakan harga emas hingga mencapai rekor tertinggi mencerminkan kekhawatiran yang meluas di pasar global terhadap ketidakpastian geopolitik dan dampak kebijakan ekonomi proteksionis AS. Perang dagang, ketegangan di Timur Tengah, dan ancaman kebijakan Trump menciptakan lingkungan investasi yang penuh risiko, mendorong investor untuk mencari perlindungan di aset safe haven seperti emas. Ke depan, perkembangan kebijakan Trump dan situasi geopolitik akan terus menjadi faktor penentu arah harga emas di pasar global. Indonesia, sebagai negara dengan surplus neraca perdagangan dengan AS, perlu mewaspadai potensi dampak negatif dari kebijakan-kebijakan tersebut terhadap perekonomian nasional.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *