AHY Jelaskan Alasan SBY Terkesan Irit Bicara Soal Kondisi Indonesia Saat Ini

Jakarta, 13 April 2025 – Direktur Eksekutif The Yudhoyono Institute (TYI), Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), memberikan klarifikasi terkait minimnya pernyataan publik Presiden ke-6 RI, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), mengenai situasi terkini Indonesia. AHY menjelaskan sikap SBY yang terkesan irit bicara ini dilandasi oleh rasa hormat yang mendalam kepada Presiden Joko Widodo.

Dalam keterangan pers usai acara Panel Discussion yang diselenggarakan TYI di Jakarta, AHY menekankan bahwa sikap SBY bukan merupakan bentuk ketidakpedulian atau penolakan terhadap pemerintahan saat ini. Justru sebaliknya, AHY menyatakan bahwa SBY menghormati posisi dan tanggung jawab Presiden Joko Widodo dalam memimpin negara.

"Yang dimaksud dengan SBY lebih hemat berbicara, apalagi menyampaikan pernyataan secara publik, adalah karena beliau sangat menghormati Bapak Presiden Joko Widodo," tegas AHY. "Beliau memahami betul betapa beratnya memimpin negara sebesar Indonesia, terlebih di tengah tantangan global yang kompleks."

AHY memaparkan bahwa SBY, yang pernah memimpin Indonesia selama dua periode, sangat mengerti kompleksitas dan beban tugas kepresidenan. Luasnya wilayah Indonesia, beragamnya permasalahan sosial-ekonomi, dan tekanan geopolitik internasional merupakan tantangan yang tidak mudah diatasi.

"Beliau tahu persis bahwa tidak mudah memimpin negeri sebesar Indonesia di tengah-tengah badai dan tantangan global yang juga menuntut kebijaksanaan, termasuk juga langkah-langkah kepemimpinan yang strategis dan juga berdampak positif langsung kepada masyarakat kita," lanjut AHY.

AHY Jelaskan Alasan SBY Terkesan Irit Bicara Soal Kondisi Indonesia Saat Ini

Lebih lanjut, AHY menjelaskan bahwa sikap hati-hati SBY dalam berkomentar di ruang publik juga bertujuan untuk menghindari potensi kesalahpahaman. Alih-alih melontarkan pendapat melalui media sosial atau wawancara pers, SBY lebih memilih jalur komunikasi langsung dengan pemerintah.

"Saya tahu persis beliau secara reguler cukup sering memberikan masukan-masukan kepada Bapak Presiden Joko Widodo. Tentunya ini sebagai bentuk komitmen secara moral yang disampaikan di awal, karena beliau ingin bukan hanya berjuang pada saat pemilu, tetapi juga ingin bersama-sama memberikan support lahir batin agar Bapak Presiden Joko Widodo sukses, pemerintah ini juga sukses, karena kalau pemerintah sukses, maka rakyat yang akan mendapatkan manfaatnya," jelas AHY.

AHY menegaskan bahwa komunikasi dan masukan dari SBY kepada pemerintahan Jokowi bersifat konstruktif dan bertujuan untuk kemajuan bangsa. Sikap SBY yang terkesan rendah hati ini, menurut AHY, merupakan cerminan dari komitmennya terhadap kesuksesan pemerintahan dan kesejahteraan rakyat Indonesia.

Hal senada juga disampaikan SBY dalam Panel Discussion tersebut. SBY mengakui dirinya sangat berhati-hati dalam memberikan komentar publik, khususnya terkait isu-isu sensitif yang berpotensi menimbulkan kegaduhan. Sebagai contoh, SBY menyinggung kebijakan tarif timbal balik (Reciprocal Tarif) yang diterapkan Amerika Serikat kepada sejumlah negara, termasuk Indonesia.

"Di tengah malam, saya memanggil staf saya, coba saya ingin menulis sesuatu. Tapi tidak akan publish, tidak akan saya lepas dalam bentuk tweet. Karena saya tahu sebagai seorang yang pernah memimpin negeri ini saya harus hemat berbicara dan berhati-hati dalam berbicara. Bagi saya itu etika," ungkap SBY.

SBY lebih memilih menuangkan pemikiran dan kekhawatirannya dalam catatan pribadi ketimbang menyebarkannya di media sosial atau media massa. Hal ini, menurutnya, merupakan bentuk tanggung jawab dan etika seorang negarawan yang pernah memimpin negara. Ia menyadari bahwa setiap pernyataannya dapat berdampak luas dan berpotensi menimbulkan interpretasi yang berbeda-beda.

Sikap SBY ini, menurut pengamat politik, dapat dimaknai sebagai bentuk dukungan yang bijak dan terukur terhadap pemerintahan yang sedang berkuasa. SBY, yang memiliki pengalaman panjang dalam memimpin negara, memahami pentingnya stabilitas politik dan pemerintahan yang solid untuk kemajuan bangsa. Dengan demikian, sikap SBY yang terkesan irit bicara bukanlah indikasi ketidaksetujuan, melainkan bentuk kesopanan dan dukungan yang bijaksana terhadap pemerintahan yang sedang berjalan.

Lebih jauh, kehati-hatian SBY dalam berkomentar di ruang publik juga dapat diinterpretasikan sebagai upaya untuk menghindari polarisasi dan perpecahan di tengah masyarakat. Sebagai tokoh yang berpengaruh, SBY menyadari bahwa setiap pernyataannya dapat memicu reaksi yang beragam dan berpotensi memperuncing perbedaan pendapat. Oleh karena itu, ia memilih untuk berkomunikasi secara langsung dan konstruktif dengan pemerintah dalam menyampaikan masukan dan saran.

Kesimpulannya, minimnya pernyataan publik SBY bukanlah indikasi ketidakpedulian atau penolakan terhadap pemerintahan saat ini. Justru sebaliknya, hal ini merupakan refleksi dari rasa hormat, kebijaksanaan, dan komitmen SBY terhadap kestabilan politik dan kesuksesan pemerintahan dalam mewujudkan kemakmuran rakyat Indonesia. Sikap ini menunjukkan kedewasaan berpolitik dan prioritas utama SBY yaitu kepentingan bangsa dan negara.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *