Jakarta, 28 November 2024 – Bayangan hidup bergelimang harta, dikelilingi kemewahan, dan menikmati warisan kekayaan triliunan rupiah mungkin menjadi dambaan banyak orang. Namun, bagi Ven Ajahn Siripanyo, putra taipan Malaysia Ananda Krishnan, kenyamanan materi bukanlah segalanya. Ia memilih jalan hidup yang tak terduga: meninggalkan potensi warisan fantastis senilai Rp 81,26 triliun (berdasarkan kurs Rp 15.934 per dolar AS) untuk mengabdikan diri sebagai seorang biksu.
Ananda Krishnan, ayah Siripanyo, merupakan salah satu konglomerat terkaya di Malaysia, menduduki peringkat ke-6 dalam daftar Forbes dengan kekayaan mencapai US$ 5,1 miliar. Kekaisaran bisnisnya meliputi raksasa media Astro Malaysia Holdings, perusahaan migas Bumi Armada, serta kepemilikan saham signifikan di perusahaan telekomunikasi Maxis dan Aircel. Kekayaan melimpah ini secara otomatis menempatkan Siripanyo pada posisi istimewa, memberinya akses ke kehidupan yang diidam-idamkan banyak orang.
Namun, pada usia 18 tahun, Siripanyo membuat keputusan yang mengejutkan. Ia meninggalkan gemerlap dunia materi untuk menjalani kehidupan sederhana dan penuh spiritualitas sebagai seorang biksu. Keputusan ini, sebagaimana dilaporkan oleh DNA India pada Rabu (27/11/2024), bermula dari sebuah retret sementara di sebuah biara. Pengalaman spiritual selama retret tersebut rupanya memberikan panggilan batin yang mendalam, mendorongnya untuk meninggalkan segala hasrat duniawi, termasuk warisan kekayaan melimpah dari sang ayah.
Lebih dari dua dekade telah berlalu sejak keputusan monumental tersebut. Kini, Siripanyo bukan hanya seorang biksu biasa. Ia telah mencapai posisi terhormat sebagai kepala biara di Biara Dtao Dum, Thailand. Di sana, ia menjalani kehidupan yang sepenuhnya didedikasikan untuk praktik spiritual Buddha Theravada, menekankan pentingnya kesadaran diri, kedamaian batin, dan kesederhanaan hidup.
Kisah Siripanyo menarik perhatian publik bukan hanya karena latar belakangnya sebagai anak konglomerat super kaya, tetapi juga karena komitmennya yang teguh terhadap jalan spiritual yang dipilihnya. Ia menjadi contoh nyata bagaimana kekayaan materi dapat dilepaskan demi mengejar pencerahan spiritual. Ironisnya, keputusan ini justru semakin memperkuat citranya sebagai figur yang menginspirasi, menunjukkan bahwa kebahagiaan sejati tidak selalu diukur dari materi.
Kontras yang tajam antara latar belakang kekayaannya dan pilihan hidup spiritualnya menjadi sorotan utama. Di satu sisi, ia memiliki akses ke kekayaan yang tak terbayangkan, mampu memenuhi segala keinginan materi. Di sisi lain, ia memilih untuk meninggalkan semua itu demi menjalani kehidupan yang penuh dengan pengorbanan dan disiplin diri. Keputusan ini menunjukkan kedalaman spiritualitas dan keteguhan hati yang luar biasa.
Lebih jauh lagi, laporan DNA India menyoroti aspek menarik lainnya. Meskipun Siripanyo menolak warisan materi yang melimpah, ia tetap terhubung dengan ajaran Buddhisme yang juga dianut oleh ayahnya. Hal ini menunjukkan adanya kesinambungan spiritual dalam keluarga, meskipun ekspresi dan penerapannya berbeda secara signifikan. Siripanyo memilih jalan spiritual yang lebih ekstrem, sementara ayahnya mungkin mengekspresikan keyakinannya melalui cara yang berbeda, tetap dalam konteks kehidupannya yang penuh dengan aktivitas bisnis.
Kisah ini juga menimbulkan pertanyaan mendalam tentang makna kekayaan dan kebahagiaan. Apakah kekayaan materi menjamin kebahagiaan sejati? Atau, apakah ada bentuk kebahagiaan lain yang lebih bermakna, seperti yang ditemukan Siripanyo dalam kehidupan spiritualnya? Kisah ini memberikan perspektif yang menyegarkan, menantang asumsi umum tentang hubungan antara kekayaan dan kepuasan hidup.
Keputusan Siripanyo untuk meninggalkan warisan Rp 81 triliun bukanlah sekadar penolakan terhadap materi, melainkan sebuah pernyataan yang kuat tentang prioritas hidupnya. Ia memilih untuk mengejar kedamaian batin dan pencerahan spiritual, nilai-nilai yang dianggapnya lebih berharga daripada kekayaan duniawi. Kisahnya menjadi inspirasi bagi mereka yang mencari makna hidup di luar batas-batas materi dan mengejar kebahagiaan sejati melalui jalan spiritual.
Dalam konteks global yang semakin materialistis, kisah Siripanyo menjadi sebuah oase yang menyejukkan. Ia mengingatkan kita bahwa kekayaan sejati bukanlah yang terukur dalam angka di rekening bank, tetapi dalam kedamaian batin, kepuasan spiritual, dan kontribusi positif bagi sesama. Kisah ini layak untuk direnungkan, menantang kita untuk mempertimbangkan kembali prioritas hidup dan mencari makna yang lebih dalam di balik pengejaran materi. Ven Ajahn Siripanyo, dengan pilihan hidupnya yang luar biasa, telah memberikan contoh yang inspiratif tentang bagaimana seseorang dapat menemukan kebahagiaan sejati di luar batas-batas kekayaan materi.