Harga Minyak Turun Tajam, Pasar Global Bernapas Lega
Jakarta, 24 Juni 2025 — Harga minyak mentah dunia mencatat penurunan signifikan pada perdagangan Selasa pagi waktu Asia. Pasar global merespons positif kesepakatan gencatan senjata antara Iran dan Israel, yang sebelumnya menjadi pemicu lonjakan harga akibat kekhawatiran terganggunya pasokan energi dari Timur Tengah.
Penurunan ini menjadi angin segar bagi negara-negara pengimpor minyak, termasuk Indonesia, yang selama beberapa bulan terakhir dihadapkan pada volatilitas tinggi harga energi global.
Harga Terkini Minyak Dunia
WTI dan Brent Turun Lebih dari 2%
Berdasarkan data terbaru dari Bloomberg dan Trading Economics:
-
West Texas Intermediate (WTI) diperdagangkan pada kisaran US$ 66,8 per barel, turun 2,8% dari hari sebelumnya.
-
Brent Crude, acuan harga minyak global, berada di angka US$ 69,4 per barel, mengalami penurunan sekitar 3,2%.
Harga ini menyentuh level terendah dalam dua minggu terakhir, menandakan respons pasar yang cepat terhadap situasi geopolitik di Timur Tengah.
Apa Penyebab Turunnya Harga Minyak Hari Ini?
1. Gencatan Senjata Iran-Israel
Kesepakatan penghentian serangan antara dua negara musuh bebuyutan tersebut langsung menurunkan risiko geopolitik di kawasan strategis Teluk Persia. Sebelumnya, kekhawatiran terganggunya jalur distribusi minyak dan serangan ke infrastruktur energi membuat harga melonjak tajam.
2. Tidak Ada Dampak Signifikan dari Serangan Rudal
Meskipun sempat terjadi serangan rudal Iran ke pangkalan militer AS di Qatar, tidak ada korban jiwa atau kerusakan serius, membuat pasar tidak bereaksi secara ekstrem.
3. Penguatan Dolar AS
Nilai tukar dolar AS yang menguat juga menjadi faktor penekan harga minyak. Ketika dolar menguat, harga minyak menjadi lebih mahal bagi pemegang mata uang lain, menurunkan permintaan global.
Dampak Penurunan Harga Minyak terhadap Indonesia
Peluang Stabilitas Subsidi Energi
Bagi Indonesia, sebagai negara net importer minyak, penurunan harga ini menjadi kabar baik. Pemerintah melalui Kementerian ESDM menyebut bahwa harga minyak saat ini masih dalam batas aman bagi struktur APBN 2025.
“Jika harga tetap stabil di bawah US$ 70, ini akan membantu pemerintah dalam menjaga anggaran subsidi dan mengendalikan inflasi,” kata Menteri ESDM Bahlil Lahadalia.
Saham Sektor Energi Berfluktuasi
Di sisi lain, saham-saham sektor energi di Bursa Efek Indonesia (BEI) mengalami fluktuasi tajam. Emiten seperti MEDC dan ENRG sempat naik di awal perdagangan sebelum turun mengikuti tren harga global.
Reaksi Pasar dan Proyeksi Analis
Optimisme dan Waspada
Analis pasar dari Dupoin Futures menyatakan bahwa penurunan ini adalah bentuk koreksi alami setelah lonjakan harga akibat ketegangan geopolitik.
“Pasar akan tetap sensitif terhadap perkembangan situasi di Timur Tengah. Jika gencatan senjata ini langgeng, harga minyak bisa turun ke kisaran US$ 65,” jelas analis senior, Dimas Indra.
Namun, jika gencatan senjata gagal dipertahankan atau ada gangguan lain seperti sanksi baru atau konflik baru di negara penghasil minyak lain, harga bisa kembali melonjak dalam waktu singkat.
Apakah Tren Turun Ini Akan Bertahan?
Masih Rentan Gejolak
Penurunan harga hari ini memang melegakan, tapi belum tentu berkelanjutan. Mengingat:
-
Ketegangan politik masih tinggi.
-
Permintaan minyak dunia belum stabil pasca transisi energi.
-
Perubahan kebijakan OPEC+ yang bisa sewaktu-waktu mengubah jumlah produksi.
Pasar akan terus mencermati hasil pertemuan OPEC bulan depan serta stabilitas di Timur Tengah sebagai indikator arah harga selanjutnya.
Penutup: Lega Sesaat, Tapi Tetap Waspada
Turunnya harga minyak dunia hari ini menunjukkan betapa eratnya hubungan antara geopolitik dan pasar energi. Gencatan senjata Iran-Israel menjadi katalis utama, tapi bukan jaminan bahwa harga akan terus turun.
Bagi Indonesia dan dunia, kondisi ini menjadi kesempatan untuk menata kembali kebijakan energi, menyiapkan cadangan strategis, dan menyesuaikan APBN dengan lebih presisi.
Referensi Terkait: