Jakarta, 2 Juni 2025 – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melaporkan penurunan signifikan arus modal asing keluar (capital outflow) dari pasar modal Indonesia. Sepanjang tahun berjalan (year to date/YTD) hingga akhir Mei 2025, tercatat net sales sebesar Rp 45,19 triliun. Meskipun angka ini masih menunjukkan aliran modal keluar, namun Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon (KE PMDK) OJK, Inarno Djajadi, menekankan adanya perbaikan signifikan dibandingkan periode sebelumnya.
Pernyataan tersebut disampaikan Inarno dalam konferensi pers virtual pada Senin (2/6/2025). Ia memaparkan data yang menunjukkan tren positif di tengah gejolak geopolitik dan tensi perdagangan global. "Meskipun masih tercatat net sales YTD sebesar Rp 45,19 triliun, penting untuk dicatat bahwa angka ini menunjukkan perbaikan. Lebih penting lagi, kita melihat tren positif month to date (MTD)," ujar Inarno.
Data yang dipaparkan Inarno menunjukkan peningkatan kapitalisasi pasar. Pada Mei 2025, kapitalisasi pasar mencapai Rp 12.420 triliun, meningkat 6,11% secara MTD dan 0,69% secara YTD. Yang lebih menggembirakan, aliran modal asing menunjukkan net buy sebesar Rp 5,53 triliun pada Mei 2025. Ini menandai perubahan signifikan setelah periode net sales yang berlangsung sejak Desember 2024. "Perubahan ini menunjukkan peningkatan kepercayaan investor asing terhadap pasar modal Indonesia," tambah Inarno.
Lebih lanjut, Inarno menyoroti kinerja pasar saham Indonesia yang menunjukkan ketahanan di tengah ketidakpastian global. Secara MTD, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencatatkan penguatan yang signifikan, mencapai 6,04% dan berada di level 7.175. Meskipun secara YTD masih mencatat kenaikan yang lebih moderat sebesar 1,35%, kinerja ini menempatkan pasar saham Indonesia sebagai salah satu yang terbaik di kawasan regional. "Kinerja ini menunjukkan daya tahan dan daya tarik pasar saham Indonesia di tengah kondisi global yang menantang," tegasnya.
Ketahanan pasar saham Indonesia juga diperkuat oleh aktivitas buyback saham yang dilakukan oleh emiten. OJK mencatat, periode 20 Maret hingga 28 Mei 2025, terdapat 40 emiten yang berencana melakukan buyback saham tanpa melalui Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Total alokasi dana untuk buyback diperkirakan mencapai Rp 21,49 triliun. Hingga akhir Mei, sebanyak 31 emiten telah merealisasikan buyback dengan total nilai Rp 2,16 triliun atau sekitar 10,05% dari total rencana. "Aktivitas buyback ini menunjukkan kepercayaan emiten terhadap prospek perusahaan dan komitmen untuk meningkatkan nilai saham bagi pemegang saham," jelas Inarno.
Analisis lebih lanjut menunjukkan bahwa perbaikan arus modal asing dan penguatan pasar saham Indonesia mencerminkan beberapa faktor. Pertama, ketahanan ekonomi domestik Indonesia yang relatif kuat di tengah gejolak global. Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang stabil dan terkendali, serta kebijakan pemerintah yang pro-bisnis, memberikan sentimen positif bagi investor.
Kedua, upaya OJK dalam menjaga stabilitas dan integritas pasar modal. Regulasi yang konsisten dan pengawasan yang ketat telah menciptakan iklim investasi yang lebih terjamin dan menarik bagi investor, baik domestik maupun asing. Ketiga, peningkatan daya saing Indonesia di kancah global. Reformasi struktural yang terus dilakukan pemerintah, termasuk dalam bidang infrastruktur dan investasi, meningkatkan daya tarik Indonesia sebagai destinasi investasi.
Namun, Inarno juga mengingatkan bahwa tantangan masih tetap ada. Ketidakpastian geopolitik dan fluktuasi ekonomi global masih berpotensi mempengaruhi arus modal asing. Oleh karena itu, OJK akan terus memantau perkembangan pasar dan melakukan langkah-langkah yang diperlukan untuk menjaga stabilitas dan pertumbuhan pasar modal Indonesia.
Kesimpulannya, data yang dirilis OJK menunjukkan sinyal positif bagi pasar modal Indonesia. Meskipun masih terdapat net sales YTD, tren MTD yang positif, peningkatan kapitalisasi pasar, dan aktivitas buyback yang signifikan menunjukkan pemulihan dan peningkatan kepercayaan investor. Ke depan, perlu upaya berkelanjutan dari pemerintah dan OJK untuk mempertahankan momentum positif ini dan mengatasi tantangan yang mungkin muncul. Penguatan fundamental ekonomi, peningkatan daya saing, dan regulasi yang kondusif akan menjadi kunci untuk menarik lebih banyak investasi asing dan mendorong pertumbuhan berkelanjutan pasar modal Indonesia. Perbaikan ini perlu dijaga dan ditingkatkan agar pasar modal Indonesia tetap menjadi destinasi investasi yang menarik di tengah persaingan global yang semakin ketat. Pemantauan yang ketat dan responsif terhadap perubahan kondisi global akan menjadi kunci keberhasilan dalam menjaga stabilitas dan pertumbuhan pasar modal Indonesia di masa mendatang.