Brussels – Keputusan Presiden Amerika Serikat Donald Trump untuk menaikkan tarif impor baja menjadi 50%, memicu reaksi keras dari Uni Eropa. Blok ekonomi terbesar di dunia ini mengancam akan membalas tindakan proteksionis tersebut, yang dinilai sebagai pukulan telak bagi industri baja Eropa dan berpotensi memicu eskalasi perang dagang yang lebih luas.
Pengumuman mengejutkan Trump pada Jumat lalu, yang disampaikan di hadapan para pekerja US Steel di Pennsylvania, mengakibatkan lonjakan ketegangan transatlantik. Tarif baru, yang akan berlaku efektif 4 Juni 2025, meningkatkan bea impor baja dari 25% menjadi dua kali lipatnya, sebuah langkah yang langsung dikecam oleh Uni Eropa sebagai tindakan yang merugikan dan tidak bertanggung jawab.
"Kami sangat menyesalkan kenaikan tarif AS yang diumumkan untuk impor baja dari 25% menjadi 50%," tegas juru bicara Uni Eropa dalam sebuah pernyataan resmi yang dirilis Minggu (1/6/2025). "Keputusan ini menambah ketidakpastian lebih lanjut pada ekonomi global dan meningkatkan biaya bagi konsumen dan bisnis di kedua sisi Atlantik." Pernyataan tersebut dengan tegas menekankan bahwa Uni Eropa tidak akan tinggal diam menghadapi tindakan sepihak ini.
Ancaman balasan dari Uni Eropa bukan sekadar retorika kosong. Selama ini, Eropa dikenal sebagai salah satu eksportir baja terbesar dunia, dan kenaikan tarif ini akan berdampak signifikan pada industri baja Eropa, mengancam lapangan kerja dan daya saing perusahaan-perusahaan di sektor tersebut. Juru bicara Uni Eropa secara eksplisit menyatakan kesiapan blok tersebut untuk memberlakukan tindakan balasan sebagai respons langsung terhadap kebijakan proteksionis Trump.
Langkah ini menandai babak baru dalam ketegangan perdagangan antara AS dan Eropa. Meskipun pada 14 April lalu Uni Eropa sempat menghentikan tindakan balasannya terhadap AS untuk membuka ruang bagi negosiasi, kesabaran mereka tampaknya telah habis. Juru bicara Uni Eropa menegaskan bahwa jika tidak ada solusi yang dapat diterima bersama, tindakan balasan tersebut akan segera diberlakukan. Uni Eropa kini tengah mempertimbangkan berbagai opsi balasan, mulai dari tarif impor barang-barang Amerika hingga pembatasan perdagangan lainnya. Detail strategi balasan ini masih belum diungkapkan secara resmi, namun tekanan yang ditimbulkan oleh ancaman ini sudah cukup signifikan.
Keputusan Trump ini juga menuai kritik tajam dari berbagai pihak di luar Uni Eropa. United Steelworkers (USW), serikat pekerja baja Kanada, misalnya, menyatakan keprihatinan mendalam atas dampak kebijakan ini terhadap industri baja Kanada. "Ribuan pekerjaan Kanada dipertaruhkan dan masyarakat yang bergantung pada baja dan aluminium terancam," kata Marty Warren, Direktur Nasional USW untuk Kanada. Pernyataan tersebut menyerukan respons tegas dari pemerintah Kanada untuk melindungi pekerja dan industri baja negaranya. Kritik serupa juga diutarakan oleh berbagai kalangan industri dan pakar ekonomi internasional yang melihat kebijakan ini sebagai tindakan proteksionis yang kontraproduktif dan berpotensi merusak sistem perdagangan global.
Langkah Trump ini semakin mengaburkan prospek negosiasi perdagangan antara AS dan Eropa. Meskipun terdapat upaya untuk mencapai kesepakatan, keputusan sepihak ini menunjukkan kurangnya komitmen AS terhadap kerja sama internasional dan solusi berbasis konsensus. Kenaikan tarif baja secara signifikan akan meningkatkan biaya produksi bagi berbagai industri yang bergantung pada baja sebagai bahan baku, sehingga berpotensi memicu inflasi dan penurunan daya saing. Dampaknya akan terasa tidak hanya pada industri baja itu sendiri, tetapi juga pada sektor otomotif, konstruksi, dan manufaktur lainnya.
Lebih jauh lagi, keputusan ini menimbulkan pertanyaan tentang komitmen AS terhadap aturan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO). Kenaikan tarif yang drastis dan sepihak ini jelas bertentangan dengan prinsip-prinsip perdagangan bebas dan adil yang dianut oleh WTO. Uni Eropa dan negara-negara lain yang terkena dampak kebijakan ini berpotensi mengajukan gugatan ke WTO untuk menantang legalitas tindakan Trump.
Keputusan Trump untuk menggandakan tarif impor baja juga menimbulkan spekulasi mengenai motif di balik kebijakan ini. Beberapa analis berpendapat bahwa langkah ini merupakan upaya untuk melindungi industri baja AS dari persaingan internasional, sementara yang lain melihatnya sebagai strategi politik untuk menarik dukungan dari basis pemilihnya di daerah industri. Terlepas dari motifnya, keputusan ini telah memicu reaksi global yang kuat dan berpotensi memicu eskalasi perang dagang yang lebih besar. Dunia kini menanti dengan cemas langkah selanjutnya dari Uni Eropa dan bagaimana respon global terhadap kebijakan proteksionis Trump ini. Konsekuensi dari perang dagang yang semakin memanas ini akan berdampak luas dan berpotensi mengganggu stabilitas ekonomi global. Langkah selanjutnya dari Uni Eropa menjadi penentu arah perkembangan situasi ini. Apakah akan terjadi eskalasi perang dagang yang lebih besar, atau justru akan ada upaya untuk menemukan solusi diplomatik, masih menjadi pertanyaan yang belum terjawab.