Kerja Sama Pertanian Indonesia-China: Langkah Menuju Swasembada dan Perluasan Pasar Ekspor

Jakarta, 24 Mei 2025 – Pemerintah Indonesia tengah merancang kerja sama timbal balik yang komprehensif dengan China di sektor pertanian, sebuah langkah strategis untuk mempercepat pencapaian swasembada pangan dan membuka akses pasar ekspor yang lebih luas. Kerja sama ini akan menggabungkan impor komoditas pertanian yang masih menjadi kendala di Indonesia dengan ekspor produk unggulan Indonesia ke pasar China yang potensial.

Wakil Menteri Pertanian (Wamentan), Sudaryono, mengungkapkan rencana ambisius ini usai menghadiri Indonesia-China Business Reception 2025 di Hotel Shangri-La, Jakarta. Menurutnya, kerja sama ini akan berfokus pada skema resiprokal, di mana Indonesia akan mengimpor komoditas yang belum mampu diproduksi secara mandiri dari China, sementara secara simultan meningkatkan ekspor produk pertanian unggulan ke negara tersebut.

“Kita mengupayakan kerja sama timbal balik. Indonesia akan mendatangkan komoditas yang tidak kita miliki dari China, sementara China akan berinvestasi dan memasok barang-barang sektor pertanian yang dibutuhkan Indonesia,” jelas Wamentan Sudaryono.

Salah satu fokus utama kerja sama ini adalah pengembangan industri susu nasional. China, menurut Wamentan, berencana untuk berinvestasi besar-besaran di sektor ini, meliputi pembangunan pabrik pengolahan susu dan peternakan sapi perah di Indonesia. Meskipun belum diungkap secara rinci, nilai investasi yang akan digelontorkan oleh investor China diperkirakan sangat signifikan, mengingat rencana pembangunan pabrik dan impor sapi indukan untuk mendukung program swasembada susu nasional.

“Dari semua komoditas pangan, daging dan susu masih menjadi tantangan terbesar dalam upaya swasembada. Kita harus mendatangkan sapi indukan betina untuk mempercepat peningkatan populasi ternak. Menunggu peningkatan populasi sapi lokal akan terlalu lambat dibandingkan dengan pertumbuhan penduduk,” tegas Sudaryono.

Kerja Sama Pertanian Indonesia-China: Langkah Menuju Swasembada dan Perluasan Pasar Ekspor

Target ambisius Kementerian Pertanian (Kementan) dalam lima tahun ke depan adalah mendatangkan 2 juta ekor sapi indukan hidup untuk memenuhi kebutuhan daging dan susu nasional. Sebagai langkah awal, pada tahun 2025 ini, Kementan menargetkan impor sebanyak 200 ribu ekor sapi indukan. Langkah ini diharapkan mampu memberikan dampak signifikan terhadap peningkatan produksi susu dan daging sapi di Indonesia.

Sebagai imbalan atas kerja sama impor ini, Indonesia akan meningkatkan ekspor beberapa komoditas unggulan ke China. Salah satunya adalah durian, yang selama ini diekspor melalui jalur tidak langsung, yakni melalui Thailand sebelum akhirnya sampai ke pasar China. Pemerintah berencana untuk memfasilitasi ekspor durian langsung ke China, sehingga dapat meningkatkan nilai tambah dan efisiensi perdagangan.

“Ekspor durian kita sangat besar, dan sebagian besar diekspor ke Thailand terlebih dahulu sebelum sampai ke China. Kita ingin memperlancar jalur ekspor langsung ke China,” ungkap Sudaryono.

Selain durian, Indonesia juga akan meningkatkan ekspor sarang burung walet ke China. Indonesia, sebagai produsen sarang burung walet terbesar di dunia dengan pangsa pasar mencapai 80%, memiliki potensi besar untuk memenuhi permintaan pasar China yang terus meningkat.

Komoditas ketiga yang akan diekspor adalah produk unggas, khususnya pakan ternak (chicken feed). Indonesia memiliki surplus komoditas unggas, dan pakan ternak merupakan salah satu produk yang sangat diminati oleh pasar China. Pemerintah akan berupaya untuk memperluas akses pasar dan meningkatkan volume ekspor produk ini.

Wamentan Sudaryono menekankan pentingnya hubungan bilateral Indonesia-China yang telah terjalin selama 75 tahun. Beliau berharap kerja sama di sektor pertanian ini dapat memperkuat hubungan tersebut dan membawa manfaat yang signifikan bagi kedua negara. Kerja sama ini bukan hanya sekadar transaksi perdagangan, tetapi juga sebuah langkah strategis untuk meningkatkan ketahanan pangan Indonesia dan membuka peluang pasar ekspor yang lebih luas bagi produk pertanian Indonesia.

Keberhasilan kerja sama ini akan bergantung pada beberapa faktor kunci, termasuk koordinasi yang efektif antara pemerintah Indonesia dan China, penyiapan infrastruktur yang memadai untuk mendukung ekspor dan impor, serta penetapan regulasi yang transparan dan efisien. Tantangan lain yang perlu diatasi adalah memastikan kualitas produk pertanian yang diekspor memenuhi standar yang ditetapkan oleh China, serta mengatasi potensi hambatan non-tarif yang mungkin muncul.

Namun, optimisme tetap tinggi mengingat potensi besar yang dimiliki oleh kedua negara. Kerja sama ini diharapkan dapat menjadi model bagi kerja sama pertanian di masa depan, yang menggabungkan transfer teknologi, investasi, dan peningkatan kapasitas produksi dengan perluasan akses pasar. Dengan demikian, kerja sama ini tidak hanya akan meningkatkan kesejahteraan petani Indonesia, tetapi juga memperkuat posisi Indonesia sebagai pemain penting di pasar pertanian global. Pemerintah akan terus memantau dan mengevaluasi perkembangan kerja sama ini untuk memastikan keberhasilannya dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Transparansi dan akuntabilitas dalam pelaksanaan kerja sama ini juga akan menjadi kunci keberhasilannya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *