Jakarta, 23 Mei 2025 – Pemerintah Indonesia tengah mempertimbangkan langkah strategis untuk memperluas akses pembiayaan negara melalui pasar obligasi global. Wakil Menteri Keuangan II, Thomas Djiwandono, mengungkapkan rencana penerbitan Dim Sum Bond dan Kangaroo Bond pada tahun ini sebagai bagian dari upaya diversifikasi instrumen pembiayaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Pengumuman ini disampaikan dalam Konferensi Pers APBN KiTa Edisi Mei 2025 di Kementerian Keuangan, Jakarta Pusat.
Dim Sum Bond, obligasi yang didenominasi dalam Yuan Tiongkok (RMB), dan Kangaroo Bond, obligasi yang diterbitkan di pasar Australia dalam mata uang dolar Australia oleh emiten non-Australia, dipandang sebagai instrumen yang potensial untuk memperkuat ketahanan fiskal Indonesia. Langkah ini mencerminkan strategi pemerintah untuk mengurangi ketergantungan pada sumber pembiayaan tunggal dan memanfaatkan peluang di pasar internasional yang semakin dinamis.
"Pemerintah juga sedang mempertimbangkan untuk menerbitkan global bonds dalam Renminbi, yaitu Dim Sum Bond, dan dalam Australian Dollar, atau Kangaroo Bond," tegas Thomas Djiwandono. Keputusan ini diambil setelah pemerintah melakukan evaluasi menyeluruh terhadap kondisi pasar keuangan global dan domestik. Terdapat indikasi bahwa tekanan eksternal terhadap perekonomian domestik telah mereda, ditandai dengan tren positif dalam lelang Surat Berharga Negara (SBN).
Data lelang Surat Utang Negara (SUN) terbaru menunjukkan hasil yang menggembirakan. Total incoming bid mencapai angka fantastis Rp 108 triliun, mencatatkan rekor tertinggi sejak 31 Agustus 2025. Angka ini menjadi sinyal positif bagi kepercayaan investor terhadap perekonomian Indonesia dan daya tarik instrumen SBN di pasar domestik. Keberhasilan ini memperkuat optimisme pemerintah dalam mengeksplorasi peluang pembiayaan di pasar internasional.
Langkah diversifikasi pembiayaan APBN melalui penerbitan obligasi global bukan hal baru bagi pemerintah. Sebagai bukti nyata komitmen tersebut, pada hari yang sama, pemerintah juga berhasil menerbitkan Samurai Bond, obligasi berdenominasi Yen Jepang, senilai 103,2 miliar yen atau setara dengan US$ 725 juta. Penerbitan Samurai Bond ini dinilai berhasil dengan pencapaian pricing yang sangat baik.
"Diversifikasi instrumen yang diterbitkan hari ini, yaitu Samurai Bond dalam Japanese Yen sebesar 103,2 miliar yen atau kurang lebih US$ 725 juta, menunjukkan hasil pricing yang sangat baik," jelas Thomas. Samurai Bond tersebut diterbitkan dalam lima tenor berbeda, yaitu 3 tahun (kupon 1,56%), 5 tahun (kupon 1,87%), 7 tahun (kupon 2,05%), 10 tahun (kupon 2,35%), dan 20 tahun (kupon 3,26%). Yang menarik, obligasi tenor 20 tahun ini diterbitkan dalam format Blue Bonds.
Blue Bonds merupakan instrumen pembiayaan yang mengusung prinsip Environmental, Social, and Governance (ESG), dengan fokus pada isu-isu keberlanjutan, khususnya yang berkaitan dengan kelautan dan perairan. Penerbitan Blue Bonds ini menunjukkan komitmen pemerintah terhadap pembangunan berkelanjutan dan upaya pelestarian lingkungan. Hal ini juga diharapkan dapat menarik minat investor yang memiliki kepedulian terhadap isu-isu ESG.
Rencana penerbitan Dim Sum Bond dan Kangaroo Bond merupakan bagian integral dari strategi pemerintah untuk mengoptimalkan pengelolaan keuangan negara. Dengan diversifikasi sumber pembiayaan, pemerintah berharap dapat mengurangi risiko dan meningkatkan fleksibilitas dalam memenuhi kebutuhan pendanaan APBN. Penerbitan obligasi dalam berbagai mata uang juga dapat membantu mengurangi ketergantungan terhadap fluktuasi nilai tukar mata uang tertentu.
Namun, keputusan final terkait penerbitan Dim Sum Bond dan Kangaroo Bond masih menunggu kajian lebih lanjut. Pemerintah akan mempertimbangkan berbagai faktor, termasuk kondisi pasar, tingkat suku bunga, dan potensi risiko. Analisis yang komprehensif akan dilakukan untuk memastikan bahwa penerbitan obligasi tersebut memberikan manfaat optimal bagi perekonomian Indonesia.
Keberhasilan penerbitan Samurai Bond menjadi indikator positif bagi potensi penerbitan Dim Sum Bond dan Kangaroo Bond. Tingginya minat investor terhadap SBN dan keberhasilan pricing Samurai Bond menunjukkan kepercayaan investor terhadap perekonomian Indonesia dan daya tarik instrumen pembiayaan pemerintah. Hal ini akan menjadi modal berharga dalam upaya pemerintah untuk mengakses pasar obligasi global yang lebih luas.
Penerbitan obligasi global juga diharapkan dapat meningkatkan profil Indonesia di mata internasional dan memperkuat posisi Indonesia sebagai negara yang memiliki pengelolaan keuangan negara yang kredibel dan transparan. Hal ini akan berdampak positif terhadap investasi asing dan pertumbuhan ekonomi Indonesia secara keseluruhan.
Secara keseluruhan, rencana pemerintah untuk menerbitkan Dim Sum Bond dan Kangaroo Bond merupakan langkah strategis yang perlu diapresiasi. Langkah ini menunjukkan komitmen pemerintah untuk terus berinovasi dalam pengelolaan keuangan negara dan memanfaatkan berbagai peluang pembiayaan untuk mendukung pembangunan nasional yang berkelanjutan. Keberhasilannya akan bergantung pada analisis yang cermat dan strategi yang tepat dalam menghadapi dinamika pasar keuangan global. Publik pun menantikan perkembangan lebih lanjut terkait rencana ini dan berharap langkah ini akan memberikan dampak positif bagi perekonomian Indonesia.