Polewali Mandar, Sulawesi Barat – Kematian mendadak seekor sapi bantuan Presiden Prabowo Subianto di Dusun Kemiri, Desa Kebun Sari, Kecamatan Wonomulyo, Kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi Barat, pada Rabu, 15 Mei 2025, telah memicu investigasi intensif dari Kementerian Pertanian (Kementan). Kejadian ini bukan sekadar kehilangan satu ekor ternak, melainkan menjadi sorotan publik dan tantangan bagi program bantuan ternak pemerintah yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan peternak dan populasi ternak nasional.
Direktur Kesehatan Hewan Kementan, Imron Suandy, dalam keterangan tertulisnya pada Sabtu, 17 Mei 2025, menegaskan komitmen pemerintah untuk menuntaskan kasus ini secara cepat, akurat, dan transparan. "Ini bentuk keseriusan pemerintah dalam menjaga kesehatan ternak rakyat dan keberlangsungan program Bantuan Masyarakat (Banmas)," tegasnya. Transparansi dalam proses investigasi ini menjadi penting untuk membangun kepercayaan publik dan memastikan akuntabilitas program bantuan pemerintah.
Segera setelah menerima laporan kematian sapi tersebut, Kementan bergerak cepat. Balai Besar Veteriner (BBVet) Maros langsung menerjunkan tim investigasi ke lokasi kejadian. Tim gabungan ini terdiri dari para ahli veteriner dari BBVet Maros, Unit Pelayanan Teknis Daerah (UPTD) Kesehatan Hewan Kabupaten Polewali Mandar, Pejabat Otoritas Veteriner, serta Dinas Peternakan dan Hortikultura Provinsi Sulawesi Barat. Kerjasama antar lembaga ini menunjukkan komitmen kolaboratif dalam menangani permasalahan kesehatan hewan.
Di lapangan, tim investigasi melakukan pemeriksaan menyeluruh terhadap kondisi sapi yang mati. Pemeriksaan meliputi pengambilan sampel jaringan dan cairan tubuh untuk kemudian diuji di laboratorium BBVet Maros. Hasil uji laboratorium ini diharapkan dapat mengungkap secara ilmiah penyebab kematian sapi tersebut. Indikasi awal, menurut Imron Suandy, tidak menunjukkan tanda-tanda klinis dan patologis yang mengarah pada penyakit hewan menular yang berpotensi membahayakan manusia. Namun, kesimpulan final tetap menunggu hasil analisis laboratorium yang komprehensif.
Proses investigasi ini tidak hanya berfokus pada penyebab kematian sapi tersebut. Kementan juga memanfaatkan momentum ini untuk mengevaluasi dan memperkuat sistem pencegahan penyakit ternak secara nasional. Temuan dari investigasi ini, baik penyebab kematian maupun kelemahan sistem yang mungkin teridentifikasi, akan menjadi acuan penting dalam menyusun strategi pencegahan penyakit ternak yang lebih efektif di masa mendatang. Hal ini menunjukkan komitmen Kementan untuk belajar dari setiap kejadian dan meningkatkan kualitas program bantuan ternak.
Selain aspek kesehatan hewan, Kementan juga menekankan pentingnya peningkatan manajemen pemeliharaan ternak di tingkat peternak. Imron Suandy menyoroti beberapa faktor kunci yang perlu diperhatikan, antara lain: kebersihan kandang, kualitas pakan ternak, perlindungan kandang dari gangguan hewan liar, serta program vaksinasi dan pemberian suplemen untuk meningkatkan daya tahan tubuh ternak. Kualitas pemeliharaan ternak yang baik merupakan faktor penentu kesehatan dan produktivitas ternak, sehingga menjadi bagian integral dari keberhasilan program bantuan ternak.
Penguatan manajemen pemeliharaan ternak ini tidak hanya menjadi tanggung jawab peternak, tetapi juga membutuhkan sinergi yang kuat antara pemerintah pusat, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten. Kementan akan terus meningkatkan koordinasi dan kerjasama antar lembaga untuk memastikan program bantuan ternak berjalan optimal dan memberikan manfaat nyata bagi masyarakat. Sinergi ini penting untuk memastikan bahwa bantuan yang diberikan benar-benar efektif dan berkelanjutan.
Kasus kematian sapi bantuan ini juga menjadi bagian dari upaya antisipatif nasional untuk menjamin kesehatan hewan bantuan pemerintah. Kementan menyadari bahwa program bantuan ternak memiliki dampak luas terhadap perekonomian dan ketahanan pangan nasional. Oleh karena itu, menjaga kesehatan hewan bantuan menjadi prioritas utama untuk memastikan keberlangsungan program dan mencegah kerugian ekonomi yang lebih besar. Kejadian ini menjadi pembelajaran berharga untuk meningkatkan pengawasan dan pencegahan penyakit ternak di seluruh Indonesia.
Investigasi yang dilakukan Kementan ini bukan hanya sekedar penyelidikan atas kematian satu ekor sapi, tetapi juga merupakan upaya proaktif untuk meningkatkan kualitas program bantuan ternak dan sistem kesehatan hewan di Indonesia. Transparansi, kolaborasi antar lembaga, dan komitmen untuk belajar dari kesalahan menjadi kunci keberhasilan upaya ini. Hasil investigasi yang lengkap dan transparan diharapkan dapat memberikan pemahaman yang lebih baik tentang penyebab kematian sapi tersebut dan menghasilkan rekomendasi yang konkret untuk mencegah kejadian serupa di masa depan. Kementan berkomitmen untuk terus meningkatkan kualitas program bantuan ternak dan memastikan bahwa bantuan tersebut benar-benar memberikan manfaat bagi masyarakat dan berkontribusi pada peningkatan kesejahteraan peternak di Indonesia. Kejadian ini menjadi momentum untuk memperkuat sistem dan memastikan keberlanjutan program bantuan ternak nasional.