Jakarta, 15 Mei 2025 – Gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) yang melanda dunia semakin intensif di bulan Mei 2025. Bukan hanya perusahaan-perusahaan skala menengah yang terdampak, namun raksasa teknologi dan industri global seperti Google, Microsoft, Panasonic, dan Burberry turut mengumumkan program PHK massal, menunjukkan tren resesi ekonomi global yang semakin mengkhawatirkan. Ribuan pekerja kehilangan pekerjaan mereka, menimbulkan kekhawatiran akan dampak sosial dan ekonomi yang lebih luas.
Empat perusahaan besar tersebut, dengan alasan efisiensi, pengurangan biaya operasional, dan penyesuaian strategi bisnis, telah mengumumkan rencana pemangkasan karyawan yang signifikan. Jumlah total karyawan yang terkena dampak mencapai ribuan, menunjukkan skala krisis yang sedang dihadapi oleh sektor swasta global. Fenomena ini menimbulkan pertanyaan mendalam tentang kesehatan ekonomi global dan kemampuan perusahaan-perusahaan besar untuk beradaptasi dengan perubahan lanskap bisnis yang dinamis.
Google: Ratusan Pekerja di Unit Penjualan dan Kemitraan Terdampak
Google, raksasa teknologi yang mendominasi dunia pencarian dan teknologi informasi, menjadi salah satu perusahaan yang terkena dampak badai PHK ini. Meskipun tidak menyebutkan angka pasti, laporan Reuters menyebutkan bahwa Google telah memangkas sekitar 200 pekerja di seluruh unit bisnis global yang bertanggung jawab atas penjualan dan kemitraan. Langkah ini, menurut pernyataan manajemen Google, bertujuan untuk “mendorong kolaborasi yang lebih besar dan memperluas kemampuan kami untuk melayani pelanggan kami dengan cepat dan efektif.”
Namun, pernyataan resmi tersebut tidak sepenuhnya menjelaskan gambaran lengkap. Laporan sebelumnya dari The Information mengindikasikan bahwa Google telah memberhentikan ratusan karyawan di unit platform dan perangkatnya, yang mencakup platform Android, ponsel Pixel, dan browser Chrome. Hal ini menunjukkan bahwa strategi efisiensi Google melibatkan pemangkasan di berbagai divisi, bukan hanya terbatas pada unit penjualan dan kemitraan. Perubahan strategi ini, yang mengalihkan fokus investasi ke pusat data dan pengembangan Artificial Intelligence (AI), menunjukkan pergeseran prioritas bisnis Google di tengah persaingan yang semakin ketat di industri teknologi.
Panasonic: 10.000 Karyawan Dipecat untuk Meningkatkan Efisiensi
Panasonic Holdings, raksasa elektronik asal Jepang, mengambil langkah drastis dengan mengumumkan PHK terhadap 10.000 karyawan secara global. Langkah ini, menurut pernyataan perusahaan, dilakukan sebagai upaya untuk meningkatkan efisiensi dan profitabilitas jangka panjang. Pemangkasan karyawan akan dilakukan secara bertahap, dengan setengah dari jumlah PHK dilakukan di Jepang dan setengahnya lagi di luar negeri. Jumlah ini merupakan angka yang signifikan, mengingat total karyawan Panasonic mencapai sekitar 228.000 orang.
Strategi restrukturisasi Panasonic melibatkan konsolidasi operasional, penutupan bisnis tertentu, dan program pensiun dini bagi sebagian karyawan di Jepang. Perusahaan telah menyiapkan biaya restrukturisasi sebesar 130 miliar yen (sekitar US$ 896 juta), menunjukkan skala besar dan kompleksitas dari program PHK ini. Langkah ini menunjukkan bahwa bahkan perusahaan-perusahaan besar dan mapan pun tidak kebal terhadap tekanan ekonomi global dan kebutuhan untuk melakukan penyesuaian struktural untuk bertahan hidup.
Microsoft: 6.000 Pekerja Dipangkas Meskipun Catatkan Kinerja Keuangan yang Baik
Ironisnya, Microsoft, raksasa teknologi lain yang juga mengalami pertumbuhan bisnis cloud computing Azure yang melampaui perkiraan, juga mengumumkan program PHK yang akan memangkas sekitar 3% dari total karyawannya. Dengan jumlah karyawan sekitar 228.000 orang (data Juni 2024), PHK ini diperkirakan akan berdampak pada sekitar 6.000 pegawai.
PHK ini terjadi di semua level, tim, dan wilayah, dan merupakan salah satu PHK massal terbesar setelah pemangkasan 10.000 pegawai pada tahun 2023. Meskipun Microsoft mencatat kinerja keuangan yang positif, perusahaan tetap memutuskan untuk melakukan PHK sebagai langkah antisipatif terhadap tantangan ekonomi yang diprediksi akan berlanjut. Hal ini menunjukkan bahwa pertumbuhan pendapatan tidak selalu menjamin keamanan kerja, dan perusahaan-perusahaan besar tetap perlu melakukan efisiensi untuk menjaga daya saing dan profitabilitas.
Burberry: 1.700 Karyawan Dipecat untuk Mengurangi Biaya Operasional
Brand fesyen ternama asal Inggris, Burberry, juga bergabung dalam daftar perusahaan yang melakukan PHK massal. Burberry mengumumkan rencana untuk memangkas sekitar 1.700 karyawan secara global secara bertahap selama dua tahun ke depan. Langkah ini dilakukan sebagai upaya untuk mengurangi biaya operasional, mengingat perusahaan mengalami kerugian operasional sebesar 3 juta pound sterling (sekitar Rp 66,21 miliar) pada kuartal pertama 2025. Angka ini jauh lebih rendah dibandingkan dengan laba sebesar 418 juta pound sterling (sekitar Rp 9,22 triliun) pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Penurunan pendapatan yang drastis memaksa Burberry untuk mengambil langkah-langkah penghematan biaya, termasuk PHK massal. Hal ini menunjukkan bahwa sektor fesyen, yang seringkali dianggap sebagai sektor yang tahan terhadap resesi, juga terdampak oleh kondisi ekonomi global yang kurang menguntungkan.
Kesimpulan:
Gelombang PHK massal yang terjadi di bulan Mei 2025 menunjukkan tren yang mengkhawatirkan bagi pasar kerja global. Perusahaan-perusahaan besar, terlepas dari kinerja keuangan mereka, melakukan PHK sebagai langkah untuk meningkatkan efisiensi, mengurangi biaya, dan beradaptasi dengan perubahan lanskap bisnis. Fenomena ini menimbulkan pertanyaan tentang stabilitas ekonomi global dan dampak sosial dari PHK massal terhadap para pekerja yang terkena dampak. Pemerintah dan lembaga terkait perlu mengambil langkah-langkah untuk membantu para pekerja yang kehilangan pekerjaan dan merumuskan kebijakan untuk mengurangi dampak negatif dari resesi ekonomi global. Ke depan, perusahaan-perusahaan perlu mempertimbangkan strategi yang lebih berkelanjutan dan memperhatikan kesejahteraan karyawan mereka dalam menghadapi tantangan ekonomi yang semakin kompleks.