Jakarta, 15 Mei 2025 – Perang dagang antara dua raksasa ekonomi dunia, Amerika Serikat (AS) dan China, menunjukkan tanda-tanda mereda. Kesepakatan sementara yang dicapai kedua negara untuk memangkas tarif impor tinggi memberikan secercah harapan bagi perekonomian global, termasuk Indonesia yang selama ini merasakan dampak signifikan dari konflik perdagangan tersebut. Namun, di tengah kabar baik ini, Pemerintah Indonesia menegaskan komitmennya untuk terus bernegosiasi guna mendapatkan tarif impor yang lebih kompetitif ke pasar AS.
Kesepakatan yang dihasilkan dalam pertemuan di Jenewa, Swiss, antara perwakilan AS dan China, menandai babak baru dalam hubungan perdagangan kedua negara yang selama ini diwarnai ketegangan dan saling mengenakan tarif impor yang sangat tinggi. Kedua negara sepakat untuk menurunkan tarif impor secara signifikan selama periode 90 hari ke depan. Produk-produk asal AS yang masuk ke China akan dikenakan tarif 10%, turun drastis dari sebelumnya 125%. Demikian pula, barang-barang dari China yang diekspor ke AS akan dikenakan tarif 30%, jauh lebih rendah dibandingkan tarif sebelumnya yang mencapai 145%.
Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, dalam pernyataan yang dikutip dari CNBC, menyatakan, "Kami telah mencapai kesepakatan mengenai jeda 90 hari dan secara substansial menurunkan tingkat tarif. Kedua belah pihak akan menurunkan tarif sebesar 115%." Pernyataan ini menggarisbawahi komitmen kedua negara untuk mengurangi eskalasi konflik perdagangan yang telah berlangsung cukup lama dan berdampak luas pada perekonomian global. Pengurangan tarif secara signifikan ini diharapkan dapat mendorong peningkatan perdagangan bilateral antara AS dan China, serta mengurangi ketidakpastian di pasar internasional.
Namun, dampak positif dari kesepakatan ini bagi Indonesia masih perlu dikaji lebih lanjut. Meskipun AS dan China telah mencapai kesepakatan untuk menurunkan tarif impor secara signifikan, Indonesia masih menghadapi tantangan tersendiri dalam hal akses pasar ke AS. Saat ini, Indonesia dikenakan tarif impor hingga 32% untuk sejumlah barang yang diekspor ke Amerika Serikat. Meskipun terdapat diskon sementara sebesar 10% selama tiga bulan sejak April 2025, Pemerintah Indonesia menyadari bahwa angka tersebut masih relatif tinggi dan perlu diturunkan lebih lanjut untuk meningkatkan daya saing produk Indonesia di pasar AS.
Menko Perekonomian, Airlangga Hartarto, mengungkapkan bahwa Indonesia saat ini tengah melakukan negosiasi intensif dengan pihak AS untuk mendapatkan tarif impor yang lebih rendah. "Kita sedang nego, jadi sampai di situ saja dulu," ujar Airlangga saat ditemui di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Rabu (14/5/2025). Pernyataan singkat namun tegas ini menunjukkan bahwa Pemerintah Indonesia tidak berpuas diri dengan diskon sementara yang diberikan AS dan tetap berkomitmen untuk memperjuangkan kepentingan nasional dalam hal akses pasar.
Keengganan Airlangga untuk memberikan detail lebih lanjut mengenai negosiasi tersebut menunjukkan kompleksitas dan sensitivitas isu ini. Negosiasi tarif impor melibatkan berbagai pertimbangan, termasuk aspek ekonomi, politik, dan diplomasi internasional. Pemerintah Indonesia perlu mempertimbangkan berbagai faktor untuk mencapai kesepakatan yang menguntungkan bagi Indonesia tanpa mengorbankan kepentingan strategis lainnya.
Situasi ini menuntut strategi negosiasi yang cermat dan terukur dari Pemerintah Indonesia. Tim negosiator Indonesia perlu mempersiapkan argumen yang kuat dan data yang komprehensif untuk meyakinkan pihak AS agar menurunkan tarif impor untuk produk-produk Indonesia. Hal ini mencakup menunjukkan potensi pasar Indonesia, menonjolkan kualitas produk Indonesia, dan menawarkan solusi yang saling menguntungkan bagi kedua negara.
Selain itu, Pemerintah Indonesia juga perlu mempertimbangkan langkah-langkah strategis lainnya untuk meningkatkan daya saing produk Indonesia di pasar internasional. Hal ini mencakup peningkatan kualitas produk, diversifikasi pasar ekspor, dan peningkatan infrastruktur pendukung ekspor. Dengan demikian, Indonesia dapat mengurangi ketergantungan pada pasar AS dan mengurangi dampak negatif dari fluktuasi tarif impor.
Perang dagang AS-China telah memberikan pelajaran berharga bagi Indonesia tentang pentingnya diversifikasi pasar ekspor dan peningkatan daya saing produk nasional. Meskipun kesepakatan sementara antara AS dan China memberikan sedikit kelegaan, Indonesia tidak boleh berpuas diri dan harus terus berupaya meningkatkan daya saing ekonominya di tingkat global. Negosiasi yang sedang berlangsung dengan AS merupakan langkah penting dalam upaya tersebut, dan keberhasilannya akan berdampak signifikan bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia di masa mendatang.
Ke depan, transparansi dan komunikasi yang efektif antara Pemerintah Indonesia dan publik sangat penting. Pemerintah perlu memberikan informasi yang akurat dan up-to-date mengenai perkembangan negosiasi tarif impor dengan AS, sehingga masyarakat dapat memahami langkah-langkah yang diambil dan dampaknya terhadap perekonomian nasional. Dengan demikian, dukungan publik terhadap upaya Pemerintah dalam memperjuangkan kepentingan nasional dapat terbangun dengan lebih baik. Meredakan perang dagang AS-China merupakan langkah positif, namun perjuangan Indonesia untuk mendapatkan akses pasar yang lebih adil dan kompetitif masih jauh dari selesai.