Kulon Progo, Yogyakarta – Ancaman banjir besar mengintai Bandara Internasional Yogyakarta (YIA) di Kabupaten Kulon Progo. Potensi bencana hidrometeorologi ini memaksa Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) untuk bergerak cepat dan melakukan berbagai upaya mitigasi. Menteri PUPR, Dody Hanggodo, secara langsung meninjau infrastruktur pengendalian banjir di sekitar bandara pada Sabtu (11/5/2025) untuk memastikan kesiapannya menghadapi musim hujan dan potensi peningkatan debit air Sungai Bogowonto dan Serang.
Peninjauan lapangan tersebut dilakukan menyusul kekhawatiran akan kapasitas saluran drainase yang dinilai belum memadai untuk menampung debit air sungai yang meningkat signifikan saat musim hujan. Sistem drainase yang ada saat ini, menurut Menteri Dody, belum mampu mengatasi volume air dari Sungai Bogowonto dan Serang, sehingga berpotensi mengancam operasional Bandara YIA dan kawasan sekitarnya. Ancaman ini bukan hanya sekedar gangguan operasional, namun juga berpotensi menimbulkan kerugian ekonomi yang sangat besar, mengingat YIA merupakan salah satu pintu gerbang utama perekonomian di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
"Risiko banjir di Bandara YIA sangat nyata," tegas Menteri Dody dalam keterangan tertulis yang diterima redaksi pada Selasa (13/5/2025). "Kapasitas saluran drainase yang ada saat ini perlu ditingkatkan dan dimaksimalkan fungsinya. Oleh karena itu, kami perlu memastikan semua infrastruktur pengendalian banjir yang telah dibangun berfungsi secara optimal."
Sebagai respon atas potensi bencana tersebut, Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Serayu Opak, di bawah naungan Kementerian PUPR, telah dan tengah membangun berbagai infrastruktur pengendalian banjir di Daerah Aliran Sungai (DAS) Bogowonto dan Serang. Upaya ini merupakan bagian dari strategi terpadu untuk mengurangi risiko banjir dan melindungi Bandara YIA, serta kawasan sekitarnya.
Investasi infrastruktur yang signifikan telah dan terus dilakukan. Salah satu proyek kunci adalah pembangunan dua jetty di Sungai Bogowonto, masing-masing dengan panjang 306 meter. Jetty ini dirancang untuk mengendalikan aliran sungai dan mencegah luapan air ke area bandara. Selain itu, pembangunan tanggul beton di sepanjang Sungai Bogowonto juga menjadi bagian penting dari strategi mitigasi banjir.
Tidak hanya itu, Kementerian PUPR juga membangun sejumlah kolam retensi untuk menampung air hujan dan mengurangi beban aliran sungai. Kolam Retensi Wasiat, Long Storage Carik Barat (dilengkapi pompa air), Long Storage Carik Timur, Long Storage Ledeng, dan Kolam Retensi Karang Wuni, merupakan beberapa contoh infrastruktur pengendalian banjir yang dibangun. Sistem pompa air yang terintegrasi dalam beberapa kolam retensi tersebut dirancang untuk membantu mengalirkan air secara terkendali ke sungai, sehingga mencegah terjadinya genangan air yang berlebihan.
Menteri Dody juga menekankan pentingnya memperhatikan aspek sedimentasi sungai dan kapasitas tampung sungai itu sendiri. "Tolong juga perhatikan sedimen sungai dan kapasitasnya karena air dari kolam retensi dialirkan ke sungai," pesannya kepada jajarannya. Hal ini menunjukkan perhatian serius terhadap aspek pemeliharaan dan keberlanjutan sistem pengendalian banjir yang dibangun. Sedimentasi yang berlebihan dapat mengurangi kapasitas tampung sungai dan meningkatkan risiko banjir.
Kepala BBWS Serayu Opak, Gatut Bayuadji, menambahkan bahwa infrastruktur pengendalian banjir yang telah dibangun telah memberikan dampak positif yang signifikan. "Pembangunan infrastruktur ini telah memberikan manfaat melindungi dan mengamankan kawasan Bandara YIA dari banjir seluas kurang lebih 500 hektare," ungkap Gatut. Manfaatnya tidak hanya terbatas pada kawasan bandara, namun juga mencakup lahan pertanian dan permukiman seluas 2.000 hektare di beberapa kecamatan di Kabupaten Kulon Progo dan Purworejo. Kecamatan Temon, Panjatan, dan Wates di Kulon Progo, serta Kecamatan Purwodadi, Bagelen, dan Ngombol di Purworejo, menjadi wilayah yang merasakan dampak positif dari proyek ini.
Namun, upaya mitigasi banjir ini tidak hanya bergantung pada pembangunan infrastruktur fisik semata. Perlu adanya kolaborasi dan koordinasi yang erat antara berbagai pihak terkait, termasuk pemerintah daerah, instansi terkait, dan masyarakat. Pemantauan dan pemeliharaan infrastruktur secara berkala juga sangat penting untuk memastikan keberlanjutan dan efektivitas sistem pengendalian banjir. Keberhasilan upaya mitigasi ini sangat bergantung pada komitmen bersama untuk menjaga kelestarian lingkungan dan kesiapsiagaan menghadapi bencana hidrometeorologi.
Ke depan, Kementerian PUPR perlu terus melakukan evaluasi dan pengembangan sistem pengendalian banjir di sekitar Bandara YIA. Penelitian dan pengembangan teknologi pengendalian banjir yang lebih canggih dan berkelanjutan juga perlu terus dilakukan untuk memastikan Bandara YIA tetap beroperasi secara optimal dan aman dari ancaman banjir. Ini merupakan investasi jangka panjang yang krusial untuk menjamin keberlangsungan operasional bandara dan kesejahteraan masyarakat di sekitarnya. Kegagalan dalam mengantisipasi ancaman banjir ini tidak hanya akan berdampak pada operasional bandara, tetapi juga akan menimbulkan kerugian ekonomi yang sangat besar dan mengancam keselamatan jiwa manusia. Oleh karena itu, upaya mitigasi bencana ini harus terus diprioritaskan dan ditingkatkan secara berkelanjutan.