London, Inggris – Nina Mohanty, seorang pengusaha milenial asal Silicon Valley yang telah menetap di Inggris selama satu dekade, berhasil menghimpun dana senilai US$ 2 juta atau sekitar Rp 33,2 miliar (kurs Rp 16.600) untuk mengembangkan aplikasi keuangan inovatif bernama Bloom Money. Aplikasi ini dirancang khusus untuk mengakomodasi praktik pengelolaan keuangan tradisional yang umum di kalangan komunitas imigran, sebuah sistem yang di Indonesia dikenal sebagai arisan.
Berbekal pengalaman profesionalnya di institusi keuangan ternama seperti Klarna dan Mastercard, Mohanty, 32 tahun, melihat celah besar dalam sistem perbankan konvensional yang belum mampu mengakomodasi kebutuhan spesifik komunitas imigran. Alih-alih fokus pada inovasi di sektor pengiriman uang – yang selama ini mendominasi layanan keuangan bagi imigran – Mohanty melihat potensi besar dalam mengembangkan solusi yang mendukung pengumpulan dana dan pembentukan kekayaan di negara tempat mereka bermukim.
"Saya selalu bertanya-tanya, mengapa semua inovasi berpusat pada pengiriman uang, bukan pada bagaimana komunitas imigran dapat mengumpulkan sumber daya dan membangun kekayaan di tempat mereka tinggal?" ujar Mohanty kepada CNBC dalam sebuah wawancara baru-baru ini.
Pengamatan mendalam Mohanty terhadap praktik keuangan di kalangan imigran mengungkap sebuah pola menarik. Ia menemukan bahwa banyak imigran, bukannya mengandalkan produk perbankan konvensional seperti rekening tabungan berbunga tinggi atau pinjaman bank, lebih memilih sistem gotong royong dan kolaboratif dalam mengelola keuangan mereka.
"Saya berbincang dengan berbagai kalangan, mulai dari pengemudi bus hingga petugas kebersihan, untuk memahami bagaimana mereka mengelola keuangan. Dari situlah saya menemukan praktik pengumpulan dana bersama ini," jelas Mohanty.
Sistem ini, yang secara akademis dikenal sebagai Rotating Savings and Credit Associations (ROSCAs), atau dalam istilah sederhana, arisan, melibatkan sekelompok orang yang sepakat untuk menyetor sejumlah uang secara berkala ke dalam wadah bersama. Misalnya, tiga orang sepakat untuk menyetor US$ 100 per bulan, sehingga terkumpul US$ 300. Pada bulan pertama, salah satu anggota mendapatkan akses penuh terhadap US$ 300 tersebut untuk keperluan mendesak, seperti membeli tiket pesawat pulang kampung, biaya pendidikan anak, atau bahkan modal usaha. Selanjutnya, anggota lain secara bergiliran mendapatkan akses terhadap dana tersebut hingga semua anggota mendapatkan kesempatan yang sama. Siklus ini dapat berlanjut selama yang dibutuhkan oleh kelompok tersebut.
Praktik ini, menurut Mohanty, memiliki berbagai sebutan di berbagai komunitas etnis. Di India dikenal sebagai chit fund, pardner di Jamaika, kameti di Pakistan, dan hagbad di Somalia. Kesamaan sistem ini dengan arisan di Indonesia sangatlah jelas.
Lebih jauh, Mohanty menyoroti diskriminasi yang sering dihadapi komunitas imigran dalam mengakses layanan keuangan konvensional. Hal ini menjadi salah satu faktor pendorong utama di balik terciptanya Bloom Money.
"Di Inggris, misalnya, komunitas Jamaika telah lama menjalankan praktik ini. Pada masa kedatangan generasi Windrush, ketika bank enggan memberikan pinjaman, mereka secara efektif membangun sistem kredit mikro mereka sendiri di dalam komunitas," ungkap Mohanty.
Temuan ini sejalan dengan laporan tahun 2023 dari organisasi nirlaba Fair4All Finance yang menunjukkan bahwa satu dari lima orang dari kelompok minoritas di Inggris mengalami diskriminasi rasial saat berurusan dengan lembaga keuangan. Lebih dari seperempat (28%) responden menyatakan bahwa mereka percaya sistem keuangan cenderung memperlakukan kelompok etnis minoritas secara tidak adil.
Bloom Money hadir sebagai solusi inovatif yang menjawab kebutuhan spesifik komunitas imigran. Aplikasi ini tidak hanya memfasilitasi sistem arisan digital yang aman dan transparan, tetapi juga berpotensi untuk memberdayakan komunitas imigran dalam mengelola keuangan mereka secara efektif dan membangun kekayaan. Dengan pendanaan yang telah diperoleh, Mohanty dan timnya kini siap untuk mengembangkan dan meluncurkan aplikasi Bloom Money ke pasar, membawa angin segar bagi sektor keuangan inklusif dan memberdayakan komunitas imigran di Inggris. Sukses Mohanty ini menjadi inspirasi bagi para pengusaha muda lainnya untuk menciptakan solusi inovatif yang menjawab kebutuhan spesifik masyarakat yang selama ini terpinggirkan. Keberhasilan Bloom Money juga membuka peluang bagi pengembangan aplikasi serupa di negara-negara lain dengan karakteristik demografis dan kebutuhan masyarakat yang serupa.