Jakarta, 26 April 2025 – Pergantian LG Energy Solution oleh raksasa pertambangan China, Huayou Cobalt, dalam megaproyek baterai kendaraan listrik (EV Battery) senilai US$ 9,8 miliar (sekitar Rp 164 triliun) telah memicu sorotan. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menegaskan komitmennya untuk memfasilitasi investasi asing, termasuk langkah Huayou yang akan mengambil alih proyek tersebut.
Direktur Jenderal Mineral dan Batu Bara (Minerba) ESDM, Tri Winarno, menyatakan pemerintah Indonesia menyambut baik setiap investasi asing. Dalam keterangannya Jumat (25/4/2025), Tri menekankan bahwa pemerintah siap membantu mengatasi segala kendala yang dihadapi investor. “Intinya, setiap investasi di Indonesia kita sambut. Apa pun kendala dan permasalahan yang dihadapi, kita akan fasilitasi,” tegas Tri menanggapi pertanyaan mengenai penggantian LG oleh Huayou.
Penjelasan Tri Winarno ini memberikan gambaran mengenai strategi pemerintah dalam menarik investasi di sektor energi terbarukan, khususnya dalam industri baterai kendaraan listrik yang tengah menjadi fokus pengembangan nasional. Pernyataan tersebut juga sekaligus membantah spekulasi mengenai adanya hambatan birokrasi atau kebijakan yang menyebabkan mundurnya LG dari proyek tersebut.
Lebih lanjut, Tri Winarno menjelaskan bahwa pemerintah tidak akan turut campur dalam skema kerja sama bisnis antar perusahaan (business to business/B2B). “Kalau itu urusan B2B, pemerintah tidak bisa mengatur. Silakan saja. Yang penting, jika ada kendala, sampaikan kepada kami, dan kami akan memfasilitasi,” imbuhnya.
Sebelumnya, Menteri Investasi dan Hilirisasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Rosan Roeslani, mengumumkan bahwa Huayou akan menginvestasikan US$ 8,6 miliar dalam proyek tersebut. Hal ini menyusul keputusan LG Energy Solution untuk menarik diri. Rosan menjelaskan total investasi proyek EV Battery mencapai US$ 9,8 miliar, mencakup seluruh rantai pasok, mulai dari penambangan hingga produksi baterai. “Total investasinya US$ 9,8 miliar, dan Huayou akan berkontribusi sebesar US$ 8,6 miliar,” ungkap Rosan seusai acara Indonesia AI Day di Jakarta, Kamis (24/4/2025).
Deputi Bidang Promosi Penanaman Modal Kementerian Investasi dan Hilirisasi/BKPM, Nurul Ichwan, memberikan rincian lebih lanjut. Ia menjelaskan proyek ini menggunakan skema grand package dengan empat tahap joint venture. Dari total investasi US$ 9,8 miliar, LG Energy Solution melalui PT HLI Green Power bersama Hyundai Motor Group telah menginvestasikan sekitar US$ 1,1 miliar hingga US$ 1,2 miliar untuk pembangunan pabrik sel baterai EV di Karawang, Jawa Barat, yang kini telah beroperasi dengan kapasitas 10 Gigawatt hour (GWh) per tahun.
“Jadi, sekitar US$ 1,1 miliar hingga US$ 1,2 miliar sudah terealisasi di sektor sel baterai. Ini mengurangi angka total investasi menjadi US$ 9,8 miliar,” jelas Ichwan saat dihubungi Kamis (24/4/2025). Sisanya, menurut Ichwan, akan diinvestasikan oleh Huayou bersama mitra lainnya, yang saat ini masih dalam tahap penjajakan. “Yang jelas, Huayou akan berkontribusi besar di hampir seluruh ekosistem ini,” tambahnya.
Ichwan juga memastikan bahwa pemerintah akan segera melakukan pertemuan dengan Huayou untuk membahas kepastian investasi tersebut. “Insya Allah, pertemuan dengan Huayou akan dilakukan minggu ini atau minggu depan untuk membahas kepastian investasi,” ujarnya.
Keputusan LG untuk mundur dari proyek ini menimbulkan pertanyaan mengenai alasan di baliknya. Meskipun pemerintah belum secara eksplisit menjelaskan penyebabnya, pergantian ini menunjukkan dinamika investasi asing di Indonesia. Pemerintah tampaknya berupaya untuk meminimalisir dampak negatif dari mundurnya LG dengan cepat mencari investor pengganti yang mampu melanjutkan proyek strategis ini.
Kehadiran Huayou sebagai investor pengganti menunjukkan kepercayaan investor asing terhadap potensi pasar kendaraan listrik di Indonesia dan komitmen pemerintah dalam mendukung pengembangan industri ini. Namun, perlu dipantau bagaimana Huayou akan menjalankan proyek ini, termasuk bagaimana mereka akan berkolaborasi dengan mitra lokal dan memastikan keberlanjutan proyek tersebut. Transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan proyek ini menjadi kunci keberhasilannya.
Proyek baterai EV ini merupakan bagian penting dari upaya Indonesia untuk mengembangkan ekosistem kendaraan listrik dan mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil. Keberhasilan proyek ini akan berdampak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja di Indonesia. Oleh karena itu, peran pemerintah dalam memfasilitasi investasi dan memastikan kelancaran proyek ini sangat krusial. Ke depan, perlu adanya mekanisme yang lebih efektif untuk mengantisipasi potensi kendala dan memastikan keberlanjutan investasi asing di sektor strategis seperti ini. Hal ini penting untuk menjaga kepercayaan investor dan memastikan tercapainya tujuan pembangunan nasional.