Jakarta, 26 Maret 2024 – Di tengah gejolak ekonomi yang menerpa banyak lapisan masyarakat, terutama kelas menengah, Nuryati, seorang pedagang sayur di Pasar Tradisional Pasar Minggu, Jakarta Selatan, menemukan "jaring pengaman" yang tak terduga: menjadi agen BRILink. Kisah suksesnya sebagai agen BRILink ini menjadi bukti nyata bagaimana layanan perbankan inklusif dapat memberdayakan ekonomi masyarakat, khususnya di sektor informal.
Nuryati, bersama suaminya, Fendi, yang berjualan plastik di pasar yang sama, telah menjadi agen BRILink sejak 2016. Keputusan ini, yang awalnya tak direncanakan, kini menjadi pilar penting perekonomian keluarga mereka. "Kalau cuma mengandalkan dagangan sayur saja, sulit untuk berkembang," ujar Nuryati saat ditemui di kiosnya. "Dengan menjadi agen BRILink, kami punya penghasilan tambahan, yang sangat berarti di tengah kondisi ekonomi yang sulit ini."
Keberadaan Nuryati sebagai satu-satunya agen BRILink di Pasar Minggu, yang berjarak hanya 200 meter dari Kantor Cabang BRI Pasar Minggu, menjadi sangat krusial bagi para pedagang. Kesibukan berjualan membuat para pedagang jarang memiliki waktu untuk mengunjungi kantor cabang bank. Nuryati pun menjadi solusi akses perbankan yang mudah dan cepat di tengah hiruk pikuk pasar.
Sebelum kebakaran yang melanda pasar pada 2021, Nuryati mampu memproses hingga 180 transaksi per hari. Kebakaran tersebut memang sempat menurunkan jumlah transaksi menjadi sekitar 130 transaksi, namun Nuryati bersyukur bisnisnya cepat pulih dan kini kembali stabil. Meskipun jumlah nasabah yang menggunakan jasanya sedikit berkurang karena semakin populernya aplikasi m-banking, Nuryati tetap mensyukuri keberlangsungan usahanya sebagai agen BRILink. "Aplikasi m-banking memang semakin banyak digunakan, tapi BRILink tetap dibutuhkan," katanya.
Perjalanan Nuryati sebagai agen BRILink bermula dari sebuah "kesalahan" yang berbuah manis. Pada 2016, ia awalnya hanya mengajukan mesin EDC biasa kepada BRI untuk memudahkan transaksi pembayaran pelanggan. Namun, yang diterimanya justru mesin EDC BRILink. "Awalnya saya kaget, tapi ternyata lebih bermanfaat," kenangnya. Mesin EDC BRILink menawarkan beragam transaksi, tak hanya menerima pembayaran, melainkan juga transfer dan penarikan tunai, yang jauh lebih fleksibel daripada mesin EDC biasa. Kini, Nuryati memiliki dua mesin EDC BRILink, satu mesin lama dan satu mesin Android terbaru.
Awalnya, Nuryati menghadapi beberapa kendala teknis, terutama dalam hal transfer dana, karena kurangnya pengalaman. Kesalahan transfer dan kendala jaringan sempat menjadi tantangan. "Dulu, kalau ada masalah, saya harus bolak-balik ke kantor cabang," katanya. Namun, kini dengan adanya call center dan asisten virtual Sabrina, permasalahan tersebut dapat diatasi dengan lebih mudah.
Lebih dari sekadar agen transaksi, Nuryati kini berperan sebagai garda terdepan layanan perbankan BRI di Pasar Minggu. Ia aktif mempromosikan produk-produk BRI kepada para nasabah, termasuk Kredit Usaha Rakyat (KUR). Nuryati sendiri merupakan penerima KUR BRI, yang sangat membantunya melewati masa-masa sulit, termasuk saat pandemi Covid-19 dan kebakaran yang melanda pasar. Pengalaman ini membuatnya semakin memahami pentingnya asuransi bagi para pelaku usaha, sebuah produk yang juga ia promosikan kepada para nasabahnya.
Kepala Cabang BRI KC Pasar Minggu, M Syarief Budiman, mengapresiasi peran penting agen BRILink, termasuk Nuryati, dalam memperluas akses layanan perbankan di wilayahnya. "Agen BRILink bukan hanya memfasilitasi transaksi pembayaran, tetapi juga berperan dalam memasarkan produk-produk BRI lainnya, seperti KUR dan berbagai jenis asuransi," ujar Syarief. Di Kecamatan Pasar Minggu sendiri, terdapat 373 agen BRILink yang berkontribusi besar terhadap inklusi keuangan. Total transaksi bulanan mencapai 174 ribu transaksi, dengan perputaran dana mencapai Rp 116 miliar per Februari 2024.
BRI juga memberikan pendampingan dan pelatihan secara berkelanjutan kepada para agen BRILink, termasuk dalam hal pencegahan penipuan dan social engineering. Hal ini memastikan agen BRILink dapat memberikan layanan perbankan yang aman, handal, dan ramah kepada masyarakat.
Kisah Nuryati menjadi contoh nyata bagaimana program keagenan BRILink tidak hanya meningkatkan akses layanan perbankan, tetapi juga memberdayakan ekonomi masyarakat di tingkat akar rumput. Dalam kondisi ekonomi yang penuh tantangan, Nuryati dan para agen BRILink lainnya membuktikan bahwa layanan perbankan inklusif dapat menjadi "jaring pengaman" yang efektif bagi masyarakat, membantu mereka bertahan dan bahkan berkembang di tengah kesulitan. Keberhasilan ini juga menjadi bukti komitmen BRI dalam mendorong inklusi keuangan dan memberdayakan UMKM di Indonesia.