Jakarta, 21 April 2025 – Harga minyak dunia mengalami penurunan sebesar 1% menyusul kabar positif dari perundingan nuklir antara Amerika Serikat (AS) dan Iran. Perkembangan ini meredakan kekhawatiran pasar akan potensi gangguan pasokan minyak mentah global yang sebelumnya sempat memicu lonjakan harga.
Berdasarkan laporan Reuters, Senin (21 April 2025), harga minyak mentah Brent terpantau melemah 70 sen atau 1,03% menjadi US$ 67,26 per barel pada pukul 00.30 GMT. Penurunan ini terjadi setelah harga Brent mencatat kenaikan signifikan sebesar 3,2% pada perdagangan Kamis (17 April 2025), hari terakhir perdagangan sebelum libur Jumat Agung. Sementara itu, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS juga mengalami penurunan serupa, yakni 68 sen atau 1,05% menjadi US$ 64 per barel, setelah sebelumnya melonjak 3,54% pada sesi perdagangan Kamis.
Penurunan harga minyak ini mencerminkan sentimen positif pasar yang merespon perkembangan terkini dalam negosiasi nuklir AS-Iran. Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araghchi, mengumumkan bahwa kedua negara telah mencapai kesepakatan untuk merumuskan kerangka kerja menuju potensi kesepakatan nuklir. Pengumuman yang disampaikan pasca pembicaraan resmi pada Sabtu (19 April 2025) ini menggambarkan kemajuan signifikan dalam upaya diplomasi yang tengah berlangsung. Araghchi bahkan menyebut pertemuan tersebut menghasilkan "kemajuan yang sangat baik."
Kemajuan ini terbilang signifikan mengingat AS baru-baru ini meningkatkan tekanan terhadap Iran dengan menjatuhkan sanksi tambahan pada minggu lalu. Sanksi tersebut menyasar beberapa kilang minyak independen di China yang diduga mengolah minyak mentah Iran. Langkah ini dinilai sebagai upaya AS untuk menekan Teheran dalam negosiasi nuklir. Namun, berbeda dengan ekspektasi, langkah tersebut justru tidak berdampak signifikan terhadap harga minyak dan malah berujung pada kesepakatan untuk melanjutkan negosiasi.
Sebelum penurunan harga ini, pasar minyak dunia sempat mengalami peningkatan harga yang cukup signifikan. Kekhawatiran akan pengetatan pasokan minyak dari Iran, dikombinasikan dengan harapan akan tercapainya kesepakatan perdagangan antara AS dan Uni Eropa, telah mendorong harga Brent dan WTI naik sekitar 5% pada pekan lalu. Kenaikan ini menandai peningkatan mingguan pertama dalam tiga minggu terakhir, menunjukkan betapa sensitifnya pasar terhadap dinamika geopolitik dan perkembangan negosiasi nuklir.
Namun, perkembangan positif dari negosiasi nuklir ini tidak sepenuhnya menghapus kekhawatiran geopolitik yang masih membayangi pasar energi global. Konflik antara Rusia dan Ukraina masih berlangsung, menciptakan ketidakpastian yang berpotensi mengganggu pasokan energi. Pada Minggu (20 April 2025), kedua negara saling tuding atas pelanggaran gencatan senjata sehari yang dideklarasikan oleh Presiden Rusia Vladimir Putin untuk merayakan Paskah. Baik Rusia maupun Ukraina saling menuduh telah melakukan ratusan serangan, dan Kremlin menyatakan tidak ada rencana untuk memperpanjang gencatan senjata tersebut.
Situasi ini menunjukkan kompleksitas faktor yang mempengaruhi harga minyak dunia. Meskipun kesepakatan lanjutan negosiasi nuklir AS-Iran memberikan sentimen positif dan meredakan sebagian kekhawatiran akan gangguan pasokan dari Iran, potensi eskalasi konflik Rusia-Ukraina tetap menjadi ancaman yang dapat memicu volatilitas harga minyak di masa mendatang. Ketidakpastian geopolitik ini, dikombinasikan dengan dinamika permintaan global dan kebijakan energi berbagai negara, akan terus membentuk lanskap pasar minyak dunia dan menentukan arah pergerakan harga di masa mendatang.
Perlu dicatat bahwa penurunan harga minyak kali ini merupakan reaksi pasar terhadap perkembangan positif dalam negosiasi nuklir. Namun, keberhasilan negosiasi tersebut masih belum pasti dan perkembangan selanjutnya akan tetap dipantau secara ketat oleh para pelaku pasar. Keberhasilan mencapai kesepakatan yang komprehensif dapat secara signifikan mengurangi ketidakpastian geopolitik dan menstabilkan harga minyak. Sebaliknya, gagalnya negosiasi dapat memicu lonjakan harga yang signifikan akibat kekhawatiran akan gangguan pasokan dan potensi eskalasi konflik.
Analisis lebih lanjut diperlukan untuk memahami dampak jangka panjang dari perkembangan ini terhadap pasar minyak dunia. Faktor-faktor seperti tingkat produksi OPEC+, permintaan energi global, dan kebijakan energi negara-negara utama akan terus memainkan peran penting dalam menentukan harga minyak di masa depan. Para analis pasar akan terus memantau perkembangan situasi geopolitik dan ekonomi global untuk memprediksi pergerakan harga minyak dan dampaknya terhadap ekonomi global. Ketidakpastian yang masih membayangi pasar energi global menuntut kewaspadaan dan analisis yang cermat dari para pelaku pasar dan pengamat ekonomi. Perkembangan selanjutnya dalam negosiasi nuklir AS-Iran dan konflik Rusia-Ukraina akan menjadi penentu utama arah harga minyak dalam beberapa bulan ke depan.