Kuala Lumpur, 16 April 2025 – Perdana Menteri Malaysia, Anwar Ibrahim, secara tegas menyatakan dukungan negaranya terhadap China di tengah sengketa perdagangan yang terus memanas antara Beijing dan Washington. Pernyataan dukungan tersebut disampaikan Anwar Ibrahim saat Presiden China Xi Jinping melakukan kunjungan kenegaraan ke Malaysia, menandai babak baru dalam hubungan bilateral kedua negara dan sekaligus menunjukkan dinamika geopolitik yang semakin kompleks di kawasan Asia Tenggara.
"Kami mendukung pemerintah China, demi kesejahteraan rakyat kami dan demi kepentingan ekonomi nasional kami, serta pembangunan dan stabilitas negara kami secara keseluruhan," tegas Anwar, seperti dikutip dari South China Morning Post. Pernyataan ini beresonansi kuat, menunjukkan komitmen Malaysia yang jelas dan tanpa keraguan berpihak pada China dalam pertarungan ekonomi global yang melibatkan kekuatan ekonomi super tersebut.
Kunjungan Xi Jinping ke Malaysia, yang merupakan bagian dari tur tiga negara di Asia Tenggara, disambut dengan upacara kenegaraan yang meriah. Kehadiran Presiden Xi di Istana Nasional pada Rabu pagi disambut oleh Raja Malaysia, Sultan Ibrahim Iskandar, dan Perdana Menteri Anwar Ibrahim sendiri. Pertemuan puncak ini menandai momentum penting dalam peningkatan kerja sama bilateral di berbagai sektor.
Kedua pemimpin negara diharapkan akan menandatangani sejumlah kesepakatan yang bertujuan untuk mengoptimalkan potensi perdagangan antara Malaysia dan China. Beberapa komoditas unggulan Malaysia, seperti minyak kelapa sawit dan durian, menjadi fokus utama dalam upaya peningkatan ekspor ke pasar China yang sangat besar. Potensi kerja sama juga dibidik di sektor pariwisata, pendidikan, dan teknologi energi terbarukan. Hal ini menunjukkan luasnya cakupan kerja sama yang dirancang kedua negara untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang saling menguntungkan.
Dukungan Malaysia terhadap China di tengah perang tarif yang dipicu oleh kebijakan proteksionis pemerintahan AS sebelumnya memiliki implikasi geopolitik yang signifikan. Analis menilai langkah Malaysia ini merupakan bagian dari strategi China untuk memperkuat aliansi dan mendapatkan dukungan dari negara-negara Asia Tenggara dalam menghadapi tekanan dari AS. Hal ini menunjukkan upaya China untuk membangun kekuatan regional yang lebih kuat dan menantang dominasi AS di kawasan.
Pernyataan dukungan Anwar Ibrahim tidak hanya bersifat deklaratif, tetapi juga menunjukkan perhitungan strategis Malaysia. Hubungan ekonomi antara Malaysia dan China telah berkembang pesat dalam beberapa tahun terakhir. China merupakan salah satu mitra perdagangan terbesar Malaysia, dan kerja sama ekonomi kedua negara terus diperluas di berbagai sektor. Oleh karena itu, dukungan Malaysia terhadap China dapat dipahami sebagai upaya untuk melindungi kepentingan ekonomi nasional di tengah ketidakpastian global.
Namun, dukungan tegas Malaysia ini berpotensi memicu reaksi dari Amerika Serikat. AS mungkin akan mempertimbangkan konsekuensi dari dukungan Malaysia terhadap China, dan kemungkinan akan ada dampak pada hubungan bilateral antara Malaysia dan AS. Hal ini menunjukkan kompleksitas situasi geopolitik di kawasan, dimana negara-negara dihadapkan pada pilihan yang sulit di antara dua kekuatan ekonomi super dunia.
Lebih lanjut, dukungan Malaysia ini juga menunjukkan pergeseran dinamika kekuasaan di Asia Tenggara. Negara-negara di kawasan ini semakin dihadapkan pada tekanan untuk memilih pihak di antara AS dan China. Malaysia, dengan pernyataan dukungannya yang jelas, menunjukkan bahwa negara ini memilih untuk berjalan di jalur yang lebih dekat dengan China. Hal ini menunjukkan bahwa China berhasil memperkuat pengaruhnya di kawasan Asia Tenggara.
Analis menganggap pernyataan Anwar Ibrahim sebagai tanda bahwa Malaysia sedang melakukan reorientasi politik luarnya. Setelah beberapa tahun mencoba untuk menjaga keseimbangan antara AS dan China, Malaysia tampaknya kini lebih memilih untuk berpihak pada China. Hal ini didorong oleh beberapa faktor, termasuk pertumbuhan ekonomi China yang pesat dan peningkatan pengaruh China di kawasan.
Namun, langkah ini juga berisiko. Memilih pihak dengan jelas dapat menimbulkan konsekuensi yang tidak diinginkan, termasuk kemungkinan tegangan dengan AS. Oleh karena itu, Malaysia harus dengan cermat mempertimbangkan implikasi dari keputusan ini dan mengembangkan strategi yang tepat untuk menavigasi hubungan yang kompleks dengan kedua kekuatan super dunia tersebut.
Kesimpulannya, pernyataan dukungan Malaysia terhadap China menandai suatu perkembangan yang signifikan dalam dinamika geopolitik di Asia Tenggara. Langkah ini menunjukkan pergeseran dalam keseimbangan kekuasaan di kawasan dan mempunyai implikasi yang luas terhadap hubungan internasional di masa mendatang. Bagaimana AS akan merespon dukungan tegas ini dan bagaimana Malaysia akan mengelola hubungannya dengan kedua negara adidaya akan menjadi fokus utama pengamat geopolitik di masa yang akan datang.